PT Pupuk Kujang Serahkan Bantuan ke RSUD Kota Bogor
Ada sebuah acara penting berlangsung pada Selasa, 13 Juli lalu. PT Pupuk Kujang menyerahkan bantuan oksigen 3-4 ton kepada RSUD Kota Bogor. Ini adalah bantuan sangat berharga di tengah kondisi Kota Bogor yang tengah berupaya mengatasi kelangkaan oksigen untuk membantu perawatan pasien covid-19.
Menurut Wali Kota Bogor, Bima Arya, saat ini adalah hari-hari ketika semua menghadapi kondisi siaga karena kelangkaan oksigen. Oleh karena itu ia menilai, bantuan tersebut sangat membantu untuk menyelamatkan banyak pasien yang membutuhkan. Meskipun diakui, bantuan tersebut diperkirakan akan habis dalam hitungan hari saja mengingat kebutuhannya memang sangat tinggi.
Vice President Komunikasi PT. Pupuk Kujang, Ibrahim Herlambang menyatakan, pihaknya berupaya memberikan bantuan ke seluruh wilayah di Jawa Barat berdasarkan skala prioritas. “Warga kesulitan mencari oksigen karena stoknya yang menipis dan susah mendapatkannya. Jadi berapa pun stok yang ada saat ini sangat berarti dan kita prioritaskan bagi yang benar-benar membutuhkan,” kata Ibrahim. Sementara itu Dirut RSUD Kota Bogor, Ilham Chaidir, menyatakan bantuan oksigen tersebut akan segara digunakan untuk perawatan pasien covid-19 yang berada di blok dua dan blok tiga RSUD Kota Bogor.
Dalam beberapa waktu terakhir di Kota Bogor memang terjadi kelangkaan oksigen, karena pasokan menurun, sedangkan kebutuhan meningkat. “Pasien covid-19 di Kota Bogor meningkat tajam dan membutuhkan gas oksigen untuk membantu pernafasan, terutama pasien dengan gejala sedang hingga berat,” ungkap Bima Arya. Untuk mengatasi hal itu dirinya langsung melakukan pengecekan ketersediaan dan pasokan gas oksigen di Kota Bogor. Termasuk ke depot penjualan gas oksigen.
Disitulah diperoleh gambaran, bahwa pasokan dari agen oksigen di Jakarta menurun sampai 65 persen. Pemilik sebuah depot oksigen di Lawang Gintung yang didatangi Bima menjelaskan, sebelumnya di depotnya dipasok gas oksigen sekitar 180m3 per hari, yakni sekitar 30 tabung besar berukuran 6m3. Tetapi sejak sepekan lalu pasokannya menurun dan hanya dipasok sekitar 60m2 yakni 10 tabung besar berukuran 6m3.
Berbagai ikhtiar terus dilakukan Pemerintah Kota Bogor untuk menambah ketersediaan oksigen. Termasuk meminta bantuan pemerintah pusat, yang akhirnya melalui Krakatau Steel, sudah dua kali membantu dengan volume kurang lebih 100 tabung. Begitupun pengadaan oksigen yang digalang pengumpulan tabung di Graha Pena Radar Bogor serta meminta bantuan kepada semua pihak.
Upaya lain yang dilakukan adalah melakukan pemetaan dan pengecekan ketersediaan tabung medis ke sejumlah rumah sakit pada hari Minggu lalu (11/7). Usai melakukan rapat di Balai Kota, dengan didampingi Sri Nowo Retno, Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor, Bima mendatangi tempat penyimpanan tabung oksigen medis di rumah sakit Ummi Bogor. Dilanjut mengecek Liquid Oxygen Tank di rumah sakit PMI, rumah sakit Medika Dramaga dan rumah sakit Mulia.
“Sebagian besar rumah sakit di Kota Bogor memang kondisinya sama, krisis ketersediaan oksigen, karena 6 filling station di kabupaten Bogor yang biasa memasok itu kurang pasokan,” ungkap Bima usai meninjau Liquid Oxygen Tank. Padahal berdasarkan hasil pemetaan diketahui, Kota Bogor memerlukan oksigen 60 ton per hari.
Dalam kaitan itu pula, Bima mengungkapkan adanya komunikasi intensif dengan Menteri Koordinator Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan. Koordinator PPKM Darurat untuk Pulau Jawa dan Bali itu menyatakan akan membantu memasok kebutuhan oksigen medis ke Kota Bogor. “Beliau berjanji akan membantu, tadi malam ditambah di dua filling station di Cileungsi dan Citeureup. Tapi masih kurang, saya minta untuk Kota Bogor paling tidak perhari untuk satu filling station di drop 5 ton. Kalau 5 ton di drop rutin di 6 filling station, maka Insya Allah akan mencukupi,” lanjutnya.
Untuk menanggulangi kekurangan oksigen medis, Pemerintah Kota Bogor akan terus mengecek dan berkomunikasi dengan pihak rumah sakit mengenai kebutuhannya.“Yang penting kita cek, kita komunikasi dengan rumah sakit. Jadi, ketika sudah emergency ini bisa diantisipasi bersama-sama,” lanjut Bima.
Komunikasi dalam rangka pengecekan itu menjadi penting mengingat rumah sakit yang memiliki liquid oxygen tank hanya mampu bertahan 1-2 hari saja. “Di 5-6 rumah sakit yang pasokannya besar ini bisa bertahan 1-2 hari ke depan. Seperti di rumah sakit Mulya sempat kritis kondisinya, kalau tidak datang pagi-pagi bisa habis. Seperti itu polanya, 1-2 hari bertahan. Jadi, memang perlu diperbesar pasokan ke Kota Bogor secara keseluruhan,” ujarnya. Dengan saling berkomunikasi diantara seluruh pemangku kepentingan dan terus melangkah bersama dan bahu membahu membantu sesama, semoga krisis ketersediaan oksigen dapat diatasi.
**Adv