Home News Bogor Darurat Oksigen

Bogor Darurat Oksigen

ilustrasi

Per 3 Hari RSUD Butuh 7 Ton O2

Bogor | Jurnal Inspirasi

Angka positif Covid-19 terus melonjak di Kota Bogor, sejauh ini teedapat 174 pasien yang dirawat di RSUD dan 18 orang di RSUD 2 (RS Lapangan). Dari jumlah pasien tersebut keseluruhannya mengalami gejala berat. Demikian dikatakan Direktur Utama RSUD, dr Ilham Chaidir.

Kendati demikian, kata Ilham, yang menjadi permasalahan utama adalah banyaknya pasien yang melakukan isolasi mandiri (isoman) yang kondisinya memburuk, dan datang ke RSUD dengan saturasi O2 (oksigen) yang kurang baik.

“Kemudian kecepatan penambahan kasus tidak sebanding dengan kecepatan kenaikan kapasitas TT dan SDM. Ancaman lainnya adalah pasokan oksigen yang mulai terbatas,” ujar dr Ilham kepada wartawan, Minggu (4/7).

Ilham mengatakan, pasokan oksigen saat ini sedang dalam masa kritis, seiring meningkatnya jumlah pasien covid dengan gejala sedang dan berat. RSUD, sambung dia, per tiga hari membutuhkan 7 ton oksigen, dan 20 tabung oksigen per hari bagi RSUD 2 (RS Lapangan).

“Itupun masih kurang. Di Bandung sudah mulai menipis, kami khawatir ketersediaan oksigen berimbas ke kita juga. Karena itu tadi Pak Wali sudah bersurat ke PT Indogas untuk bisa mensuplai kebutuhan kami, dan menstop sementara oksigen bagi industri. Kami sedang kejar-kejaran antara ketersediaan oksigen dan jumlah pasien,” katanya.

Kata Ilham, setiap hari RSUD membutuhkan 120 tabung oksigen per hari. Sementara per hari, pihaknya hanya mampu memproduksi 20 tabung dari generator oksigen. “Kemarin RS Ummi minta bantuan oksigen, kami hanya sanggup membantu empat tabung saja. Makanya sekarang ini kondisinya sedang darurat. Kami meminta masyarakat tak panic buying soal oksigen ini,” jelasnya.

Selain itu, kata dia, pasokan obat-obatan juga ikut menipis. “Pasokan APD juga mesti ikut dijaga karena pemakaiannya sangat tinggi,” ucapnya.

Kendati demikian, sambung Ilham, RSUD akan berupaya sekuat tenaga untuk berbuat yang terbaik. Mulai dari memperbanyak kapasitas bed RS hingga 301 tempat tidur untuk menampung pasien bergela sedang dan berat.

“Meningkatkan SDM dengan sumber. Rekruitmen mandiri, meminta perbantuan tenaga dari lembaga pemerintah dan menggaet relawan nakes,” ungkap dia.

Ilham menambahkan, percepatan kapasitas bed tentunya harus diimbangi dengan kapasitas SDM yang bersumber dari kontingensi kapasitas sistem. Sehingga, pihaknya mengambil langkah menurunkan rawat inap pasien umum, guna menaikkan SDM untuk menangani covid.

“Kami menurunkan bed untuk pasien umum hingga jumlahnya mencapai 56 bed. Nanti kalau tenda darurat sudah 100 persen bisa normal kembali, IGD umum bisa dipergunakan lagi,” katanya.

Selain itu, kata dia, pasokan obat-obatan juga ikut menipis. “Pasokan APD juga mesti ikut dijaga karena pemakaiannya sangat tinggi,” ucapnya.

Kendati demikian, sambung Ilham, RSUD akan berupaya sekuat tenaga untuk berbuat yang terbaik. Mulai dari memperbanyak kapasitas bed RS hingga 301 tempat tidur untuk menampung pasien bergejala sedang dan berat.

“Meningkatkan SDM dengan sumber. Rekruitmen mandiri, meminta perbantuan tenaga dari lembaga pemerintah dan menggaet relawan nakes,” ungkap dia.

Ilham menambahkan, percepatan kapasitas bed tentunya harus diimbangi dengan kapasitas SDM yang bersumber dari kontingensi kapasitas sistem. Sehingga, pihaknya mengambil langkah menurunkan rawat inap pasien umum, guna menaikkan SDM untuk menangani covid.

Lebih lanjut, ia membeberkan, untuk RSL pihaknya membutuhkan 60 nakes, namum saat dibuka rekruitmen yang mendaftar hanya 12 orang. Sedangkan jumlah nakes yang terpapar covid di RSUD saat ini sudah mencapai 55 orang dari 470 orang.

“Makanya solusinya kami meminta satu perawat menangani 10 sampai 15 pasien. Kondisi ini sangat melelahkan. Berapapun jumlah nakes takkan sebanding, bila penularan terjadi begitu masif,” pungkasnya.

Sementara itu, Wali Kota Bima Arya meminta kepada Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Bogor untuk melakukan koordinasi dengan produsen oksigen agar dipercepat proses distribusinya.

“Oksigen mulai krisis. Tadi saya pantau di salah satu tempat isi ulang oksigen. Stoknya hampir habis, sementara permintaan sangat tinggi. Saya minta Disperindag langsung koordinasi minta dipastikan tambahan stok suplay dari pabrik-pabrik oksigen di sekitar Bogor untuk Kota Bogor. Jadi perindag harus gerak cepat,” katanya.

Tingginya permintaan obat di tengah pandemi, membuat masyarakat mengaku kesulitan mendapatkan obat-obatan jenis tertentu. Jika ada pun, harganya bisa naik berkali lipat. Untuk itu, Satgas Covid-19 Kota Bogor mengingatkan agar toko obat tidak sembarangan menaikan harga jual.

Kapolresta Bogor Kota Kombes Susatyo Purnomo menegaskan akan menindak tegas toko obat atau perorangan yang menaikan harga obat di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) ataupun menimbunnya, termasuk soal oksigen.

“Untuk apotek-apotek saya ingatkan untuk tidak menaikan harga apalagi melakukan upaya-upaya untuk keuntungan pribadi dan membahayakan masyarakat, kami akan melakukan tindakan tegas,” kata Kapolresta.

Sejauh ini, kata dia, belum ada laporan terkait hal tersebut. Masyarakat juga diminta untuk melaporkan jika ada oknum-oknum yang menjual obat atau oksigen dengan harga tidak wajar.

** Fredy Kristianto

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version