Bogor | Jurnal Inspirasi
Pada Kamis, 29 Oktober 2020 umat Islam memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW dimana dalam kalender hijriyah pada tanggal 12 Rabiul Awal. Rasulullah lahir di tengah keluarga Bani Hasyim di Mekkah sehingga jadi permulaan tahun dari peristiwa serangan tentara Gajah ke Mekah, dan 40 tahun setelah kekuasaan Kisra Anusyirwan.
Dikutip dari Viva, Kamis (29/10), soal kapan persisnya kelahiran Nabi memang ada beberapa perbedaan tentang penentuan tanggalan masehi. Ada pendapat yang menyebutkan bahwa Rasulullah lahir pada 9 Rabiul Awal atau bertepatan dengan tanggal 20 atau 22 April tahun 571 Masehi.
Pendapat ini berdasarkan penelitian ulama besar Muhammad Sulaiman Al Manshurfuri dan peneliti astronomi Mahmud Basya. Jika diteliti kelahiran Nabi berdasarkan riwayat disebutkan hari Senin, maka merujuk penanggalan di tahun kelahiran Nabi, bahwa hari Senin jatuh pada tanggal 9 Rabiul Awal, bukan 12 Rabiul Awal.
Meskipun ada perbedaan soal tanggal persis kelahiran Nabi, namun setidaknya para sejarawan Islam bersepakat bahwa kelahiran Nabi di awal permulaan tahun Gajah. Kemudian, lahir di bulan Robi’ul Awal dan lahir pada hari Senin, sebagaimana sabda Rasulullah ketika ditanya ‘Mengapa Rasulullah berpuasa di hari Senin? Beliau menjawab ‘Itulah hari Aku dilahirkan’.
Terlepas dari perbedaan pendapat itu, kelahiran Nabi di bulan Rabiul Awal merupakan sebuah peristiwa agung yang menyiratkan tanda-tanda kerasulan. Disamping tentunya menjadi kabar gembira bagi keluarga Bani Hasyim atas kelahiran bayi dari pasangan Abdullah dan Aminah.
Setelah melahirkan, ibunda Nabi mengirimkan utusan ke tempat kakeknya, Abdul Muthalib, yang merupakan petinggi Quraisy, untuk menyampaikan kabar gembira tentang kelahiran cucunya. Abdul Muthalib pun menyambutnya dengan suka cita dan mengajak sang cucu masuk ke dalam Ka’bah serta berdoa di dalamnya.
Di tempat suci itu, Abdul Muthalib memilihkan nama untuk cucunya itu dengan nama ‘Muhammad’– nama yang saat itu belum dikenal bangsa Arab. Sementara ayah Nabi, Abdullah bin Abdul Muthalib, lebih dulu wafat sebelum Nabi lahir. Walaupun ada yang berpendapat ayah Nabi meninggal dua bulan setelah Nabi lahir, tapi mayoritas ahli sejarah menyebutkan Abdullan meninggal dunia sebelum Nabi lahir.
Abdullah meninggal dunia pada usia 25 tahun. Sebelum meninggal, Abdullah diutus Abdul Muthalib ke Madinah untuk mengurus kurma. Saat ditinggal ke Madinah, Aminah sedang hamil tua. Hingga Allah menakdirkan Abdullah meninggal dunia di Madinah dan dimakamkan di Darun Nabighah Al Ja’di.
Berikut beberapa peristiwa yang menyertai kelahiran Nabi Muhammad SAW, yang diriwayatkan Al Baihaqi dikutip dalam kitab Mukhtasar Siratur Rasul (Syaikh Abdullah An-Najdi):
1. Cahaya dari Kemaluan Ibunda Nabi
Ibnu Sa’ad meriwayatkan bahwa ibunda Rasulullah berkata: “Setelah bayiku keluar, aku melihat cahaya yang keluar dari kemaluanku, menyinari istana-istana di Syam”. Imam Ahmad juga meriwayatkan dari Al-Irbadh bin Sariyah, yang redaksinya serupa dengan riwayat Ibnu Sa’ad.
2. Runtuhnya Istana Kisra Anusyirwan
Diriwayatkan juga ada beberapa bukti pendukung kerasulan, bertepatan dengan saat kelahiran Rasulullah, yakni runtuhnya 14 balkon Istana Kisra (Raja Persia) yang merupakan pusat kezaliman dan kekafiran dunia tiba-tiba retak dan runtuh.
3. Padamnya Api Kaum Majusi
Menjelang detik-detik kelahiran Nabi, benteng-benteng kezaliman mengalami keguncangan. Misalnya, api suci yang dipuja-puja oleh orang Majusi atau Zoroaster di kuil pemujaan di Persia tiba-tiba padam. Api Majusi itu dikisahkan selalu menyala hingga hampir seribu tahun.
4. Berhala di Ka’bah Berjatuhan dan Gereja di Romawi Runtuh
Kelahiran Nabi Muhammad SAW ditandai dengan peristiwa guncangan dahsyat yang menghancurkan berhala-berhala yang berada di sekitar Ka’bah. Berhala-berhala sesembahan kaum musyrik Quraisy itu jatuh dan hancur ke tanah. Bersamaan itu pula beberapa gereja dan biara di Romawi tiba-tiba runtuh, ambles ke tanah.