25.3 C
Bogor
Saturday, April 20, 2024

Buy now

spot_img

Bima Sebut Profesi Wartawan Adalah Pengabdian

OKK yang Digelar PWI Kota Bogor Diikuti Puluhan Wartawan

Bogor | Jurnal Inspirasi

Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kota Bogor menggelar Orientasi Kewartawanan dan Keorganisasian (OKK) di Hotel Bogor Valley, Sabtu (31/10).  OKK dengan tema “Memahami Produk Jurnalistik, Menjalankan Kode Etik di Tengah Kemerdekaan Pers,” diikuti puluhan wartawan Kota dan Kabupaten Bogor.

Bima Arya bersama, perwakilan DPRD Kota Bogor, PWI Kota Bogor dan Jabar

Ketua PWI Kota Bogor Arihta Utama Surbakti mengatakan, OK baru digelar kembali di masa pandemi Covid-19.  Meski demikian, tidak mengurangi secara kualitas, karena pemateri dari PWI Jabar kompeten di bidangnya. Ari berharap organisasi PWI tidak diisi oleh orang-orang yang dalam tanda kutip untuk kepentingan pribadi.

“Karena itu ada ujian yang harus dijalani dan merupakan syarat mutlak. Saya harap teman-teman yang ditunjuk saat ini dan ikut serta teman-teman yang sudah bekerja di media mainstream. Sehingga tidak kesulitan dalam menulis berita. Semoga teman-teman tidak ada kesulitan dalam OKK dan kedepan PWI ibaratnya akan diisi air yang masih bersih,” ungkap Ari.

Ari menambahkan, sehingga nantinya teman-teman wartawan mengetahui apa itu manfaat dan untuk apa di PWI Kota Bogor. Jadi tidak asal masuk, yang terpenting adalah teman-teman mengetahui adanya Peraturan Dasar (PD) dan Peraturan Rumah Tangga (PRT).

Sementara itu, Wali Kota Bogor Bima Arya mengatakan, ada persamaan atap antara wartawan dan politisi. Karena pekerjaan itu terbagi dua, yaitu satu orientasinya pada pencaharian dan pekerjaan pengabdian.

“Sepanjang sejarah politisi dan wartawan masuk dalam pengabdian. Saat orang bercita-cita menjadi politisi dan wartawan orientasi sejatinya kepada pengabdian. Dalam sejarah terjadi irisan politisi menjadikan jurnalis menjadi sarana perjuangan. Tidak sedikit juga jurnalis menjadi politisi dan berkiprah dipolitik,” ungkap Bima.

Bima menjelaskan, dalam perjalanan banyak hal berbeda karena tantangan yang cenderung bergeser kepada mata pencaharian. Dari mulai kiprah awal dari pendahulu politisi dan wartawan marwahnya dijaga sampai diujung.

“Karena mereka berhasil menjaga idealisme dan pragmatisme, wartawan idealisme tapi owner-nya politisi karena bisanjadi wartawan hati nuraninya A tapi perintah owner B bertentangan dengan owner. Kadang juga ada kejadian karena kerabat, teman sodara dan kolega. Mereka menitip berita karena kepentingan dan cair,” jelasnya.

Ketua PWI, panitia acara dan moderator

Bima memaparkan, tidak mudah sekarang bagi politisi dan wartawan karena terancam sektarian, promodia serta Suku, Adat, Ras dan Agama (SARA). Banyak politisi memainkan isu SARA, tetapi harus ada kemampuan media menjadikan edukasi secara presisi.

“Jangan sampai yang penting eksis dahulu. Masalah akurasi dan fakta belakangan. Kalau tidak mampu berkreasi termakan arus, bagaimana dunia digital mengancam televisi besar. Ini menunjukkan inovasi kreasi. Bagaimana ada narasi televisi saat ini,” paparnya.

Bima juga mengusulkan, dengan adanya OKK ini bisa menjadikan bagaimana media menjadi pilar demokrasi. Kalau ada kepala dinas memanipulasi asal base-nya, nurani dirinya dukung temen-temen kritis, tetapi kalau teman-teman wartawan bermain, dia akan bela kepala dinas.

“Insya Allah godaan, tantangan dan peluang sama antara politisi serta wartawan. Karena itu ada penguatan kapasitas PWI Kota Bogor, sama hal nya seperti lurah, camat dan kepala dinas diupgrade. Makanya kompetensi ideal itu 40 persen dan karakter 60 persen. Karena itu saya selalu bercerita tokoh-tokoh pemimpin saat briefing staff,” tuturnya.

Bima berharap kedepan wartawan Kota Bogor menjadi wartawan idealis. Dirinya apresiasi dibawah Arihta Utama Surbakti bukan sekedar berdiri, tapi berlari dengan kelihatan dari aktivitas dan kegiatan yang ada. “Mudah-mudahan Kota Bogor akan mengorbitkan legenda jurnalis. Pemkot Bogor siap bersinergis,” pungkasnya.

Ditempat yang sama, dirinya secara pribadi memberikan pandangan bahwa wartawan yang ada dan sebagai salah satu penyampai informasi bagi masyarakat dalam bentuk berita tapi bisa mengedukasi dan mengubah pemikiran masyarakat. Menjaga norma-norma moral, bahwa seorang wartawan harus bisa mengemas bahasa agar informatif dan edukatif.

** Asep Saepudin Sayyev |

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -
- Advertisement -

Latest Articles