Ciampea | Jurnal Inspirasi
Gonjang-ganjing dualisme kepengurusan Federasi Arung Jeram Indonesi (FAJI) Kabupaten Bogor terus berlanjut. Meski demikan, tidak menghentikan niat para atlet arung jeram untuk berlatih di Sungai Cianten, Desa Ciampea, Kecamatan Ciampea.
Atlet Arung Jeram Kabupaten Bogor, Deni Permana (22) mengatakan, latihan di sungai jelang Pra Porda Jabar dilakukan seperti biasa yakni ritme dayung. Namun ada kesulitan dari peralatan, termasuk adanya kepengurusan dualisme di FAJI Kabupaten Bogor. Tetapi bagi para atlet arung jeram yang terpenting saat ini adalah fokus ke lantihan jelang Porda nanti.
Ia berharap tidak ada dualisme kepengurusan FAJI Kabupaten Bogor karena tujuannya tetap sama yakni mengharumkan nama Kabupaten Bogor di cabang olahraga arung jeram. “Target untuk Porda nanti, yakni bisa memboyong medali emas. Seperti di Porda Kabupaten Bogor yang lalu,” ujarnya usai melakukan latihan di sungai Cianten, kemarin.
Pegiat olahraga arung jeram, Wika Wibisono sangat menyangkan ketika ada dualisme di tubuh kepengurusan FAJI telah berimbas kepada atlet. Padahal, jelang Porda nanti, atlet perlu dilakukan pembinaan dan latihan yang intens. Sebab, untuk mencapai raih yang maksimal perlu latihan jauh-jauh hari. Tak kalah penting, ketika latihan tetap menerapkan protokol kesehatan.
“Apapun ceritanya di kepengurus FAJI, atlet harus latihan. Sebab, atlet juga ada target yang harus dikejar di ajang Porda,” katanya.
Dia melihat di Kabupaten Bogor sungainya banyak, termasuk perahu, operator, pegiat dan atlit yang banyak. Tinggal dilakukan pembinaan agar para atlie bisa meraih capaian yang maksimal di ajang Porda.
“Ketika atlet tidak diperhatikan dan mereka ingin mengikuti turnamen atau kejuaraan, seharusnya pengurus mendukung bukannya seakan-akan menghalangi, ” keluhnya.
Terpisah, Ketua Umum FAJI Kabupaten Bogor Bayu Rahmawanto mengaku, pada dasarnya dirinya fokus pada kepengurusan dan pembinaan atlet. Dia ingin pengurus itu orang yang benar-benar memang mampu mempunyai kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas manakala sudah masuk jadi pengurus. Sebab, dalam pembentukan pengurus itu perlu juga ada mekanisme dan proses.
“Saat pembentukan kepengurusan itu bukan pengurus ngurusin pengurus tapi pengurus tugas kewajibannya adalah melakukan pembinaan pengurusan pada atlet yang mempunyai potensi di wilayah Kabupaten Bogor, ” katanya.
Menurut Camat Tamansari ini, kalau pengurusnya tertib, tidak akan membuat permasalahan manakala melakukan pembinaan terhadap atlet. Tapi kalau pengurusnya acak-acakan gimana dia mau melakukan pembinaan kepada atlrt dan jangan sampai juga atlet jadi korban. Dia mengaku, ketika ada atlet mempunyai keinginan untuk melakukan atau mengikuti kejuaraan di Depok yang diselenggarakan oleh UMG, dirinya memfasilitasinya.
“Kami melihat kondisi seperti ini, tapi juga jangan permasalahannya pengurus imbasnya ke atlet, itu yang tidak kita inginkan. Pada dasarnya, ingin fokus kepada pengurusan, pembenahan kepengurusan dan baiknya seperti apa putusan administrasinya sudah ada,” tukasnya.
** Cepi Kurniawan