23.2 C
Bogor
Saturday, November 23, 2024

Buy now

spot_img

Masih Minim Sanitasi, Desa Buanajaya Butuh 300 Unit MCK

Tanjungsari | Jurnal Bogor

Pada tahun 2024 mendatang, ketika semua kegiatan administrasi sudah menggunakan sistem online seiring target pemerintah pusat menginginkan Indonesia sudah memasuki era Digital Power Poin O, namun impian tersebut masih jauh berbeda dari kehidupan nyata sebagian besar warga Desa Buanajaya, Tanjungsari, Kabupaten Bogor yang masih berkutat minim sarana seperti MCK (mandi cuci kakus).

Pasalnya, hampir sebagian besar warga Desa Buanajaya masih melakukan “Dolbon” (buang hajat di kebun). Hal itu terlihat dengan banyaknya tirai-tirai yang dibentuk MCK untuk melindungi warga saat melakukan BAB maupun aktivitas mandi. Hal tersebut pun turut diakui oleh Kepala Desa Buanajaya, Sudarjat bahwa ada 40% warganya belum memiliki kamar mandi dan toilet sendiri.

“Inilah kondisi di Desa Buanajaya, mengapa saya begitu gencar mengejar dana CSR dari perusahaan, ingin rasanya membangunkan MCK untuk warga saya, namun keterbatasan anggaran yang membuat kami tidak berdaya,” keluhnya kepada Jurnal Bogor, Kamis (22/6/23).

Sudarjat menjelaskan Pemdes sudah mengajukan 300 unit MCK untuk program Pamsimas. Namun, sampai saat ini belum ada kabar baiknya. Sanitasi di desa ini memang sangat minim, apalagi untuk kampung yang berada agak di dalam, itu bisa dibilang MCK-nya masih bareng-bareng dan berada diluar rumah mereka.

“Mungkin orang tua terdahulu tidak mengutamakan adanya WC, karena banyak kebun. Tapi untuk kondisi saat ini kan sudah beda zaman, dimana kebersihan harus kita utamakan, yang merupakan juga sebagian dari iman,” cetusnya.

Sudarjat berharap, permohonnya untuk dibangunkan sanitasi di Desa Buanajaya bisa dikabukkan, walupun tidak semua, minimal separuhnya. Agar nanti tahun berikutnya kami bisa mengajukan kembali untuk yang belum MCK. Yang pasti dia menginginkan setiap rumah warganya ada MCK, hingga tak ada lagi istilah “Dolbon”.

“Anggaran manapun saya harap bisa untuk merealisasikan pembangunan MCK untuk warga saya, mau dari Aspirasi Dewan, Pemprov, Pemda maupun CSR. Yang penting warga punya MCK,” harapnya.

Sementara, salah satu warga Desa Buanajaya,  Enah (53) mengatakan sejak dirinya masih kecil di rumahnya tidak ada MCK. Saat itu untuk aktivitas mandi dan buang air, pakai tirai yang ada di luar rumah untuk mandi, dan untuk buang air diajarkan oleh orang tuanya suruh lari ke kebun.

“Waktu saya kecil dulu, kalo mau buang aer suruh lari ke kebon. Jadi sampe sekarang ya masih turun temurun begini, kata pak kades suruh  bikin kamar mandi pake tembok, kan gak ada duitnya,” katanya.

“Ya kalo ada yang mau bikinin kamar mandi mah syukur alhamdulilah, jadi anak cucu kita kalo mandi gak perlu ditungguin, kadang suka ada orang iseng yang ngintip kalo anak perawan kita mandi, makanya kalo dia mau mandi kita tungguin,” pungkasnya.

** Nay Nur’ain

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -
- Advertisement -

Latest Articles