Jakarta, Jurnal Inspirasi
Pasar
keuangan global termasuk Indonesia pada Jumat (28/2), jatuh tajam dan nilai
tukar dolar AS terhadap rupiah menembus Rp 14.200, sementara Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) ambruk 4%. Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo,
memberikan penjelasan soal kondisi yang terjadi pada pasar keuangan dunia saat
ini.
“Saya
update bahwa pasar keuangan global memang sedang mengalami radang, karena
memang investor global dari seluruh negara tidak hanya Indonesia, memang
mengira dampak dari corona memang menyebar tidak hanya di Asia, tapi sampai
Amerika dan Eropa. Dalam kondisi ini, investor global kecenderungannya melepas
investasi portofolionya di Korea Selatan, Thailand, Malaysia, Singapura, dan
dari Indonesia. Untuk Indonesia memang terpengaruh terhadap nilai tukar rupiah
dan harga saham.
Sebagai informasi, aliran
modal asing secara netto bulan ini untuk SBN (Surat Berharga Negara) terjadi
outflow Rp 26,2 triliun sampai 27 Februari 2020. Kemudian di saham Rp 4,1
triliun, secara total Rp 30,8 triliun. Year to date dari Januari sempat ada
inflow, dan akhir Januari karena pengaruh corona terjadi outflow. Sejak awal
tahun di SBN terjadi net outflow Rp 11 triliun, saham Rp 1,6 triliun, sisanya
outflow korporasi total Rp 16 triliun. Karena investor global melepas
kepemilikan investasi portofolionya di banyak negara.
Dampak terhadap harga saham, turun sejak akhir
Januari kurang lebih 20%, IHSG jadi di kisaran 5.650. Pengaruh terhadap nilai
tukar alami pelemahan year to date (sejak awal tahun) 1,08% sampai 27 Februari
2020 diperdagangkan sekitar Rp 14.000/US$. Bandingkan dengan negara lain,
pelemahan rupiah relatif rendah dibandingkan dengan mata uang lain.
Contohnya won Korea selama
year to date alami pelemahan 5,07%, bath Thailand melemah 6,42%, dolar
Singapura melemah 3,76%, ringgit Malaysia melemah 2,91%. Virus corona memang
sekarang berdampak pada perilaku investor global terhadap kepemilikan investasi
mereka di berbagai negara. Mereka saat ini cenderung jual dulu, nanti kemudian
masuk lagi setelah kondisi membaik dan terus kita pantau.Pengaruh corona ke
Indonesia relatif rendah dibandingkan pengaruh di negara lain di kawasan Asia.
Ketiga, sekali lagi kami
tegaskan BI akan terus berada di pasar stabilkan nilai tukar rupiah untuk
obligasi pemerintah, kita melakukan triple intervensi, satu di spot menjual
valas untuk kendalikan nilai tukar rupiah. Kita juga intervensi melalui DNDF, dan
kita intervensi melalui pembelian SBN yang dilepas investor asing. Mereka
melepas, BI beli termasuk perbankan dalam negeri juga beli SBN yang dilepas
asing. Yang sudah kita beli, tahun ini secara keseluruhan kita beli sampai 27
Februari 2020 adalah Rp 100 triliun kita beli dari pasar sekunder.
Dari Rp 100 triliun itu,
kurang lebih Rp 78 triliun kami beli sejak akhir Januari sejak merebaknya
Corona. Memang yield SBN 10 tahun meningkat dari 6,56% sebelum corona, jadi
6,95% untuk yield SBN 10 tahun. Pelemahan ini tidak sebesar negara lain
sehingga, BI terus jaga komitmen stabilkan nilai tukar rupiah dan pasar
keuangan khususnya SBN. Ini yang jelaskan pelemahan nilai tukar rupiah dan
kenaikan yield SBN 10 tahun lebih rendah dari negara lain.
Keempat, kami terus
melakukan koordinasi dengan pemerintah untuk memitigasi pengaruh dari corona
terhadap ekonomi. Bagaimana BI bersama Kementerian Keuangan kami koordinasi
secara erat stabilkan makro ekonomi kita. Koordinasi dengan Presiden, Menko
Perekonomian, Menkeu, mitigasi pengaruh corona. Dari BI, kami melakukan
stimulasi bagi ekonomi kita. Penurunan suku bunga, kita relaksasi kebijakan
makroprudensial khususnya rasio intermediasi makro prudensial. Kami percepat
elektronifikasi bantuan sosial untuk transportasi, kemudian transaksi
pemerintah ke daerah.
Event yang kami organisir
baik seminar nasional dan internasional yang awalnya di semester II, kami
majukan di triwulan I dan II. Ada kurang lebih 10 event nasional dan
internasional kami lakukan untuk mendukung kebijakan pemerintah dorong
pariwisata dalam negeri.Kami akan ke Bali lakukan kampanye QRIS, dan jadwalkan
dengan pemerintah berbagai event untuk dorong pariwisata.
Kami terus kordinasi apalagi
yang bisa kita lakukan untuk mitigasi dampak corona. Menkeu juga lakukan
stimulasi fiskal, percepat penyaluran bansos, berikan insentif pesawat untuk
dorong pariwisata dan mempercepat penyerapan anggaran dari Kementerian PUPR
(Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat) dan insentif lain. Ini upaya kami
koordinasi erat dengan pemerintah untuk mitigasi dampak corona.
Dampak corona kan ‘V shape’
memang pengaruhnya terbesar di Februari dan sebagian Maret, setelah itu April
dan seterusnya ada pemulihan selama 6 bulan meskipun belum secara total.
Koordinasi erat pemerintah dan BI untuk jaga stabilitas ekonomi dan dorong
pertumbuhan ekonomi kita.”
Asep Saepudin Sayyev |*
0