Bogor | Jurnal Bogor
Pengamat Politik dan Kebijakan Publik, Yusfitriadi menilai bahwa diumumkannya cawapres Mahfud MD oleh Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri mendampingi capres Ganjar Pranowo untuk menjawab berbagai spekulasi calon wakil presiden yang diusung PDIP. Dipilihnya Mahfud MD untuk menggaet suara Islam kultural.
“Nampaknya dua pasangan calon Ganjar-Mahfud dan Anies-Cak Imin semakin jelas baik koalisi perubahan maupun koalisi besutan PDIP menjadi calon wakil presiden untuk meraih suara dari kelompok Islam kultural yang seringkali diatribusikan kepada NU,” katanya kepada wartawan, Rabu (18/10).
Khususnya, kata dia, berebut suara di propinsi Jawa Timur yang mempunyai basis NU yang kuat. Namun tentu saja basis masa Islam dan NU yang dimiliki oleh Cak Imin dan Ganjar sangat berbeda.
Selain Cak Imin merupakan ketua partai yang lahir dari NU. Muhaimin juga lahir dari organisasi gerakan di bawah naungan NU, sehingga secara basis akan sangat kuat di akar rumput NU.
Berbeda halnya dengan Mahfud MD, yang lebih dekat dengan NU struktural, karena Mahfud merupakan NU dan alumni HMI.
“Adapun struktur NU yang ada saat ini lebih didominasi oleh NU yang aktif digerakan HMI. Oleh karena itu Mahfud, lebih kuat di kelompok Islam dan NU pada kelompok menengah,” katanya.
“Sekarang bagaimana dengan Prabowo? Masih ada 3 nama yang cawapres yang sering digadang-gadang akan mendampingi, yaitu Erik Thohir, Khofifah dan Gibran. Pilihan yang paling rasional adalah Gibran, jika orientasinya elektabilitas. Lantaran mempunyai Jokowi yang sangat berpengaruh baik di masyarakat, kalangan politisi, maupun di mata internasional,” tambahnya.
Sehingga koalisi Indonesia Maju (KIM), sambungnya, bisa mendapatkan suara dari konstituen PDIP yang menjadi loyalis Jokowi.
“Karena tinggal disitu faktor untuk menambah ceruk suara selain dari konstituen partai pengusung. Jika Prabowo mengambil Erik Thohir, secara elektabilitas survei sangat tinggi,” katanya.
Namun dari sisi karakteristik masyarakat tidak memiliki representasi yang berbeda antara Prabowo dan Erik Thohir. Karena sama-sama memiliki karasteristik nasionalis.
Sedangkan Khofifah terlihat hanya kuat di Jawa Timur lantaran menjabat sebagai gubernur, dan basis suara NU dan muslimat ada di Jawa Timur.
“Hal ini akan menambah fokus rebutan suara di propinsi jawa timur. Namun demikian, siapa yang akan menjadi pasangannya prabowo tentu hanya Prabowo dan partai koalisi yang mempunyai berbagai pertimbangan. Siapapun yang akan dipilih Prabowo dan KIM, harapannya tidak menimbulkan guncangan politik, baik diantara faksi politik maupun di tengah masyarakat,” tandasnya.
** Fredy Kristianto