Jakarta | Jurnal Inspirasi
Di antara ratusan kandidat vaksin Covid-19, kini mengerucut ada AstraZeneca dan Moderna. Pengembangan vaksin Corona ini semakin gencar dilakukan agar dapat tersedia secepat mungkin mengatasi pandemi. Calon vaksin yang dikembangkan AstraZeneca merupakan vaksin yang dinilai paling maju dalam hal pengembangan.
AstraZeneca dikembangkan perusahaan Inggris, bekerjasama dengan Universitas Oxford. Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Ilmuwan Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO) Soumya Swaminathan.
Swaminathan mengatakan, kandidat vaksin corona lainnya yang dikembangkan Moderna, perusahaan bioteknologi asal Amerika Serikat, dinilainya juga tidak jauh di belakang Astrazeneca. Menurut Swaminathan, dari sekitar 200 kandidat vaksin corona, 15 di antaranya telah memasuki uji klinis. “WHO sedang dalam pembicaraan dengan beberapa produsen asal China seperti Sinovac tentang vaksin potensial,” ujar Swaminathan dikutip dari Kompas, Senin (29/6).
Swaminathan menyerukan agar mempertimbangkan untuk berkolaborasi dalam uji coba vaksin corona, mirip dengan uji coba solidaritas WHO yang sedang berlangsung untuk obat-obatan. “Tapi saya pikir AstraZeneca tentu memiliki cakupan yang lebih global saat ini dalam hal di mana mereka melakukan dan merencanakan uji coba vaksin mereka,” kata Swaminathan.
Pendanaan Koalisi pimpinan WHO melawan pandemi corona meminta bantuan pemerintah dan sektor swasta untuk membantu mengumpulkan dana 31,3 miliar dollar AS atau sekitar Rp 449 triliun dalam 12 bulan ke depan. Dana tersebut untuk mengembangkan dan memberikan tes, perawatan, dan vaksin untuk penyakit tersebut. Anggaran sebanyak 3,4 miliar dollar AS telah dikontribusikan untuk koalisi sampai saat ini, sehingga masih kurang pendanaan 27,9 miliar dollar AS.
WHO bekerja sama dengan koalisi besar organisasi pengembangan obat, pendanaan dan distribusi di bawah apa yang disebutnya ACT-Accelerator Hub. Inisiatif ini dimaksudkan untuk mengembangkan dan memberikan 500 juta tes corona dan 245 juta program pengobatan baru untuk penyakit ini ke negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah pada pertengahan 2021. WHO juga berharap 2 miliar dosis vaksin, termasuk 1 miliar yang akan dibeli oleh negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, akan tersedia pada akhir tahun 2021.
ASS |*