CIgudeg l Jurnal Inspirasi
Sudah satu tahun wabah Covid- 19 melanda tanah air, khususnya Kabupaten Bogor yang berdampak pada penurunan ekonomi seperti yang dialami para pedagang pasar tradisional Cigudeg yang mengeluhkan tergerusnya omzet. Turunnya pendapatan mereka tak lepas dari sepinya konsumen.
Keluhan itu salah satunya diungkapkan pedagang sepatu dan sandal, Adah (40). Ia mengaku setelah adanya Covid-19, pendatapan para pedagang di Pasar Cigudeg kini semakin hari semakin tak menentu. “Karena sepinya pembeli, pendapatan sekarang malah tambah parah,” kata Adah kepada wartawan, Senin (8/2).
Sudah satu tahun, kata Adah para pedagang terus merugi dan mengalami penurunan omset secara drastis. ” Pendapatan memang ada meski sedikit,” ujarnya.
Para pedagang tersebut juga mengaku tidak mendapat Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang diberikan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah bagi pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). “Dari program UMKM ini kami tidak mendapat bantuan apa apa. Saat ini, sedang menunggu bantuan untuk tambahan modal, karena sebelumnya anggaran bagi pelaku UMKM telah kami ajukan,” ungkapnya.
Staf Unit Pasar Cigudeg, Muslihat menyatakan, dari 600 lokal sekitar 400 pedagang dari berbagai komoditi mereka tetap berjualan meski ada penurunan omset.” Dimasa pandemi ini, para pedagang mengalami penurunan jumlah pengunjung sekitar 25 persen,” kata Muslihat.
Selain wabah pandemi yang berdampak ke perekonomian, ditambah saat ini musim hujan dan para pengunjung pasar semakin menurun. Jam operasional bagi para pedagang yang biasanya pukul 6: 00 WIB pagi sampai dengan pukul 4: 00. ” Sekarang ini, para pedagang membuka barang dagangannya mulai pukul 05 kemudian tutup hinga pukul 3 sore,” kata dia.
Menurutnya, yang masih mendominasi dan masih punya daya tarik pembelii seperti para pedagang sembako. Pedagang sembako merupakan kebutuhan primer jadi penurannya tidak seperti pedagang pakaian dan pedagang barang elekronik,” pungkasnya.
** Arip Ekon