Leuwiliang | Jurnal Inspirasi
Saat Ramadhan tiba, produksi kolang kaling yang diproduksi warga Pabangbon, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor meningkat hingga 50 persen dari hari biasanya. Di Pabangbon sendiri diketahui hampir separuh warganya menjadi produsen kolang-kaling.
Salah satunya Winda (32), yang mengaku sudah 4 tahun menjadi produsen kolang-kaling. Untuk bahan baku utamanya buah aren. Winda mengaku buah aren itu dia beli dari petani di daerah Leuwliang. Untuk pembelian buah kolang-kaling ia beli per satu pohonnya Rp 500 ribu.
“Saya untuk buah arennya beli dari petani satu pohon itu harganya 500 ribu rupiah,” kata Winda.
Sebelum Ramadhan dia mengaku biasanya hanya membeli satu atau dua pohon saja, namun saat Ramadhan tiba, tentu menjadi berkah tersendiri karena tingginya permintaan kolang-kaling ia pun harus banyak lagi membeli pohon untuk meningkatkan produksi.
“Saya menambah pembelian biasa sebelum puasa hanya satu atau dua pohon sekarang beli seratus pohon dan harganya per pohon 500 ribu,” katanya.
Widia juga mengatakan untuk pengolahan buah aren menjadi kolang-kaling tidak terlalu sulit atau membutuhkan bahan baku tambahan, bahkan pengolahan dilakukan secara alami.
“Caranya dilakukan secara alami, buah aren yang diambil, dipotong potong diambil buahnya, lalu dimasukan kedalam tempat besar untuk memasaknya yang berada di tungku, lalu di rebus selama 2,5 jam setelah itu ditiriskan, setelah ditiriskan dikupas diambil buah arennya,” jelasnya.
“Setelah terkumpul lalu ditumbuk, setelah ditumbuk disortir, setelah disortir lalu diberishkan dengan air mengalir, setelah itu dimasukan ke dalam drum untuk direndam selama dua minggu agar mekar,” kata Widia.
Setiap pekan kata Widia, saat Ramadhan ini bisa memproduksi 1 ton kolang-kaling yang dipasarkan di pasar pasar tradisional yang ada wilayah Bogor. “Alhamdulillah produksi meningkat biasanya satu minggu itu hanya memproleh keuntungan 500 ribu perbulan, saat Ramadhan ini bisa mencapai 2 juta rupiah,” katanya.
Sementara dengan meningkatnya permintaan kolang-kaling menjadi berkah tersendiri bagi para pekerjanya. Seperti diungkapkan Nina (36), sebelum Ramadhan per harinya ia dibayar Rp 30 ribu, namun ketika Ramadhan ini upah yang ia dapat bertambah menjadi Rp 50 ribu.
“Alhamdulillah upah jadi naik saat Ramadhan ini karena permintaan kolang-kaling juga meningkat,” kata Nina.
Nina lebih lanjut mengatakan, dia baru 1,5 tahun bekerja di tempat produksi kolang-kaling dan dengan meningkatnya pendapatan bisa ia tabung untuk keperluan Lebaran. “Bisa saya tabung kan kalau upahnya bertambah buat beli keperluan Lebaran nanti,” ujarnya.
** Cepi Kurniawan