Jakarta | Jurnal Inspirasi
Kasus megaproyek di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ciawi, yang bersumber dari bantuan keuangan (Bankeu) Provinsi Jawa Barat dan APBD Kabupaten Bogor, tahun anggaran 202o lalu memasuki babak baru. Kamis (03/06), sejumlah aktivis yang tergabung dalam Gerakan Mahasiswa dan Pemuda Bogor (Gempar) untuk kedua kalinya mendatangi gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di Jakarta, untuk melengkapi berkas laporan sambil menggelar aksi meminta komisi antirasuan itu menurunkan tim ke RSUD Ciawi.
Ketua Gempar, Putra Nur Pratama mengaku, aksi massa yang ke dua kalinya di gedung KPK akan dilakukan pada pertengahan Juni nanti. “Antara tanggal 15 atau 20 Juni, kami akan demo lagi ke gedung KPK,” ungkapnya kepada wartawan saat di konfirmasi melalui telepon selulernya, kemarin.
Saat ini, kata Putra, Gempar, sedang melakukan pendalaman terkait dugaan kasus korupsi di Mega proyek RSUD Ciawi, baik itu kegiatan pembangunan di Gedung MDG’S yang berasal dari anggaran Bankeu Jawa Barat maupun bersumber dana dari APBD Kabupaten Bogor.”Demo kita nanti sekaligus menyerahkan kekurangan berkas ke KPK,” ujarnya.
Pada saat aksi nanti pertengahan Juni nanti, Gempar, kata Putra, mendesak lembaga antirasuah segera turun menindaklanjuti laporan yang masuk. “Setelah semua berkas lengkap, tinggal kami menunggu KPK turun ke RSUD Ciawi,” imbuhnya.
Berdasarkan tanda terima berkas dari KPK pada tanggal 30 April 2021 dengan nomor register: – /56/ 200 dan nomor surat : 12/ B/ SEK/ IV2021, Gempar yang saat itu tiba di gedung antirasuah sekitar pukul 13.31 WIB dengan menyerahkan berkas.
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dua proyek RSUD Ciawi, Irawan menjelaskan, mangkraknya proyek pembangunan Gedung MDG’S, disebabkan tidak turunnya bantuan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dan diputusnya kontrak karena pelaksana tidak tepat waktu.
“Batas waktu sesuai kontrak sudah habis dan kami putus kontrak nya. Kami bayar pelaksana pembangunan Gedung MDG’S sesuai dengan progres pengerjaan yakni senilai Rp 7 miliar,” katanya dihadapan PMBS.
Disinggung terlambatnya pengerjaan di proyek Gedung Gizi, Irawan masalan itu lebih kepada teknis maupun pengiriman bahan-bahan material.
“Ada yang harus direvisi, terutama dari gambar. Bukan itu saja, saat proyek mulai dikerjakan, terkendala pengiriman bahan material, pabrik nya tutup karena Covid-19,” tutup Irawan, didampingi Kabag TU RSUD Ciawi, Mardani.
** Dede Suhendar