Home News KRL Rute Bogor-Jakarta Berisiko

KRL Rute Bogor-Jakarta Berisiko

Jakarta | Jurnal Bogor

Transportasi publik seperti Kereta Rel Listrik (KRL) Jalur Bogor-Depok-Jakarta Kota dinilai memiliki potensi tinggi penyebaran virus Corona alias COVID-19. Di Indonesia sekarang ini korban virus asal Wuhan, China ini sudah merenggut 34 orang, dimana pasien terbaru itu semuanya terjangkit dari luar negeri (imported case).

“Jadi yang disampaikan itu bukan bahwa saat ini ada kasus, bukan. Tapi bahwa saat ini kita punya potensi risiko-risiko, salah satunya adalah transportasi, tapi juga yang aspek-aspek lain,” kata Gubernur DKI Anies Baswedan di Balai Kota DKI Jakarta, Rabu (11/3).
Anies menjawab hal tersebut merujuk foto yang memperlihatkan dirinya sedang berbicara di hadapan pimpinan dinas dan BUMD pada Rabu pagi. Pada foto itu Anies terlihat sedang berbicara, sementara di layar presentasi di belakang dirinya mengenai ‘Waspada Risiko Covid-19 via Transportasi Publik’.
Pada layar presentasi itu terdapat tiga keterangan yang salah satunya tertulis risiko kontaminasi terbesar terjadi di wilayah KRL-2, atau Rute Bogor-Depok-Jakarta Kota. Di foto yang juga diterima CNNIndonesia.com, keterangan lain tertulis, ‘Secara umum, rerata waktu tempuh dari lokasi tinggal pengidap Covid-19 dengan transportasi publik adalah lebih kurang 55 menit’.
Keterangan lainnya menyebutkan, ‘Zona KRL 4 Cikarang-Bekasi-Jakarta Timur sementara dilaporkan relatif bebas dari Covid-19’. Hal-hal tersebut, kata Anies, sebagai langkah mitigasi DKI mengatasi penyebaran virus Corona di Ibu Kota.
“Intinya adalah kenapa tadi dikumpulkan seluruh jajaran, baik kepala OPD maupun pimpinan BUMD, untuk menyampaikan semua potensi risiko sehingga jajaran bisa mengambil langkah-langkah mitigasi,” katanya.
Anies mengatakan data yang tertera dalam keterangan tersebut adalah informasi internal DKI yang harusnya tidak untuk disebarluaskan. Data itu didapat dari pemetaan yang dilakukan Pemprov DKI dan bersumber dari para pasien.
“Kita kan memiliki data sebaran orang-orang dalam pemantauan, data pasien dalam pengawasan, dari situ kemudian dibentuk petanya, ada. Dan tadi juga dipaparkan juga petanya. Tapi kan itu untuk kebutuhan internal supaya kita bisa melakukan langkah-langkah mitigasi,” kata Anies.
“Jadi itu salah satu hal yang harus disiapkan oleh Dinas Perhubungan langsung komunikasi tadi dengan jajaran di seluruh operator,” imbuhnya.
Sejak terungkapnya kasus pertama Corona di Indonesia  pada awal Maret 2020 hingga Rabu (10/3) tercatat ada 34 pasien positif terinfeksi virus Corona. Satu di antaranya yang merupakan warga negara Inggris–diidentifikasi sebagai pasien 25–telah meninggal dunia. Untuk di DKI Jakarta hingga kemarin, ada 70 orang dengan status Orang Dalam Pemantauan (ODP). Kemudian ada 97 orang masuk dalam status Pasien Dalam Pemantauan (PDP). Asep Saepudin Sayyev |*

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version