32 C
Bogor
Monday, February 24, 2025

Buy now

spot_img

Pengajian Rutin, Maha Guru Perguruan Ilmu Laduni Sekar Jati Nur Auliya Ingatkan Anggotanya Jangan Sombong

Nanggung l Jurnal Bogor
Perguruan Ilmu Laduni Sekar Jati Nur Auliya kembali menghelat pengajian rutin bulanan, Minggu (9/2/2025).

Kegiatan spiritual keagamaan itu berlangsung di Padepokan Kampung Lukut di Desa Parakanmuncang, Nanggung, Kabupaten Bogor. Diikuti puluhan anggota perguruan dan masyarakat.

Acara diisi pembacaan ayat suci Al-Quran begitu juga doa bersama dan tausiyah yang disampaikan langsung oleh Maha Guru Perguruan Sekar Jati Nur Auliya, H. Suripan.

“Dewasa ini, pentingnya menjaga ibadah sholat, sikap rendah hati dan kesabaran serta menjauhi sikap ujub atau sombongan,” kata H. Suripan dalam tausiyahnya.

Dihadapan para anggota perguruan dan masyarakat yang hadir H. Ipan berpesan kita semua sama- sama senantiasa harus saling menjaga dan jangan pernah meninggalkan sholat dalam kondisi apapun.

“Selaku mahluk sosial, jangan pernah menyimpan rasa dendam kepada siapa pun. Jangan dendam sama siapapun dan selalu berusaha untuk memaafkan kesalahan orang lain,” pesananya

“Jika kita dilanda emosi, segeralah membaca istighfar agar terhindar dari godaan setan yang terkutuk,” tandasnya.

Dijelaskannya Perguruan Sekar Jati Nur Auliya merupakan wadah untuk mempelajari ilmu laduni, yang merupakan karomah dari Sunan Kalijaga.

Perguruan Sekar Jati Nur Aulia tidak hanya mengajarkan kemampuan bela diri saja. Namun terpenting bagaimana berusaha untuk membentuk karakter mulia, seperti menjauhi perbuatan buruk, dan memberikan perlindungan dari berbagai ancaman yang membahayakan.

“Ilmu laduni bukan sekadar bela diri fisik, melainkan juga sarana syiar Islam dan perlindungan diri. Ilmu dapat digunakan terutama untuk menolong sesama dan bisa menangkal kejahatan, baik secara fisik maupun secara gaib,” ujarnya.

Lebih lanjut, H. Suripan menjelaskan bahwa ilmu laduni memiliki kekuatan spiritual yang dapat melindungi pengamalnya dari tindakan zalim, baik secara fisik maupun non-fisik.

“Ketika ada seseorang yang berniat melakukan kezaliman, baik secara fisik maupun non-fisik, pelaku akan merasakan efek seperti kaku atau lemas, tergantung pada apa yang diucapkan,” jelasnya.

Acara ini tidak hanya menjadi ajang pembinaan spiritual, tetapi juga mempererat tali silaturahmi antaranggota perguruan dan masyarakat.

Diharapkan, kegiatan rutin ini dapat terus memberikan manfaat dan menebarkan nilai-nilai kebaikan dalam kehidupan sehari-hari.

(Arip Ekon)

Related Articles

- Advertisement -
- Advertisement -

Latest Articles