Tenjolaya | Jurnal Bogor
Cincau hitam yang ada di pasaran rupanya diproduksi warga Gunung Mulya, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Saat Ramadhan sekarang ini, cincau ini banyak diburu pembeli hingga omset penjualannya meningkat 100 persen. Dari semula hanya 50 kaleng sekali produksi misalnya, namun pada bulan puasa ini bisa mencapai 200 kaleng sekali produksi.
“Untuk harga jual ada kenaikan dari semulanya Rp 45 ribu, saat Ramadhan harga jual ke pedagang itu Rp 50 ribu naik 5 ribu per kalengnya. Untuk pemasaran itu ke pasar tradisional yang ada di Bogor dan Sukabumi,” kata salah seorang produsen cincau hitam, Dede Sumantri (35), Minggu (18/4).
Dede mengatakan, untuk saat ini omset yang ia dapat per hari sekali produksi dapat meraup keuntungan Rp 15 juta, dibandingkan dengan hari hari biasa hanya mendapatkan Rp 2 juta. “Alhamdulillah berkah saat Ramadhan ini meksipun tidak sebesar sebelum ada pandemi itu bisa dapat Rp 30 juta sekali produksi,” kata Dede.
Dede mengatakan, banyak orang membeli cincau hitam karena saat Ramadhan ini cincau hitam selain sebagai makaan herbal yang bisa memperlancar pencernaan dan panas dalam, saat Ramadhan ini juga bisa jadi menu tambahan untuk berbuka puasa.
“Ya bisa dibuat kolak, bisa dibuat bahan campuran es buah dan bisa jadi menu lainnya untuk pembuka puasa,” kata Dede.
Cara pengolahannya sendiri terbilang sederhana. Cincau hitam di Tenjolaya sendiri bahan bakunya dibeli dari petani daun cincau dengan harga per kilogramnya Rp 7 ribu. Daun yang kering dibeli dari petani dikirim ke tempat pengolahan, daun-daun yang sudah dikeringkan selama 2 hari itu kemudian diolah dengan proses mixer di air yang mendidih sebelum akhirnya dicetak pada sebuah tempat.
Proses pengolahan daun cincau menjadi cincau hitam itu sekali produksi membutuhkan waktu paling lama sekitar 5 Jam. “Pertama proses daun yang sudah dikeringkan dimasukan kedalam wadah yang sudah diisi air yang mendidih, lalu diaduk sampai halus selama dua jam, setelah itu dipindahkan ketempat penyaringan kalau dimasukan kedalam tempat pengolahan terakhir yang dicampur dengan tepung tapioka lalu dimasukan kedalam kaleng cetakan dan ditunggu sampai satu jam,” jelas Dede.
Sementara Kepala Desa Tapos I Maman Naiman mengatakan, banyak orang yang belum tahu, cincau hitam yang berada di pasar tradisional di Bogor dan Sukabumi itu berasal dari Kecamatan Tenjolaya. Bahkan bahan baku daun cincau yang sudah dikeringkan itu ada yang dikrim ke luar Bogor, seperti Bangka, Cina dan Vietnam.
Maman Naiman menambahkan bahwa Kecamatan Tenjolaya memang terkenal dengan wilayah Pertanian. Salah satunya pertanian daun cincau. Di Desa Tapos I saja, dikatakan Kades, ada sekitar 2 hektar lahan pertanian daun cincau yang saat Ramadhan ini banyak pesanan dari produsen Cincau hitam.
“Kurang lebih ada dua hektar yang ditanami pohon daun cincau,” kata Kades mengakhiri.
** Cepi Kurniawan