jurnalinspirasi.co.id – Serikat Petani Kelapa Sawit (SPKS) berkolaborasi dengan Pusat Penelitian Surfaktan dan Bionergi, IPB menyelenggarakan kegiatan Diseminasi dan Kunjungan Belajar Inovasi pengembangan Produk-Produk Turunan Kelapa Sawit di Pusat Peneilitian Surfaktan dan Bionergi Institut Pertanian Bogor (IPB) Kegiatan ini juga didukung oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP).
Diseminasi dan kunjungan di laboratorium pengembangan produk turunan sawit dilakukan melibatkan sejumlah perwakilan petani sawit, pelaku UKM dan koperasi pekebun anggota SPKS di seluruh Indonesia. Kegiatan ini diselenggarakan untuk mendorong peningkatan pengetahuan petani tentang jenis pengembangan prodak, adopsi teknologi serta tahapan pengembangan prodaknya.
Kolaborasi SPKS dengan IPB diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan serta kerjasama dalam mendukung pengembangan produk turunan sawit untuk UKM dan koperasi pekebun, agar meningkatnya nilai tambah produksi kelapa sawit.
Ketua Serikat Petani Kelapa Sawit, Sabarudin mengatakan bahwa pengembangan produk turunan sawit harus menjadi bagian dalam inisiatif pengembangan sawit berkelanjutan, karena itu, petani sawit, UKM sawit dan Koperasi Pekebun perlu melakukan pembelajaran mengenai pengembangan produk serta adopsi teknologi tepat guna yang dikembangkan oleh lembaga riset atau penelitian, seperti kemitraan dengan Pusat Penelitian Surfaktan dan Bionergi, IPB yang kita lakukan saat ini.
“Program Pemberdayaan dan UMKM Sawit yang diinisiasi dalam Program BPDP menjadi momentum membangun kolaborasi dengan Lembaga Penelitian dan Riset untuk memperoleh pendampingan serta mengadopsi penggunaan teknologi,” kata Sabarudin.
Sabarudin mengungkapkan bahwa dalam tiga tahun terakhir, SPKS melakukan pendampingan, memfasilitasi promosi serta pelatihan pengembangan produk turunan sawit seperti kripik jamur sawit, dodol dan stik berbahan baku umbut sawit, sebagai solusi dalam menambah nilai tambah sawit yang diproduksi pekebun.
Dalam kesempatan yang sama, Sekretaris Pusat Peneilitian Surfaktan dan Bionergi, Dwi Setiyaningsih mengatakan, IPB mengapresiasi kolaborasi bersama SPKS untuk mendesiminasi hasil riset serta mendemonstrasi pembuatan produk turunan sawit yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Surfaktan dan Bionergi, IPB.
Kerjasama ini menjadi momentum pembelajaran bagi koperasi pekebun dan petani dalam melihat potensi pengembangan produk turunan sawit ke depan.
Pusat Peneilitian Surfaktan dan Bionergi merupakan salah satu unit di IPB yang tergabung dalam klaster riset teknologi maju, dengan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan pelatihan serta pembuatan produk, seperti sabun dan hand sanitizer.
“Di bidang kelapa sawit, kami melakukan berbagai kegiatan seperti pelatihan serta mengembangkan riset untuk menciptakan produk turunan sawit, seperti produk sabun, handsanitizer, margarine, sabun transparan, dan sabun padat, yang berbahan baku dari sawit,”kata Dwi Setyaningsih
Untuk bidang energi, kami juga berkolaborasi dengan BPDP dalam melakukan kajian benefit value pengembangan industri biodiesel di Indonesia, terutama keuntungan sosial dan lingkungan, termasuk menghitung emisi gas rumah kaca dalam upaya memastikan pengembangan energi yang sustainable, sehingga dapat digunakan di berbagai sektor transportasi, dan pada akhirnya produk sawit dapat menciptakan banyak manfaat dan nilai ekonomi yang diperoleh.
Vincent Haryono, Manager Koperasi Karya Mandiri, mengatakan bahwa di tingkat petani, pengembangan prodak turunan sudah mulai dikembangkan dalam skala kecil seperti jamur sawit, stik dan dodol umbut sawit, namun terdapat sejumlah kendala dalam pemasaran produk, seperti sulitnya akses pemasaran di pasar modern & ekspor, kurangnya branding & kemasan menarik, minimnya promosi digital (marketplace, media sosial) serta persaingan dengan produk industri besar.
Di sisi lain, ada kendala dalam pemenuhan aspek legalitas atau regulasi pemerintah, seperti izin usaha, PIRT, halal, BPOM yang cukup rumit dalam pengurusannya, biaya sertifikasi yang tinggi bagi UMKM kecil, termasuk isu global seperti masalah deforestasi & prodak yang sustainable yang dapat menghambat keberterimaan di pasar global.
Berbagai tantangan tersebut memerlukan dukungan dari Pemerintah, lembaga keuangan, dan pendampingan usaha agar menciptakan gairah bagi pelaku UMKM sawit dalam pengembangan produk turunan sawit, termasuk dukungan pemberdayaan dalam aspek literasi keuangan & pencatatan usaha, keterampilan manajerial & digital serta pelatihan dalam inovasi produk turunan sawit.
Hardani Helmy Muhansyah, Kepala Devisi Kerjasama Kemasyarakata dan UMKM, BPDP, mengatakan kolaborasi bersama lembaga riset dan penelitian, dalam kegiatan pemberdayaan dan program UMKM sawit diperlukan, agar hasil riset seperti jurnal dan karya ilmiah dapat diinformasikan dan diimplementasikan secara langsung kepada petani dan pelaku UMKM, terutama di sektor kelapa sawit.
Dukungan BPDP dalam pengembangan turunan sawit dilaksanakan melalui kegiatan strategis Program Promosi dan Kerjasama, dengan melakukan pemberdayaan dan penguatan Koperasi dan UMKM sawit dalam meningkatkan kesejahteraan pekebun, kata Hardani Helmy Muhansyah.
Lebih lanjut, Helmy mengatakan bahwa dukungan tersebut dilaksanakan melalui kolaborasi dengan berbagai stakeholders, salah satunya kerjasama dengan Mitra UKMK dalam pengembangan produk UMKM sawit, seperti minyak merah sawit, handsanitizer sawit, hand soap sawit, sabun batangan, kerajinan lidi sawit, malam batik sawit, cokelat sawit, lilin aromatherapy, pembersih pengkilap, dll.
Selain itu, kerjasama juga dilakukan dengan sejumlah Perguruan Tinggi dilakukan, seperti kerjasama dengan ITB untuk pengembangan pakan ternak dari PFAD untuk peningkatan produksi susu sapi, kerjasama dengan IPB dalam peluncuran produk rendang seasoning mix berbahan krimmer minyak sawit dan beberapa kerjasama dengan perguruan tinggi lainnya. Pada tahun 2025, BPD telah meluncurkan 100 katalog produk UMKM sawit.
** Fredy Kristianto