Bogor | Jurnal Inspirasi
Lonjakan kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Kota Bogor disinyalir lantaran telah masuknya covid varian delta. Pasalnya, hingga Minggu (11/7) kasus aktif di ‘Kota Hujan’ mencapai 7.514. Angka tersebut setelah adanya tambahan 228 pasien baru.
Kepala Bidang Pengembangan Bisnis dan Pengendalian Mutu RSUD Kota Bogor, dr. Armain Rowi mengatakan bahwa virus corona saat ini telah bermutasi untuk mengelabuhi sistem kekebalan tubuh.
“Salah satu varian yang saat ini cukup ditakuti adalah varian delta, dengan tingkat penularan lebih cepat dibandingkan jenis sebelumnya. Bahkan penelitian di lapangan menyebutkan 4 hingga 10 kali lebih cepat dari varian sebelumnya,” ujar Armain kepada wartawan, Minggu (11/7).
Laporan terbaru, kata Armain, menunjukkan bahwa varian delta per 1 Juni 2021 telah teridentifikasi di 62 negara termasuk Indonesia, berawal dengan kemunculannya di India pada Desember 2020.
“Gejala yang timbul pada setiap orang sangat berbeda. Pengaruh perbedaan karena faktor daya tahan tubuh, usia, jenis kelamin bahkan kebiasaan. Gejala akibat infeksi virus ini juga bervariasi, mulai dari bersifat ringan hingga berat,” kata Armain.
Bahkan, sambung dia, beberapa keluhan yang diinfokan bertambah parah pada rentang waktu tiga sampai empat hari pasca terinfeksi.
“Gejalanya demam, pilek, sakit kepala, sakit tenggorokan. Gejala umumnya seperti batuk, sesak napas, kelelahan, anosmia, nyeri otot, serta gangguan pencernaan,” katanya.
Ia menjelaskan bahwa covid varian delta lebih mudah dan cepat menular daripada varian virus corona lainnya. Sejauh ini riset menunjukkan bahwa tingkat penularan Covid-19 varian delta kurang lebih 40 persen dibandingkan virus corona varian alpha.
“Alasan penularan yang cepat ini masih diteliti, walaupun ada teori yang menyebutkan bahwa protein pada permukaan virus corona varian delta lebih mudah menyatu dan berbaur dengan sel manusia, sehingga membuat virus tersebut lebih mudah mengalahkan sistem kekebalan tubuh dan menginfeksi manusia,” jelasnya.
Selain itu, kata Armain, corona varian delta diketahui juga memiliki kemampuan berkembang biak dengan cara menggandakan diri lebih baik dibandingkan virus sebelumnya.
“Laporan kasus menyebutkan bahwa lebih banyak pasien positif Covid-19 varian delta yang membutuhkan perawatan di rumah sakit daripada pasien corona varian lain. Bahkan penularan varian ini menjadi alasan penuhnya keterisian tempat tidur rumah sakit,” jelasnya.
Bahkan, sambung dia, komplikasi yang ditimbulkan oleh varian ini lebih parah pada pasien lansia atau yang memiliki komorbid (penyakit penyerta sebelumnya), seperti diabetes, hipertensi, atau asma semuanya berhubungan dengan rendahnya pertahanan tubuh atau system imun manusia.
“Varian delta ini dikatakan lebih mudah menginfeksi anak-anak, remaja, dan orang dewasa di bawah usia 50 tahun. Penderita kelainan system imun dan orang-orang yang belum mendapatkan vaksin Covid-19 juga berisiko tinggi terinfeksi,” katanya.
Lebih lanjut, kata dia, walaupun sampai saat ini belum ada vaksin yang dirasa benar-benar dapat mencegah,penyakit Covid-19, tetapi upaya vaksinasi tetap dilaksanakan. Sebab, vaksinasi yang tersedia saat ini dapat memberikan perlindungan terhadap beragam varian virus COVID-19, termasuk varian delta.
“Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian 2 dosis vaksin corona, seperti vaksin Astrazeneca dan vaksin Pfizer, cukup membentuk memiliki antibodi yang dapat melawan covid varian delta. Meski demikian ada hal-hal yang harus diperhatikan bahwa vaksinasi dosis pertama hanya memberikan perlindungan terhadap varian Delta sebanyak 33 persen. Sedangkan perlindungan vaksin Covid-19 dosis lengkap terhadap varian Delta diketahui bisa mencapai 60 hingga 80 persen tidak berbeda dengan perlindungan terhadap varian virus Corona lainnya,” katanya.
** Fredy Kristianto