Jakarta | Jurnal Bogor
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat kini sudah menembus angka Rp16.000. Situasi tersebut tidak luput dari perhatian ekonom senior sekaligus mantan Menteri Koordinator Kemaritiman Rizal Ramli. Melalui akun Twitternya, Rizal menyebut tim ekonomi Presiden Jokowi payah. Hal itu karena sudah diingatkan beberapa tahun yang lalu tapi tidak mendengarkan.
“Rp akhirnya jebol juga Rp16.000/$. Tim ekonomi @jokowi memang payah. Sudah diingetkan potensi krisis sejak 1,5 tahun yll & alternatif2 solusi, keminter & jumawa padahal tidak punya tranck record ‘turn around’ makro ataupun korporasi. Yg ada pembisik2 angin sorga,” tulis Rizal melalui akun Twitternya, @RamliRizal, Kamis (19/3).
Rizal melanjutkan walaupun BI sudah intervensi, rupiah tetap jebol Rp16.000. Dia mengatakan intervensi akan sangat mahal dan nyaris sia-sia bagaikan buang garam kelaut, kecuali ada dukungan kebijakan fiskal dan terobosan sektor riil.
Dia menambahkan rupiah jebol Rp16.000 per dolar AS akan spiral. Karena komponen impor besar untuk kebutuhan dalam negeri, harga-harga kebutuhan rakyat akan naik ditambah panic buying.
“Presiden @jokowi where are you?? Are you there?” tulisnya.
Sementara keterpurukan nilai tukar rupiah dan index IHSG adalah sinyal bahwa investor asing mulai tidak percaya kapada pemerintahan Presiden Joko Widodo, terutama terkait penanganan wabah virus corona (Covid-19). Demikian disampaikan Presidium Perhimpunan Masyarakat Madani (Prima), Sya’roni menanggapi nilai tukar rupiah yang semakin anjlok dan tertekan. “Pemerintah dianggap tidak jujur menyampaikan data Corona ke publik,” ujar Sya’roni, Kamis (19/3).
Contoh konkret, sebut Sya’roni, Arab Saudi lebih awal melarang jemaah umrah dari Indonesia, padahal waktu itu belum ditemukan atau belum diumumkan ada kasus positif corona di Indonesia. Global semakin khawatir atas perluasan dampak virus corona terhadap perekonomian. Pelaku pasar takut untuk mendekat pada aset-aset berisiko, termasuk mata uang.
Di Indonesia, seandainya pun tidak ada Corona, perekonomian nasional diprediksi akan semakin payah. Alasannya, karena pengelolaan yang tidak baik.
Asep Saepudin Sayyev |*