Bogor | Jurnal Inspirasi
Dalam rangka mensyukuri kemerdekaan RI yang ke-77, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Kota Bogor melakukan Ziarah Kebangsaan ke makam para Sesepuh Bogor serta menggali kisah perjuangan langsung dari para keturunan mereka pada Jumat (2/9/2022).
Ketua Dewan Pengurus Daerah (DPD) PKS Kota Bogor, Atang Trisnanto, menjelaskan bahwa kegiatan tersebut dilaksanakan dengan tujuan ziarah makam sekaligus napak tilas perjuangan para sesepuh dan silaturahim dengan keturunan para sesepuh serta para tokoh setempat, sebagai bentuk rasa syukur atas kemerdekaan RI yang ke-77.
“Kita bersyukur atas kemerdekaan yang telah Allah berikan kepada NKRI. Perjuangan para ulama dan santri sangatlah besar, sebagai bentuk rasa syukur, kita berziarah ke makam para sesepuh bogor, napak tilas perjuangannya, sekaligus bersilaturrahim dengan keturunannya”, jelas Atang.
Selain dihadiri oleh seluruh pimpinan PKS Kota Bogor, seluruh Anggota Fraksi PKS DPRD Kota Bogor, Pimpinan DPW PKS Jawa Barat H. Iwan Suryawan, ziarah kebangsaan tersebut juga turut dihadiri oleh para kiyai dan santri diantaranya Pesantren Al Umm Aswaja, Pesantren Al Kautsar, Pesantren Al Quran Al Falah Lulut, Pesantren Al Jauhari, Paguyuban Bogor Raya Bersholawat, dan majelis taklim Annidhom.
Rute ziarah diawali setelah sholat Jumat bersama dengan berziarah ke Mamak Cipelang, salah seorang tokoh pejuang agama di Desa Cipelang, Kecamatan Cijeruk dilanjutkan dengan silaturrahim ke KH Mama Ajengan Kholidi, Pengasuh Pesantren Ar Rohmah Bakom, Bogor Selatan.
Usai bersilaturahim dalam suasana yang amat hangat dengan KH Mama Ajengan Kholidi, rombongan sholat ashar dan berziarah ke komplek makam Mama Asy’ari dipimpin oleh KH Lutfi Kurnaen dan doa oleh KH Taufiq Bakom.
Perjalanan berikutnya adalah makam keramat Empang, dilanjutkan shalat magrib berjamaah di masjid bersejarah di kota Bogor. Setelah itu, seluruh anggota rombongan dijamu makan malam oleh sesepuh Empang, Habib Ali bin Zain Alatas. Dalam jamuan tersebut, Habib Ali bercerita banyak tentang kiprah para sesepuh Empang dalam perjuangan kemerdekaan dan dakwah di Bogor.
Setelah dari Empang, rombongan bergerak berziarah ke makam Mama Falak Pegentongan. Sehabis doa dan sholawatan, rombongan bersilaturahim ke dzurriyyah Mama Falak, yaitu KH Tb Agus Fauzan, yang juga pengasuh PP Al Falak, Pagentongan.
Mengakhiri perjalanan Ziarah Kebangsaan, rombongan menuju makam KH Abdullah bin Nuh, sesepuh Kota Bogor yang terkenal dengan kitab Ana Muslim Sunni Syafi’ie. Putera Mama ABN, yaitu KH Mustofa Abdullah bin Nuh yang akrab dipanggil Kyai Toto yang berkenan membuka acara ziarah, juga memberikan wejangan kepada zairin untuk bisa menjadi pemersatu ummat, saling menghormati perbedaan, dan terus mendoakan para ulama melalui ziarah dan doa.
Sehabis ziarah, Atang merasa bersyukur atas kegiatan ziarah kebangsaan yang berlangsung dengan lancar dan banyak mendapatkan kisah keteladanan serta pelajaran dan nasihat-nasihat dari para tokoh yang ditemui.
“Alhamdulillah hari ini Allah ijinkan kami untuk bisa berziarah ke makam para ulama besar Indonesia yang pernah dimiliki Bogor. Mendapatkan kisah serta pelajaran keteladanan dari perjuangan beliau-beliau. Sekaligus dapat bersilaturrahim dan mendapatkan nasihat dari para tokoh ulama keturunannya”, urai Atang.
Di tempat yang sama, Bendahara Umum PKS Kota Bogor Adityawarman Adil menegaskan harapannya untuk bisa menjalankan pesan dan nasihat para ulama. “Kami tadi mendengar semua masukan, nasihat, saran serta harapan para ulama di kota Bogor kepada PKS. Apa yang menjadi kegelisahan ulama, beban-beban umat yang menjadi perhatian ulama, serta apa yang harus PKS perjuangkan di Kota Bogor ini agar semakin berkah dan maju masyarakatnya,” ungkapnya.
Sebelumnya, Ketua Majelis Syura PKS, Habib Salim Segaf al-Jufri baru-baru ini juga berziarah ke pemakaman Ma’la, sekitar 10 kilometer pusat kota Mekah. Beberapa ulama Indonesia yang dimakamkan di Jannatul Ma’la antara lain adalah Syaikh Ahmad Khatib Sambasi (wafat 1875), Syaikh Nawawi Bantani (1897), Syaikh Junaid Betawi (akhir abad 19 M), Syaikh Abdul Haq Banten (1903), Syaikh Ahmad Khatib Minangkabau (1916), Syaikh Abdul Hamid Kudus (1916), Syaikh Mahfuzh Tremas (1920), Syaikh Mukhtarudin Bogor (1930), Syaikh Umar Sumbawa (1930-an), dan Syaikh Abdul Qadir Mandailing (1956). Ulama kontemporer yang belum terlalu lama wafat di kota Mekah adalah Syaikh Yasin Padang (1990) dan KH Maimoen Zubair (2019).
**handymehonk