Ciawi | Jurnal Inspirasi
Cara belajar melalui pengalaman atau dikenal juga dengan siklus belajar lewat pengalaman Experiential Learning Cycle (ELC) tepat diterapkan dalam proses pelatihan, di samping aktivitas belajar lainnya seperti halnya kegiatan belajar pada pendidikan formal. Demikian disampaikan Rodhyah, Widyaiswara Utama Pusat Pelatihan Manajemen dan Kepemimpinan Pertanian (PPMKP) Ciawi-Bogor, dalam Sharing Knowledge and Experience ELC, Selasa (6/10).
Ia melanjutkan pada dasarnya semua orang bila ingin berubah menjadi lebih baik tentunya harus melalui proses belajar. “ELC adalah proses yang sangat alami. Belajar yang paling tepat, ya dengan mengalami. Tidak hanya mendengar dan atau melihat saja. Cara belajar ini dimulai dengan peserta melakukan sesuatu untuk memperoleh pengalaman, mendiskusikan/menulis pengalaman, menggali dan mengembangkan prinsip serta melaksanakan kemudian menerapkan prinsip dan kembali ke tahap memperoleh pengalaman kembali, “ ujarnya.
Ditegaskannya penerapan cara belajar ini harus didukung pemahaman makna yang mendalam tentang learning, bahwa pada hakikatnya manusia perlu belajar seumur hidup. Kemudian kemampuan memilih dan menggunakan metode – metode pembelajaran secara tepat, selaras dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, memahami pentingnya motivasi dalam proses pembelajaran dan menerapkannya serta memahami Fungsi – fungsi fasilitator.
Dalam model pembelajaran ELC seorang Fasilitaor dituntut mampu mengajar dengan hati. Dengan cara ini akan membangun empati sehingga akan memunculkan kesadaran bahwa proses dalam belajar itu penting. Ia menggambarkan hal ini dengan sebuah quote “Teaching is a work of heart”.
“Quote tersebut memiliki makna sangat dalam. Sayangnya ini berbanding terbalik dengan fenomena saat ini dimana dalam proses pembelajaran target itu menjadi fokus utama sementara prosesnya terabaikan,“ ungkapnya.
Lebih lanjut ditekankan bahwa widyaiswara harus mempersiapkan fisik dan mental agar dapat bekerja dengan hati sehingga dapat membantu peserta menjadi dewasa dan merubah perilakunya.
“Untuk mewujudkan dampak pembelajaran sampai pada perubahan perilaku melalui siklus ELC diantaranya Experiental, Processing, Generalizing dan Applying diawali dengan Climate Setting untuk mengetahui kesiapan dari peserta didik mengikuti pembelajaran kemudian Goal Clarification merupakan kesepakatan untuk tujuan yang intinya ada kemauan untuk belajar apa dengan cara bagaimana sehingga menjadi kesepakatan bersama dan terakhir Closure yaitu membangun motivasi untuk mau mengimplementasikan hasil pembelajaran, ” tuturnya.
Dalam berbagai kesempatan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menekankan pentingnya pengembangan sumber daya manusia untuk optimalisasi sektor pertanian ke depan dan widyaiswara menjadi bagian penting dalam mewujudkannya.
Hal senada disampaikan Kepala BPPSDMP Dedi Nursyamsi. Dedi mengatakan bahwa semua SDM pertanian harus meningkatkan kemampuan dan pengetahuannya. Sebab tidak ada artinya teknologi yang canggih dan hebat bila tidak dibarengi dengan SDM yang mendukung.
Viera RA/Regi PPMKP