Home News Perlu Revolusi Akhlak, Gatot Sebut Ada Ketidakadilan

Perlu Revolusi Akhlak, Gatot Sebut Ada Ketidakadilan

Jakarta | Jurnal Inspirasi

Gejolak yang terjadi di Papua baru-baru ini disebut mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo karena masalah ketidakadilan hingga ada yang mendeklarasikan berdirinya pemerintahan Papua Barat.

“Nah keadilan ini buktinya apabila tidak dilakukan, pelaksanaannya bagi seluruh rakyat Indonesia, terbukti sekarang di Papua, Papua Barat itu masalah keadilan. (Merdeka) itu karena sudah frustrasi,” ucap Gatot kala menjadi pembicara ‘Dialog Nasional 100 Ulama dan Tokoh Bersama Imam Besar Al Habib Muhammad Rizieq Shihab’ yang disiarkan akun channel Youtube Front TV pada Rabu (2/12).

Gatot pun meminta pemerintah untuk berlaku adil ketika menangani masalah di Papua, yang selama ini tidak bergejolak. Menurut Gatot, hal itu terjadi karena ada rasa ketidakadilan yang dirasakan warga asli Papua. “Inilah kalau keadilan ada tetep, mereka dilindungi setiap manusia diperlakukan sama secara adil dan beradab, tidak mungkin itu terjadi. Selama 70 tahun tidak terjadi damai-damai saja, inilah perlunya Revolusi Akhlak,” kata Gatot menambahkan.

Mantan Panglima Kostrad itu juga menyinggung sebenarnya manusia Indonesia itu dilahirkan sebagai pemberani. Hal itu ditandai dengan masyarakat Indonesia yang memiliki berbagai latar belakang, namun mempunyai senjata daerah.

“Manusia-manusia Indonesia adalah manusia pemberani. Dari Sabang sampai Merauke punya senjata, rencong, keris, badik, dan sebagainya, hanya bedanya di barat kecil, semakin ke timur besar. Semua suku punya tarian perang, siap perang, maka pemberani,” ucap Gatot.

Sementara Imam Besar Front Pembela Islam (FPI), Habib Rizieq Shihab mengajak seluruh elemen masyarakat dan pemerintah untuk menghentikan segala kegaduhan yang terjadi di Indonesia. Kini, Habib Rizieq mengatakan sangat terbuka untuk berdiskusi tentang kemajuan bangsa Indonesia.

“Saya minta semua pihak, ayo mulai hari ini setop kegaduhan. Mau sampai kapan kita terus bergaduh. Ayo buka pintu dialog, ayo kita diskusi, berargumentasi dengan sehat,” kata Habib Rizieq.

Menurut dia, sebaiknya tidak ada yang berpikir negatif ketika mendengar frase revolusi akhlak. Tidak betul, kata Habib Rizieq, apabila revolusi akhlak ini dikaitkan dengan revolusi bersenjata maupun pemberontakan.

“Revolusi akhlak jangan digambarkan sebagai revolusi berdarah-darah, revolusi makar, revolusi menjatuhkan pemerintahan yang sah, revolusi bughot atau khawarij. Tidak begitu,” ujarnya.

Karena, Habib Rizieq Shihab mengatakan, para habaib di Indonesia dididik oleh para guru dengan mazhab ahlussunnah wal jama’ah. Sehingga, tidak boleh ada upaya pemberontakan terhadap pemerintahan yang sah.

“Kita ahlussunnah wal jama’ah, kita selalu membuka diri untuk dialog, diskusi, kita saling kritik dan saling memperbaiki. Kami tidak boleh melakukan pemberontakan terhadap pemerintahan yang sah, tidak boleh,” jelas dia.

Tapi, kata dia, memang harus objektif juga terhadap kebijakan yang dikeluarkan pemerintah, baik dan bagus tentu diapresiasi serta dijalankan secara bersama-sama. Namun, jika ada kebijakan yang tidak populer, membahayakan keselamatan bangsa dan negara, kebijakan yang menindas rakyat itu wajib dikritisi.

“Mengkritik pemerintahan yang sah, itu bukan makar dan bukan pemberontakan. Ini yang perlu saya jelaskan. Jadi tidak ada pemberontakan. Kita ahlussunnah wal jama’ah, ini negeri dakwah untuk berbuat baik termasuk para penguasa, pemerintah,” kata dia.

** ass

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version