Tanjungsari | Jurnal Bogor
Keberadaan pemakaman elite Heaven atau yang dikenal dengan sebutan Kuiling, dikeluhkan Kepala Desa Buana Jaya, Tanjungsari, Kabupaten Bogor, Sudarjat. Dia meminta agar Pemakaman Kuiling lebih memperhatikan lingkungan sekitar dengan rutin menggelontorkan anggaran Corporate Social Responsibility (CSR).
“Saya ingin, jika ada nominal yang disebutkan oleh pihak Pemakaman Kuiling akan CSR yang digelontorkan setiap tahunnya. Agar kami pihak desa bisa mengalokasikan anggaran tersebut untuk pembangunan maupun untuk kebutuhan lainnya yang bersentuhan langsung dengan masyarakat,” ungkap Sudarjat kepada Jurnal Bogor, Selasa (20/6/23).
Memang, sambung Sudarjat, pernah ada bantuan berupa sembako yang diberikan oleh pihak Pemakaman Kuiling sebanyak 500 paket sembako untuk warga. Tapi, bukan hanya itu yang kami harapkan, kami menginkan adanya bantuan fisik dari pihak perusahaan untuk kebutuhan masyarakat desa.
“Disini masih minim MCK, sanitasi air bersih, dan jalan. Apalagi belum lama ini kami terkena musibah longsor, jika bukan karena menggedor dewan Achmad Fathoni untuk membantu mendorong ke DPUPR, mungkin saat ini kami masih dihantui longsor yang mungkin saja bisa tiba-tiba datang,” paparnya.
Lebih lanjut Sudarjat mengatakan, setiap perusahaan yang berdiri di suatu wilayah harus memberikan kontribusi untuk lingkungannya, dan yang saat ini dirasakan tidak ada bantuan paten yang rutin setiap tahunnya yang digelontorkan.
“Saya berharap, ada nilai pasti yang dikeluarkan oleh pihak Pemakaman Kuiling, dan itu pun harus di gelontorkan setiap tahunnya. Saya bahkan sudah melayangkan surat kepada pihak perusahaan, namun sampai saat ini belum ada jawabannya,” jelasnya.
“Saya ingin adanya duduk bersama, dengan pihak yang bisa memutuskan akan keluhan kami. Masa iya, sekelas pemakaman elite tidak bisa memberikan CSR secara rutin setiap tahunnya kepada wilayah setempat,” tambahnya.
Apalagi, lanjut Sudarjat, luas wilayah Pemakaman Kuiling sendiri mencapai 300 hektare di desa kami, dan mereka menjual kavling pemakaman kepada konsumennya dengan harga yang cukup fantastis, “ Harga per meter di sana itu bisa mencapai 5 sampai 7 juta per meter, bisa dibayangkan dengan luasan 300 hektare yang sudah masuk plotingan,” paparnya.
Sementara, Ketua Koordinator Lapangan Pemakaman Kuiling, Atang mengatakan apa yang disampaikan oleh Kepala Desa Sudarjat tidak tepat. Pasalanya, pihak perusahaan selalu respons jika ada proposal yang masuk, dan pastinya selalu memberikan support untuk setiap kegiatan yang ada di desa.
“Kami pernah membangun Balai Desa Buanajaya pada masa jabatan lurah sebelumnya, kami juga membangun jembatan yang sempat longsor kala itu. Begitu pun, proposal-proposal yang masuk yang dibawa masyarakat pasti kami support,” kata Atang.
Memang, sambung Atang, pihaknya belum ada anggaran rutin yang digelontorkan sebagai anggaran CSR untuk desa binaan. Pihaknya hanya memberikan bantuan dari prosposal yang diajukan oleh Pemdes saja, dan di luar dari itu tidak ada anggran rutin.
“Kami akan rapatkan lagi dengan manajemen, semoga kami bisa memberikan CSR secara rutin kepada desa untuk dialokasikan sesuai dengan kebutuhan desa. Untuk saat ini kondisi sepi, dari 150 hektare yang kami siap kan, baru terisi sebanyak 40 hektare. Tapi untuk keinginan kades terkait CSR rutin ini akan kami bicarakan dan semoga bisa segera direalisasikan,” pungkasnya.
** Nay Nuráin