Ciawi | Jurnal Inspirasi
Produk rempah – rempah yang dihasilkan petani Indonesia seperti kayumanis, kapulaga, cengkeh, pala dan bunga pala (fuli) menjadi bahan utama pada Lebkuchen (roti jahe tradisional Jerman). “Tanpa rempah – rempah ini tidak akan bisa dibuat Lebkuchen dan tidak akan berasa seperti Lebkuchen. Ini berarti Lebkuchen khas Numberg tidak akan ada, “ tutur. Martin NOS pemilik Konditorei Rittinghouse di Numberg Jerman.
Testimoni yang dikutip dari tayangan Atase pertanian KBRI di Brussel mengenai produk pertanian Indonesia di benua Eropa yang menampilkan keunggulan rempah Indonesia, Martin NOS menuturkan rempah – rempah Indonesia seperti kayumanis, kapulaga, cengkeh, pala, bunga pala (fuli) menjadi sangat penting di Jerman khususnya di Numberg terutama saat natal.
Selain untuk Lebkuchen, Ia mengaku menggunakan rempah – rempah lainnya dari Indonesia untuk membuat bermacam – macam kue.
“ Kayumanis Indonesia mempunyai karakteristik aroma yang khas yang membuat kue sangat harum dan beraroma sedap, “ ungkapnya.
Hal senada disampaikan Thomas Linhardt pemilik toko tanpa kemasan Zero Hero di Erlangen Jerman, menuturkan menyukai produk Indonesia karena mempunyai kualitas yang sangat bagus sehingga memuaskan pelanggannya.
“ Apabila pelanggan puas, kami juga puas dan kami ingin melanjutkan dan meningkatkan kerjasama ini. Kami memerlukan Kemukus, lada hitam, lada putih, pala, bunga pala, cengkeh dan produk premium lainnya dari Indonesia yang organic karena kita bersertifikat organic, “ tuturnya.
Dimasa pandemik Covid 19, permintaan rempah – rempah dari Indonesia ke Eropa lebih tinggi dari sebelumnya. Konsumen Uni Eropa yang selalu menginginkan produk yang sehat dan aman, menjadi peluang bagi petani Indonesia untuk memantapkan diri di pasar Eropa dengan kualitas premium.
Atase Pertanian KBRI di Brussel dan Wilayah Kerjanya Wahida Maghraby mengatakan akses pasar Uni Eropa hanya bisa ditembus dengan mengirimkan produk berkualitas tinggi terutama organik.
“ Konsumen UE sangat mengapresiasi produk berkualitas sehingga sangat penting bagi Indonesia untuk bisa menghasilkan produk yang sesuai dengan ekspektasi konsumen UE, “ ujarnya.
Hadir sebagai narasumber dalam webinar Brokoli ( Ngobrol Asyik Via Online), yang diselenggarakan Pusat Pelatihan Manajemen dan Kepemimpinan Pertanian (PPMKP) Ciawi Bogor, Rabu (16/11) lebih jauh Wahida mengungkapkan kunci untuk memasuki pasar UE adalah produk dengan prinsip sustainable dan ramah lingkungan, organik dan fair trade.
Webinar yang membahas berbagai hal seperti kategori produk organik yang diterima di UE, persyaratan yang harus dipenuhi untuk dapat memasuki pasar UE, sertifikasi organik, prosedur ekspor, produk-produk yang digemari dan karakteristik yang harus dimiliki produk tersebut, serta peluang dan tantangan ini mendapatkan respons positif masyarakat dimana lebih dari 196 orang terdaftar sebagai peserta.
Sesi tanya jawab berlangsung sangat aktif memperlihatkan antusiasme tinggi para peserta. Salah satunya D. Naloanro, pelaku usaha yang sudah lama mengekspor produk organik ke Eropa. Anro yang juga Ketua Sustainable Spices Initiative mengungkapkan bahwa pasar produk organik sangat terbuka di Eropa, Jusru kesulitan yang dihadapi adalah kekurangan pasokan dari Indonesia. Anro menyarankan pemerintah segera menyiapkan pemetaan dan perencanaan komoditas organik di level petani produsen agar keberlangsungan pasokan dapat terjaga.
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengharapkan dalam lima tahun ke depan ekspor pertanian meningkat sebanyak tiga kali lipat. Untuk mendukung ekspor tersebut Mentan SYL mengungkapkan, Kementerian Pertanian (Kementan) memiliki program strategis Gerakan Tiga Kali Ekspor (GraTieks). Melalui program ini, sektor pertanian diharapkan menjadi penopang kemajuan ekonomi.
Sementara Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementan Dedi Nursyamsi menuturkan tujuan Kementan menggenjot ekspor sungguh luar biasa. Ditengah situasi pandemi yang sangat mengganggu segala sektor sendi dan sendi kehidupan, produk Domestik Brutto pertanian tetap positif. Kata Dedi bicara ekspor tidak hanya produktivitas tapi kualitas dan kontinuitas menjadi variabel – variabel penting yang menjadi penentu keberhasilan ekspor Indonesia.
** Regi/PPMKP