Dewan Ikut Berang
Pamijahan | Jurnal Inspirasi
Keberadaan ‘Bank emok’ atau ‘Bank berjanji’ dan ‘Bank keliling’ seolah tak kunjung jadi solusi. Kehadirannya justeru terus menjadi gejolak ditengah tengah masyarakat. Meksipun ada yang menerima, namun justru banyak juga yang menolak akan kehadiran bank tersebut.
Bahkan kehadiran kedua bank tersebut seolah menjadi momok yang membuat kegaduhan ditengah masyarakat. Pasalnya sampai saat ini masih terjadi kontradiktif antara masyarakat kalangan bawah untuk dapat memenuhi kebutuhan, namun di sisi lain bunga bank yang diberikan cukuplah tinggi.
Akibatnya tidak sedikit masalah yang terjadi mulai dari kasus perceraian hingga terjadi ketimpangan sosial yang tentunya harus menjadi tanggung jawab bersama khususnya keseriusan pemerintah.
Seperti yang terjadi di wilayah Desa Pasarean, Kecamatan Pamijahan, penolakan terjadi diungkapkan Ketua Paguyuban RT, RW Desa Pasarean, Ade. Dia mengatakan, keberadaan ‘Bank Keliling’ dan ‘Bank Emok’ tentunya sangat meresahkan warga.
Ketika ‘Bank Emok’ dan ‘Bank Keliling’ dilarang masuk, ada warga yang pro dan kontra. Akan tetapi, lewat musyawarah dengan warga termasuk petugas ‘Bank Emok’ akhirnya disepakati mereka tidak akan melakukan pinjaman atau mencarikan lagi pinjaman.
“Kita sudah buat kesempatan bersama bahwa Bank Emok, Bank Keliling tidak akan masuk lagi ke Pasarean. Saya berharap seluruh masyarakat Desa Pasarean terbebas dari ‘Bank Emok’, ” jelasnya.
Sementara Anggota DPRD Kabupaten Bogor asal Desa Pasarean, Ruhiyat Sujana menyayangkan jika ada masyarakat yang masih tergoda ‘Bank Emok’ dan ‘Bank Keliling’.
Memang untuk persyaratan pinjam ke ‘Bank Emok’ sangat mudah dan cepat cair, akan tetapi suku bunga yang dikenakan cukup membebankan warga. Jika tidak digunakan dengan baik pinjaman tersebut, yang ada banyak warga yang tak sanggup bayar.
Dia juga sadar pasti ada saja yang tidak seneng ketika menyikapi terkait ‘Bank Emok;. Pasti dalihnya soal “Solusi” ke siapa ketika warga mau pinjam. “Masalah meminjam ke ‘Bank Emok’ benar-benar pinjam karena kebutuhan atau kemauan,” tegasnya.
Secara pribadi dirinya sudah lama menyikapi fenomena maraknya ‘Bank Emok’. Alhasil, warga menjadi bagian dari penyebab maraknya praktik tersebut. Ini bukan hanya soal kebutuhan saja tapi soal keyakinan, jangan sampai pinjam karena bukan kebutuhan yang urgen dan pinjaman tersebut malah tidak mendapat keberkahan.
“’Bank Emok’ atau ‘Bank Berjanji’ dan ‘Bank Keliling’ seolah tak kunjung jadi solusi, kahadiran mereka terus menjadi gejolak ditengah tengah masyarakat. Karena ‘Bank Emok’ ada juga suami istri yang sampai cerai. Itu yang tidak diinginkan,”pungkasnya.
** Cepi Kurniawan