Nanggung I Jurnal Inspirasi
Kehidupan Herni (37), warga Kampung Cimanganten RT 02 RW 11, Desa Bantarkaret, Kecamatan Nanggung sangatlah memprihatinkan. Rumahnya yang tidak jauh dengan perusahaan BUMN PT. Antam Pongkor hingga sekarang belum tersentuh bantuan program sosial Rehabilitasi Rutilahu (Rumah Tidak Layak Huni), baik dari Pemerintah Kabupaten Bogor maupun dari pihak perusahaan itu sendiri.
Ibu 3 anak ini sudah 10 tahun tinggal di gubuk reyot dengan keadaan rumah tidak layak huni. Seluruh bangunan tersebut lapuk termakan usia. Kondisi rumah tersebut mengalami kemiringan akibat menahan beban berat gentang. “Sang suami hanyalah bekerja serabutan, kalau ada yang nyuruh ya kerja, beginilah keadaannya,” kata Herni kepada Jurnal Bogor, Selasa (22/9).
Rumah yang berukuran 6×9 meter persegi hanya terbuat dari kayu, bambu serta bilik bambu yang keadaanya sudah bolong hingga membuat hembusan angin dingin bagi penghuninya sangat terasa. “Apalagi ketika hujan deras membuat basah di bagian dalam rumah. Sudah berkali kali di survei mah, difotoin terus tapi sampai sekarang belum pernah dibangun,” ujar Herni.
Walau pun keadaan hujan, Herni bercerita, ia dan keluarganya terpaksa masih menempati rumahnya meski berbahaya dan tidak menutup kemungkinan sewaktu waktu ambruk. “Keadaan hujan pun kami dan kelurga masih tinggal disini, semoga Allah selalu melindungi kami dan tidak terjadi apa apa,” imbuhnya.
Di bagian lantai, rumah tersebut hanya plesteran semen yang sebagian sudah pada hancur dan sudah terlihat tanahnya. ” Kami berharap ada perhatian pemerintah yang bisa membangun rumah kami, karena kalau kami tak mampu memperbaikinya,” harapnya.
Sementara Ketua RT 02 RW 11 Ahmad mengakui, di daerahnya tidak semua warga Kampung Cimanganten memiliki rumah gedong, karena warganya masih hidup dibawah garis kemiskinan. “Warga yang menempati rumah tidak huni juga masih banyak,” kata dia.
Selain rumah Herni, kata Ahmad, rumah Utay, Yanto, Nadi, Acang, Komi dan rumah Apit, kini kondisinya sama tidak layak huni. Namun rumah Herni keadaannya paling parah. “Kalau diitung itung di wilayah RW 11, masih ada belasan rumah kondisi serupa tidak layak huni. Hal ini semua sudah diajukan, dan kami serahkan sama pemerintah desa,” tuturnya.
Sementara Staf Desa Bantarkaret, Mamur mengaku data base rumah tidak layak huni di wilayahnya terbilang masih tinggi, sebanyak 200 rumah yang belum dilakukan perbaikan. Termasuk di Kampung Cimanganten saat ini belum tersentuh perbaikan Rutilahu. Sedangkan hanya ada 10 kuota untuk rehabilitasi Rutilahu dari Pemda Kabupaten Bogor pada tahun 2020, termasuk 2 unit bangunan rumah dari PT. Antam. “Kita bangun di wilayah kampung lain, dan sekarang pengerjaannya sudah rampung,” terang Makmur.
“Karena data base Rutilahu di Bantarkaret masih cukup banyak, mudah mudahan dari PT Antam maupun Pemkab Bogor ada penambahan kuota untuk perbaikan Rutilahu warga kami,” tandasnya.
Dia bercerita, karena mendesak beberapa waktu lalu, warga kampung Bantarkaret dan Kampung Babakan, berswadaya membangun rumah warga yang kondisinya rusak berat. ” Sangat berharap ada penambahan jumlah kuota Rutilahu dari perusahaan PT Antam Pongkor juga,” harap Kepala Desa Bantarkaret, H Hotib.
Hal serupa, dikatakan Kepala Desa Pangkaljaya, Taupik Sumarna bahwa sejak tahun 2019 pihak perusahaan PT Antam membantu untuk perbaikan Rutilahu sebanyak 4 unit rumah dan tahun 2020 berkurang menjadi 2 unit rumah. “Semoga menjadi bahan pertimbangan pihak perusahaan untuk adanya penambahan jumlah kuota Rutilahu,” pungkasnya.
** Arip Ekon