Jakarta | Jurnal Inspirasi
Usulan Menperin Agus Gumiwang dan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) soal pajak 0% untuk mobil baru masih dikaji oleh Menkeu Sri Mulyani. Namun, dampaknya ternyata berimbas pada konsumen yang menahan pembelian karena menunggu realisasi pajak 0%.
Sekjen Gaikindo Kukuh Kumara menyebut pemerintah perlu memberikan penjelasan pasti terkait relaksasi pajak mobil sebesar 0%. Pasalnya, banyak masyarakat yang saat ini menahan rencana membeli mobil baru karena berharap adanya ‘diskon besar’ dari relaksasi pajak tersebut.
“Dampaknya agak negatif kalau terlalu lama. Soalnya masyarakat, calon pembeli menunggu. Dari dealer saya barusan dapat masukan, dealer sepi nggak ada pengunjung,” kata Kukuh dikutip dari CNBC, Rabu (30/9).
Kondisi tersebut bakal berlarut-larut terjadi jika pemerintah tidak juga memberikan keterangan resmi mengenai relaksasi pajak yang diberikan. Ketika masyarakat menahan pembelian, maka dampaknya juga bakal berdampak luas terhadap semua tier di industri otomotif. Di antaranya berasal dari vendor yang berstatus dari usaha kecil menengah (UKM).
“Industri otomotif ada 1,5 juta pekerja di dalamnya. Terdiri dari banyak pemain, misal untuk ban ada lagi yang memasok. Jadi sangat berdampak jika masyarakat ramai-ramai menahan pembelian,” jelasnya.
Ia meminta pemerintah segera memberi keputusan resmi soal usulan pajak 0% mobil baru. Sekalipun tidak ada relaksasi pajak yang diberi. Jika tidak, tren positif penjualan mobil dari bulan ke bulan bakal kembali turun. Bulan Agustus lalu, penjualan mobil sudah mencapai angka 37 ribu unit.
“Bukan tidak mungkin turun lagi. Kalau nggak segera diputuskan, kita tinggal Oktober, November, Desember, bakal turun lagi kan karena orang maunya beli mobil yang tahunnya lebih baru. Ini berat buat kita terus terang saja. Jadi segera diputuskan berapapun juga supaya langsung bisa dihitung. Kalau gini nggak tahu karena orang berandai-andai semua. Karena wah 40% bisa turun Rp 100 juta,” sebutnya.
**ass