Malang | Jurnal Inspirasi
Barangkali bagi pecinta lagu Koes Plus masih tetap segar dalam ingatan kita potongan lirik yang diciptakan tahun 1973 oleh Yok Koeswoyo,–Orang bilang tanah kita tanah surge, tongkat kayu dan batu jadi tanaman– mempunyai makna tak hanya sebagai negara maritim, Indonesia juga dikenal sebagai negara agraris karena sebagian besar penduduk Indonesia memiliki mata pencaharian sebagai petani atau bercocok tanam.
Sebagai negara agraris, Indonesia dianugerahi kekayaan alam yang melimpah ditambah posisi Indonesia yang dinilai amat strategis. Ditinjau dari sisi geografis, Indonesia terletak pada daerah tropis yang memiliki curah hujan tinggi sehingga banyak jenis tumbuhan yang dapat hidup dan tumbuh dengan cepat.
Ajakan Mentan Sahrul Yasin Limpo (SYL), “Ayo generasi muda bertani. Ada peluang besar menanti dalam pertanian. Untuk itu majukan pertanian sebagai jalan memajukan Indonesia”. Ajakan tersebut tidaklah berlebihan dan hal wajar mengingat alam kita yang begitu kaya tapi belum dapat dioptimalkan.
Lebih lanjut SYL mengatakan dalam upaya mengantipasi krisis pangan di Indonesia, penyuluh pertanian untuk dapat mengkoordinasikan cadangan beras di tingkat desa dan masyarakat, dengan memfungsikan kostratani. Pola pengawalan dan pendampingan kepada para petani dari tingkat desa, kabupaten dan provinsi untuk melakukan percepatan tanam, tepat dalam menetapkan kalender tanam serta unsur terkait yang mendukung di wilayah tersebut.
Sementara itu, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, Dedi Nursyamsi, mengatakan, bahwa pangan adalah masalah yang utama dan menentukan hidup matinya suatu bangsa, di mana petani harus tetap semangat tanam, olah, dan panen. “Hal ini membuktikan pertanian tidak pernah berhenti di tengah wabah Covid-19, kepada para penyuluh pertanian diharapkan untuk tetap bekerja mendampingi para petani,” tegas Dedi.
Untuk mendukung program Upaya Khusus dalam meningkatkan luas tambah tanam Balai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP) Batu yang dikomandani Dr. Wasis Sarjono S.Tp, M.Si., salah satu wilayah binaannya adalah Kabupaten Lamongan. Selalu menekankan bahwa penyuluh pertanian sebagai ujung tombak di lapangan merupakan mitra terdepan yang berhubungan langsung dengan petani. Oleh karena kapasitasnya perlu terus diasah dan ditingkatkan agar dalam melaksanakan tugas sebagai penyuluh pertanian diharapkan dapat membantu pelaku utama dan pelaku usaha untuk meningkatkan produktivitas usahataninya demi mencapai kesejahteraan para petani.
Pendampingan oleh penyuluh dari mulai kelompoktani / gapoktan penerima bantuan mutlaklah perlu dilakukan agar kelompok tani / Gapoktan penerima bantuan program dapat mengoptimalkan bantuan yang diterima sehingga pendapatannya bisa meningkat.
Tim Supervisi BBPP Batu dalam lawatannya Jumat, 19 Juni 2020 dan bertemu dengan Kepala Dinas Tanaman Pangan Holtikultura dan Perkebunan Kabupaten Lamongan Rudjito SP. M. MA. Mengatakan bahwa Kabupaten Lamongan ini mengalami surplus setiap tahunya sebesar 450 s.d 500 ton dengan estimasi produksi rata – rata sebesar 700 ton per tahun dan konsumsi Masyarakat Kabupaten Lamongan sebesar 200 ton per tahun.
Untuk saat ini yang paling penting disiapkan adalah mengantar petani agar bisa panen dan dengan produksi tinggi dan tentunya ini membutuhkan strategi karena musim kemarau sudah mulai tiba, untuk itu strategi yang di terapkan salah satunya adalah meminimalisir penggunaan air serta mengurangi kehilangan air dengan percuma ujar Kadis Pertanian. Sejalan dengan itu Kordinator BPP Babat Yusdwi Awanto, SP mengatakan saat ini petani Kecamatan Babat Kabupaten Lamongan yang mempunyai lahan baku seluas 240 ha, sedang melakukan percepatan tanam dengan varietas Impari dan perkiraan untuk tutup tanam pada masa tanam ini sekitar bulan Juli.
** T2S/Wawan H