Kemang, Jurnal Inspirasi
Diimingi syariah tanpa riba, ratusan kepala keluarga tertipu dengan perumahan fiktif berma Qurani Residen yang berlokasi di Kampung Jampang, RT 04, RW 05, Desa Jampang, Kecamatan Kemang. Total kerugian para konsumen sebesar 12 miliar dibawa kabur oleh pengembang PT Al-Fatih Bangun Indonesia (ABI).
Kejadian itu bermula dari para konsumen yang rata-rata berasal dari Jakarta dan Bogor berniat mengambil rumah dengan sistem pembayaran syariah tanpa riba. Bahkan, lokasi lahan pun sudah pernah ditunjukan pada tahun 2016. Namun, selang dua tahun progres yang dijanjikan oleh developer tidak kunjung ada hasilnya, lahan yang bakal dibangunpun masih milik warga dan belum dijual oleh PT ABI sebagai developernya. Hingga kini para konsumen yang berjumlah 130 orang harus menahan pil pahit karena uang selama pembayaran dibawa kabur.
“Kita sudah melaporkan ke Polres Jaksel, dan tetap mengejar pelaku agar segera diproses dan uang kita harus dikembalikan, bahkan lahan dijanjikan di Kemang total 10 hektar, tapi yang dijual tahap pertama 3 hektare,” kata salah satu konsumen, Taufik warga Gunung Batu, Kota Bogor ketika meninjau lokasi lahan kemarin.
Taufik juga tertarik mengambil karena dijanjikan perumahan dan fasilitas lain, tapi semua itu tidak terealisasi. Bahkan, lokasinya pun tidak jauh dari jalan nasional tentu semua orang pasti tergiur.
“Minat saya tentunya perumahan syariah, tapi yang didapat seperti ini, tanah saja belum dibeli, kalau ditotal ada 130 kepala keluarga dan saya ngambil satu kavling seharga Rp 275 juta, tapi uang baru masuk Rp 81 juta,” ucapnya
Lebih lanjut ia menuturkan total kerugian dari 130 kepala keluarha Rp 12 miliar dibawa kabur oleh PT ABI yang dulu kantor marketingnya ada di Cibinong sekarang sudah tutup. “Progres laporan setelah dua tahun berjalan mandeg tidak ada perkembangan karena terlalu lama, mudah-mudahan sekarang bisa cepat. Harapan saya sih supaya tantan bisa ditangkap dan uang kami bisa balik lagi,” tuturnya
Sementara itu, salah satu warga Jampang Marjuki Toni (64) mengaku, memang pada waktu launching sempat menjanjikan akan membeli lahan disini. Bahkan, sudah ketemu nilai harga permeternya tapi sampai sekarang tidak ada kejelasan. “Bahkan, bos saya sudah ketemu dan dijanjikan bakal membeli lahannya dengan harga satu meter Rp 3 juta, tapi setelah tiga tahun berjalan tidak ada kejelasan dan perumahan pun tak ada alias fiktif,” pungkasnya.
Cepi Kurniawan