Jakarta | Jurnal Inspirasi
Suara dentuman yang beberapa kali terdengar dan membuat resah masyarakat Jabodetabek, tidak bersumber dari aktivitas gempa tektonik. Hasil monitoring BMKG menunjukkan tidak terjadi aktivitas gempa tektonik yang kekuatannya signifikan di wilayah Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Provinsi Banten.
Meskipun ada aktivitas gempa kecil di Selat Sunda pada pukul 22.59 WIB dengan magnitudo M 2,4 tetapi gempa ini kekuatannya tidak signifikan dan tidak dirasakan oleh masyarakat.
Pendapat Surono, ahli Vulkanologi yang diunggah di channel youtube Andromeda Mercury perlu dipertimbangkan. Dalam video tersebut Surono mengatakan, dirinya tidak tahu betul dari mana sumber dentuman tersebut berasal. Saat kondisi sepi sekali akibat Pembatasan Sosial Berskala Besar, bisa saja suara yang tidak biasa terdengar menjadi terdengar. “Bisa saja seperti itu,” katanya.
“Kecepatan suara bergantung pada kerapatan udara, tekanan udara di satu tempat. Saya kemungkinan masih mempercayai (suara dentuman) dari Anak Krakatau, sumber lain apa coba?,” katanya.
Data Pusat Vukanologi Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG) menyebut, semburan abu vulkanik Gunung Anak Krakatau terpantau mencapai 675 meter. Erupsi tersebut terekam dalam seismogram dengan amplitudo maksimum 40 mm.
Berdasarkan pantauan kamera pengawas atau CCTV pada pos pemantauan Gunung Anak Krakata, abu vulkanik berwarna hitam dan abu-abu itu bergerak ke arah timur dengan ketinggian sekitar 500 meter dari dasar kawah.
PVMBG menyebutkan tingkat aktivitas gunung yang terletak di Selat Sunda itu berada pada level II atau waspada.
Kabid Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami, Daryono, Sabtu (11/4/2020) mengatakan, asil monitoring muka laut menggunakan tide gauge di pantai Kota Agung, Pelabuhan Panjang, Binuangen, dan Marina Jambu menunjukkan tidak ada anomali perubahan muka laut sejak 10 April 2020 pukul 22.00 tadi malam hingga pagi ini 11 April 2020 pukul 5.00 WIB.
Hasil monitoring muka laut menggunakan Radar Wera yang berlokasi di Kahai, Lampung dan Tanjung Lesung, Banten juga menunjukkan tidak ada anomali muka laut sejak 10 April 2020 pukul 22.00 tadi malam hingga pagi ini 11 April 2020 pukul 5.00 WIB.
“Sehingga berdasarkan monitoring muka laut yang dilakukan BMKG menggunakan Tide Gauge dan Radar Wera menunjukkan bahwa erupsi Gunung Anak Krakatau tadi malam pada tanggal 10 April 2020 pukul 21.58 WIB tidak memicu terjadinya tsunami,” katanya.
Tak hanya Gunung Anak Krakatau, erupsi juga terjadi di beberapa gunung lainnya di Sumatera dan di Pulau Jawa. Aplikasi Magma Indonesia menunjukan gunung-gunung lain yang mengalami erupsi dan peningkatan status antara lain, Gunung Kerinci (Level II, Waspada), Anak Krakatau (Level II, Waspada), Merapi (Level II, Waspada), dan Semeru (Level II, Waspada), serta dua gunung lain di Maluku.
Asep Saepudin Sayyev |*