jurnalinspirasi.co.id – Terobosan dilakukan RSUD Bakti Pajajaran Cibinong dengan menghadirkan klinik psikolog yang berada di Poli Yankesrad Gedung Azalea. Klinik ini dibutuhkan masyarakat dalam menyikapi beragam persoalan hidup yang kerap menjadi masalah yang umumnya banyak warga mengalami kecemasan. Klinik psikolog ini telah hadir pada akhir 2024.
“Masyarakat butuh, ya kebutuhan untuk tes, konsultasi dan untuk menangani psikososial. Misal kok rasanya saya aneh mau keluar rumah kok takut, tapi mau ke dokter juga bingung nggak ada keluhan medis. Nah, disinilah perlunya datang ke psikolog,” kata Psikolog RSUD Bakti Pajajaran Cibinong, Niko Puri Diyanti, M. Psi., Rabu (12/11/2025).
Sejak awal dibuka klinik psikolog pada akhir 2024 sudah ada 46 pasien dewasa, dan pada 2025 letika sudah ada psikolog anak, jumlah pasien meningkat yakni pasien dewasa sebanyak 167, dan pasien anak 25.
“Pasien anak biasanya kok anak ini gak mau sekolah, marah-marah, perilaku aneh, ada juga korban pelecehan seksual, bullying dan juga ada untuk tes minat bakat serta anak berkebutuhan khusus,” jelas Niko Puri Diyanti.
Dia memastikan pasien yang dilayaninya sesuai dengan masalah dan terapi yang disarankan. Untuk pasien yang sudah depresi bisa dilakukan 8-12 pertemuan. “Kita assessmen tingkat depresinya, misal kalau ada yang sudah ada yang melukai diri harus sudah ada pendampingan dan kita banding juga dengan psikiater. Nah, kita lebih ke komunikasi untuk membongkar unek-uneknya dan kita juga nanti evaluasi dan selanjutnya kontrol,” jelasnya.
Dia mengapresiasi warga Kabupaten Bogor telah cukup peduli sehingga datang sendiri ke klinik psikolog. Masalah cemas dan depresi kata Niko Puri Diyanti yang paling banyak ditemukan sehingga psikolog idealnya bisa hadir di puskesmas-puskesmas.
“Sekarang ini kan klinik psikolog baru ada disini, akan lebih bagus jika di puskesmas juga ada agar kebutuhan masyarakat terlayani dengan baik,” kata Niko Puri Diyanti.
Diakuinya setiap orang punya gejala stres atau kecemasan, tetapi tingkatannya ada yang normal, sedang dan parah sehingga penanganannya juga berbeda tergantung levelnya.
“Ada masalah pernikahan, pacaran atau tendesi tertentu seperti marah-marah. Jadi kalau psikiater ngeluarin obat, psikolog tidak. Jadi memecahkan masalahnya bisa terapi juga, misal terapi prilaku sehingga untuk psikolog ini acuannya normal, normal bermasalah, paranoid, dan ada naik level sampai psikotik. Jadi tergantung kasusnya, efektif atau tidaknya penanganan dilihat progresnya tinggal dibenahi apanya apakah cukup psikologi terapi atau perlu farma terapi,” tandas Niko Puri Diyanti.
(Asep S.Sayyev)

