jurnalinspirasi.co.id – Komisi III DPRD Kota Bogor mendatangi proyek SDN Kencana 1 di Kelurahan, Kecamatan Tanah Sareal, Kamis (18/9)m/2025). Kedatangan para legislator itu bertujuan untuk memantau sejauh mana progres revitalisasi sekolah tersebut.
Hasilnya, sangat mencengangkan lantaran wakil rakyat menemukan murid kelas 1 hingga 3 belajar dibawah tenda yang lantainya tak memiliki alas. Pemandangan tersebut sungguh kontradiktif dengan program Bogor Cerdas yang digaungkan Wali Kota Dedie Rachim.
Ketua Komisi III, Heri Cahyono (HC) mengatakan bahwa meskipun kondisi tersebut hanya bersifat sementara hingga bangunan yang direvitalisasi rampung. Namun, tempat kegiatan belajar mengajar (KBM) terkesan sangat tidak layak.
“Proses KBM nggak boleh tertunda. Makanya itu hanya sementara, anak-anak juga terlihat semangat belajarnya. Tapi seharusnya Dinas Pendidikan (Disdik) harus lebih peduli, sebisa mungkin diberi kenyamanan dikasih terpal sebagai alas, tendanya jangan sampai bocor,” ujar HC kepada wartawan, Kamis (18/9).
Seharusnya, kata HC, Disdik menyewakan rumah atau ruko agar proses KBM siswa berjalan lebih layak.
“Disdik harus membuat proses KBM layak. Tadi ketika saya berkunjung melihat proses KBM, sepatu saya penuh tanah, blepotan. Mestinya sewa rumah atau ruko, lebih manusiawi,” ucap politisi Golkar itu.
HC mengaku prihatin lantaran ruang KBM terkesan seperti di pengungsian. Padahal, SDN Kencana berada di Kota Bogor.
“Orang kota belajar dibawah tenda yang langsung beralaskan tanah. Saya bingung kenapa milih menggunakan tenda,” ucap dia.
Kendati demikian, HC mengapresiasi langkah Disdik yang merevitalisasi bangunan yang sudah 30 tahun lebih tak direnovasi.
“Dengan anggaran Rp3 miliar saya kira hasilnya akan jauh lebih baik. Mudah-mudahan bulan Desember selesai sehingga siswa bisa belajar lebih layak,” katanya.
Terpisah, Anggota DPRD Kota Bogor Dapil Tanah Sareal, Lusiana Nurissiyadah mengatakan, kondisi KBM yang tidak layak disebabkan lantaran tidak matangnya perencanaan dari Disdik. Seharusnya, sebelum pembangunan dilakukan, dinas berdiskusi dengan aparatur wilayah serta stakeholder untuk menentukan tempat KBM sementara.
“Kan di daerah situ ada perumahan TTC yang mempunyai aula dan lapangan. Mestinya bisa menggunakan itu, atau di pelataran ruko yang tak terpakai, bisa juga di aula kelurahan,” tegas dia.
Apabila pilihan dalam proses KBM menggunakan tenda, sambung dia, setidaknya lantainya diberi terpal ataupun paving blok.
“Kasih tempat yang lebih layak. Kasihan siswa sudah berbulan-bulan belajar dengan kondisi seperti itu. Kalau DPRD tidak sidak, takkan tahu kondisi sebenarnya,” jelasnya.
Politisi PKB ini berharap, hal serupa tak terulang lagi ke depannya, apabila akan merevitalisasi sekolah.
“Pembangunan ini kan sudah direncanakan, dan bukan karena bencana. Seharusnya lebih matang. Mestinya opsi yang diberikan jangan cuma satu, yakni pindah sementara ke Kencana 4, orang tua murid gak mau karena jaraknya terlalu jauh,” ungkap dia.
Perempuan yang akrab disapa Lusi itu menyebut, berdasarkan pengakuan dari para murid, situasi KBM tidak nyaman apabila cuaca sedang hujan karena kondisi tanah yang becek.
Sementara itu, Kepala Bidang SD pada Disdik Kota Bogor, Asep Faizal mengatakan bahwa Disdik segera merespon temuan DPRD tersebut, dengan segera berkoordinasi bersama aparatur wilayah serta OPD lain untuk menanggulangi permasalahan itu.
“Kami akan segera memperbaiki. Insya Allah besok (hari ini, red) ada tindakan. Kami akan mencoba cari alternatif tempat KBM ataupun memasang terpal pada bagian lantai,” ucapnya.
Menurut dia, sebenarnya sebelum revitalisasi, Disdik sudah menawarkan orangtua murid agar anak mereka belajar di SDN Kencana 4. Namun, lantaran jaraknya terlalu jauh, akhirnya dipilih belajar menggunakan tenda.
** Fredy Kristianto