24.8 C
Bogor
Saturday, November 23, 2024

Buy now

spot_img

Lepasliarkan Elang Jawa, PPLI Pantau Perkembangan Burung Endemik Pulau Jawa

Cisarua | Jurnal Bogor

Elang Jawa atau nama lain dari Burung Garuda yang hidup di alam liar kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) jumlahnya kian menyusut, diperkirakan burung khas Pulau Jawa itu tinggal 300 sampai 500 ekor.

Penyusutan jumlah Elang Jawa, dihabitat aslinya karena penangkapan liar dan pengaruh ekosistem lingkungan.

Sejumlah upaya untuk melestarikan dilakukan sejumlah elemen, satu diantaranya, PT Prasadha Pamunah Limbah Industri (PPLI).

Berkolaborasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Kemen LHK), akhir Januari 2023 lalu melepasliarkan dua pasang atau empat ekor Elang Jawa, hasil.penangkaran kandang milik PPLI yang berlokasi di Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak.

“Dua pasang Elang Jawa yang diberi nama Parama dan Jelita ini dianggap sudah cukup dewasa untuk dilepas ke alam liar. Namun dengan tetap dipasang GPS, alat pemantau pergerakannya,” ungkap Kepala Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Sapto Aji Prabowo, dalam keterangan tertulisnya, Selasa (07/02/2023)..

Sapto, pada kesempatan pelepasliaran menyampaikan ucapan terima kasih atas dukungan perusahaan pengolah limbah Bahan Beracun Berbahaya (B3) PT Prasadha Pamunah Limbah Industri (PPLI) yang telah berpartisipasi dalam penyelamatan hewan langka tersebut.

Dalam kesempatan yang sama pihak PPLI menyambut positif pelepasan Elang Jawa ke alam bebas tersebut.

“Pelepasan ini merupakan yang perdana sejak kami terlibat dalam pembuatan kandang besar untuk konservasi Elang Jawa di Gunung Halimun Salak,” ujar Manajer CSR PPLI, Ahmad Farid.

Dukungan tersebut lanjut Farid sebagai wujud peran serta perusahaan yang fokus pada masalah lingkungan hidup untuk turut melestarikan satwa langka dari kepunahan,” tegas Farid.

Disinggung dukungan dana untuk program konservasi tersebut Farid menyebutkan hingga Rp 300 juta.

“Sejak dua tahun silam sudah terlibat aktif dalam konservasi itu dan terus kita pantau dari mulai perkawinannya, bertelurnya hingga akhirnya dilepas ke alam bebas,” tandasnya.

Burung predator satwa endemik Pulau Jawa tersebut juga diketahui mirip dengan icon lambang negara, Garuda Pancasila.

“Proses perkawinan burung ini unik dan langka. Mereka kawin disaat terbang di udara, jadi untuk pengembangbiakannya ngga bisa di dalam sangkar kecil seperti burung lain pada umumnya,” ungkap Farid.

Melalui program CSR perusahaan, lanjut Farid, pihaknya membangun “kandang” raksasa bagi burung tersebut di kaki Gunung Halimun Salak.

Di dalam ekosistem, lanjut Farid, Elang Jawa mempunyai peranan yang sangat penting yaitu sebagai indikator terjaganya suatu kawasan hutan. Secara umum, habitat Elang Jawa berada pada hutan primer dan sebagian kecil hutan sekunder yang berdekatan/ berbatasan dengan ecotone.

“Menurun atau meningkatnya jumlah Elang Jawa ini menjadi salah satu indikasi utama kualitas ekosistem di Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak tempat populasi Elang Jawa itu berada,’ katanya
Selama program ini dijalankan, menurut Farid di kandang PPLI berhasil dua kali melakukan penetasan anakan Elang Jawa.

PPLI akan terus terlibat dalam program konservasi Elang Jawa ini hingga kembali memiliki populasi yang besar.

“Kita targetkan minimal 5 tahun bisa terjadi peningkatan populasi yang signifikan,” ujarnya seraya mengungkapkan dokumen MOU antara pengelola Taman Nasional Gunung Salak dan PPLI sejak 2019.n

** Mochamad yusuf

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -
- Advertisement -

Latest Articles