Home Ekbis Bank Dunia Prediksi Rasio Utang Indonesia Terus Naik

Bank Dunia Prediksi Rasio Utang Indonesia Terus Naik

Jakarta | Jurnal Bogor
Bank Dunia memperkirakan rasio utang pemerintah Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) akan terus meningkat dalam tiga tahun ke depan. Dalam laporan edisi April 2025, World Bank menegaskan bahwa beban utang akan bertambah seiring dengan kebutuhan pembiayaan defisit fiskal yang masih lebar serta pendanaan program-program prioritas nasional.

Melansir dari laman Warta Ekonomi, Rabu (30/4/2025), Bank Dunia memproyeksikan rasio utang Indonesia naik dari 39,0 persen PDB pada 2024 menjadi 40,1 persen pada 2025. Rasio tersebut diperkirakan kembali naik menjadi 40,8 persen pada 2026, lalu mencapai 41,4 persen pada 2027. Tren ini menunjukkan konsistensi memburuknya rasio utang terhadap output ekonomi nasional, meskipun tingkatnya masih moderat dibandingkan banyak negara berkembang lainnya.

Menurut Bank Dunia, defisit fiskal Indonesia yang tetap tinggi menjadi pendorong utama lonjakan utang tersebut. Defisit diperkirakan bertahan di sekitar -2,7 persen dari PDB setiap tahun sepanjang periode 2025 hingga 2027. Selain itu, sekitar 41 persen dari total penerimaan negara akan digunakan untuk pembayaran bunga utang, mempersempit ruang fiskal bagi belanja produktif seperti pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur.

Bank Dunia menilai kondisi ini menandakan perlunya kebijakan fiskal yang lebih hati-hati serta reformasi perpajakan yang lebih agresif guna memperkuat basis pendapatan negara.
Bank Dunia juga menyoroti pentingnya keseimbangan primer — surplus atau defisit anggaran sebelum pembayaran bunga utang — dalam menjaga keberlanjutan fiskal.

Indonesia diperkirakan mencatat defisit primer kecil sebesar -0,4 persen PDB pada 2025 sebelum berbalik menjadi surplus 0,1 persen pada 2026 dan 2027. Meski surplus tersebut menunjukkan upaya mengurangi ketergantungan pada pembiayaan utang baru, angkanya dinilai belum cukup besar untuk secara berarti menurunkan rasio utang dalam waktu dekat.

Selain faktor domestik, Bank Dunia juga memperingatkan risiko tekanan eksternal. Depresiasi Rupiah sebesar 2,3 persen sepanjang 2024 meningkatkan risiko nilai tukar, terutama terhadap utang berdenominasi asing. Meskipun cadangan devisa Indonesia, yang setara lebih dari enam bulan impor, memberikan bantalan, potensi gejolak tetap membayangi bila terjadi arus keluar modal secara global.

Sebagai solusi, Bank Dunia merekomendasikan pemerintah untuk meningkatkan rasio pajak melalui reformasi yang lebih luas dan efektif, mengendalikan pertumbuhan belanja tanpa mengorbankan program prioritas, memastikan pembiayaan utang diarahkan ke proyek-proyek yang mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, serta menjaga stabilitas nilai tukar.

(Dedi R)

Exit mobile version