Jakarta | Jurnal Inspirasi
Pemutusan hubungan kerja (PHK) yang dilakukan perusahaan startup Gojek terhadap 430 karyawannya membuat para pekerja di industri perusahaan rintisan atau startup khawatir. Padahal, Gojek adalah salah satu startup dengan kapitalisasi terbesar di Asia Tenggara bahkan sudah berstatus decacorn, tapi ternyata bisa melakukan PHK. Bukan tidak mungkin, ini merembet ke perusahaan lain.
Dikutip dari CNBC, riset terbaru bertajuk ‘The Global Unicorn Club’, lembaga riset internasional, CBInsights, menyatakan Gojek telah memiliki valuasi US$10 miliar. Artinya Gojek sudah berhak menyandang status decacorn. Decacorn adalah julukan bagi startup yang memiliki valuasi di atas US$10 miliar atau setara Rp 140 triliun.
Peneliti Indef Bhima Yudhistira memprediksi apa yang terjadi di Gojek sebagai permulaan. Bukan tidak mungkin, gelombang PHK terjadi pada industri lainnya. “Startup khususnya di beberapa sektor pariwisata, perhotelan dan transportasi,” katanya.
Kondisi ini menjadi ironi. Pasalnya, skema pemerintah yang mendengungkan new normal dengan tujuan menghindarkan makin banyak angka PHK, terjadi justru sebaliknya. Bahkan, ada kemungkinan gelombang kedua terjadi lebih besar setelah pada gelombang pertama ini terkena sektor formal dimana manufaktur serta perdagangan yang dinilai sebagai sektor konvensional lebih dulu anjlok. Selanjutnya, bisa jadi itu akan lebih menyebar.
“Gelombang kedua PHK masal khususnya mengarah ke industri manufaktur. Yang gelombang pertama itu banyak terjadi di sektor pariwisata. Kemudian jasa transportasi, perhotelan, restoran kemudian masuk di gelombang kedua banyak indus manufaktur. Kemudian sektor perkebunan pertambangan bahkan perbankan,” sebut Bhima.
Kunci untuk menghentikan PHK ada di tangan pemerintah, yakni dengan memprioritaskan penanganan kesehatan Covid-19 di atas sektor apapun, termasuk ekonomi. Jika tidak, new normal ini akan berakhir tanpa bekas yang baik, bahkan terbuang percuma. Karena waktu yang dihabiskan bakal lebih lama, upaya untuk pulih pun akan semakin panjang.
“Tekan dulu kurva positif Covid-19. Karena itu buat ngga yakin kembali aktivitas di luar rumah. Udah tau disiplin masyarakat rendah juga, dan ngga semua terapkan protokol kesehatan ketat. Jadi, pertama penanganan kesehatan dulu yang utama, kedua stimulus ini walau angka nominal ditambah tapi realisasi rendah. Bahkan UMKM belum 1% realisasi stimulusnya,” sebut Bhima.
ASS|**