Jakarta | Jurnal Inspirasi
Narasi vaksinasi Presiden Joko Widodo gagal dan harus diulang muncul di media sosial. Di WhatsApp misalnya, beredar tulisan injeksi vaksin Sinovac seharusnya intramuskular (menembus otot) sehingga penyuntikannya harus dilakukan dengan tegak lurus (90 derajat).
Pesan itu ditulis atas nama dr. Taufiq Muhibbuddin Waly Sp.PD. Dalam pesan tersebut, vaksin yang diterima Presiden Joko Widodo tidak menembus otot sehingga tidak masuk ke dalam darah.
“Suntikan vaksin yang dilakukan pada Anda hanyalah sampai di kulit (intrakutan) atau di bawah kulit (subkutan). Itu berarti vaksin tidak masuk ke darah,” tulis Taufiq dalam pesan tersebut.
Tulisan itu juga menyinggung risiko terjadinya Antibody Dependent Enhancement (ADE), kondisi di mana virus mati yang ada di dalam vaksin masuk ke jaringan tubuh lain dan menyebabkan masalah kesehatan.
Ketua Satgas Covid-19 IDI Zubairi Djoerban menegaskan, pendapat dari pesan berantai tersebut tidak benar. “Menyuntik itu tidak harus selalu tegak lurus dengan cara intramuskular,” kata Zubairi, dikutip dari RMOL, Senin (18/1).
“Secara teoritis memang logikanya dalam urutannya kulit, subkutan di bawah kulit, lalu masuk ke otot. Kata orang yang komentar, jika posisinya miring tidak masuk ke otot, tapi ternyata tidak seperti itu,” kata dia.
Menurut dia, ada penelitian yang membantah terkait injeksi intramuskular. Penelitian berjudul “Mitos Injeksi Intramuskular Sudut 90 Derajat” ditulis oleh DL Katsma dan R Katsma dan diterbitkan di National Library of Medicine pada edisi Januari-Februari 2000.
Dilansir dalam laman National Library of Medicine, penelitian itu menyatakan, buku teks yang menjelaskan persyaratan sudut 90 derajat untuk injeksi intramuskular tidak realistis. Trigonometri menunjukkan suntikan yang diberikan pada 72 derajat mencapai 95 persen dari kedalaman suntikan yang diberikan pada derajat 90.
Terkait hubungan antara sudut jarum dan kedalaman jarum ini, menurut penelitian ini, penelitian sebelumnya tentang kinematika gerakan tangan selama injeksi intramuskular dan pertimbangan praktis lainnya mendukung proposal untuk standar baru penyuntikan yang lebih santai; injeksi intramuskular diberikan pada sudut nyaman antara 72 derajat dan 90 derajat.
“Tulisan ini membantah kalau tegak lurus relatif tidak realistik. Intinya, sudah benar yang dilakukan saat vaksinasi Pak Jokowi. Jadi, tidak harus tegak lurus dan sudah masuk otot,” kata dr Zubairi.
Ketua IDI dr Daeng Mohammad Faqih mengatakan, tulisan pada pesan WA itu merupakan suatu opini dari penulis dan bukan berdasarkan data serta kajian ilmiah. Dr Daeng menegaskan bahwa penyuntikan yang dilakukan oleh Prof Abdul Muthalib sudah benar. Sebab, ia pun disuntik oleh orang yang sama.
Terkait reaksi ADE, dr Daeng mengatakan, vaksin Sinovac sudah diuji klinis PT Bio Farma dan peneliti dari Universitas Padjajaran. Dalam hasil penelitian yang dilaporkan ke BPOM, tidak ditemukan adanya reaksi tersebut.
** ass/rmol