Malang | Jurnal Inspirasi
Arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, program kerja Kementan 2021 akan diperkuat demi percepatan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dan pembangunan pertanian berkelanjutan. Pengejawantahan dari kebijakan tersebut, Badan Pengembangan dan Penyuluhan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian melakukan berbagai terobosan programnya berupaya membangun kekuatan Sumber Daya Manusia (SDM) untuk mewujudkan percepatan penumbuhan dan penguatan sektor pertanian.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, Prof. Dedi Nursyamsi, menyampaikan, “Sebagai bentuk dukungan terhadap program-program Kementerian sejumlah langkah sudah dilakukan, diantaranya dengan menggelar pelatihan bagi penyuluh, petugas lapangan, dan juga untuk petani serta generasi milenial yang memiliki minat untuk menekuni sektor pertanian.”
Sebagai wujud keseriusan penumbuhan dan pengembangan SDM Pertanian, Balai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP) Batu melaksanakan kegiatan. Pelatihan Tematik Peningkatan Kapasitas Petugas Inseminator Dalam Melakukan Deteksi Birahi dan Gangguan Reproduksi Pada Ternak Sapi bagi Aparatur kegiatan yang berlangsung dari 21-23 Juni 2021 dihadiri dan dibuka oleh Kadis pertanian Kabupaten Lombok Lalu Iskandar S.Pt. MM.
Hadir dalam acara tersebut Koordinator Penyelenggara Pelatihan Tata Sukmara, mewakili Kepala BBPP Batu. Prof. drh. Aji Santoso Drajat M.Phil. P.hD praktisi dari Unram. Kepala Bidang peternakan Agus Mulyadi, S.Pt., Fajarudin S.Pt. Kasi pembibitan dan prod peternakan. Jumlah peserta sebanyak 30 orang terdiri dari 26 orang peserta jenis kelamin pria dan 4 orang peserta wanita.
Dalam arahannya Kepala Dinas Lalu Iskandar S.Pt, mengatakan bahwa populasi ternak sapi di Lombok Tengah yang terhimpun dari 12 kecamatan relatif sangat rendah, yaitu kurang dari 500 ribu ekor pertahunnya. Rendahnya peningkatan populasi sapi potong ini menandakan adanya problem yang serius, khususnya adalah problem kesehatan reproduksi.
Kesehatan reproduksi hewan tentunya memiliki peran penting dalam mendukung keberhasilan peningkatan populasi. Dengan adanya gangguan kesehatan reproduksi hewan atau dikenal dengan istilah gangguan reproduksi ditandai dengan efisiensi reproduksi dan produktifitas yang rendah.
Lebih lanjut Lalu menyampaikan bahwa kemampuan dokter hewan di lapangan untuk menentukan kasus-kasus seperti rendahnya angka kelahiran, tidak munculnya birahi dan umumnya sering terjadi pada sapi setelah beranak atau sapi dara, sudah dikawinkan lebih dari tiga kali, namun belum bunting.
Sapi belum mengalami dewasa kelamin, walau umurnya sudah mencapai lebih dari dua tahun, keterlambatan dewasa kelamin, peradangan uterus yang lebih berat. dan masalah lain yang mudah-mudah dapat terjawab dari kegiatan pelatihan ini, demikian pungkas Lalu.
** T2S /BBPP Batu