Cisarua – Jurnal Bogor
Cuaca ekstrim sudah dua hati ini terus melanda wilayah Puncak. Tiupan angin yang kencang disertai guyuran hujan yang berdurasi lebih dari dua jam memicu terjadinya bencana alam berupa banjir dan tanah longsor yang kerap terjadi di dua kecamatan Cisarua dan Megamendung. Terlebih, ditahun tahun ini kondisi alam Puncak atau kaki gunung Pangrango terus mengalami kerusakan akibat kegiatan para pengusaha besar untuk membuat fasilitas pariwisata.
Sejak dua hari terpantau dimana kawasan Puncak terus diguyur hujan, kondisi kali dan sungai sungai volume airnya terus mengalami peningkatan hingga sempat membanjiri pemukiman warga. Begitu juga, tanah tanah berbukit yang tersebar di pedesaan di Cusarua dan Megamendung mulai mengalami keretakan. Di sebuah tebing di ruas jalan alternative Cikopo Selatan, tepatnya di Kampung Doyong, Desa Kuta, tebingnya kini dipasang police line sebagai tanda bahaya terjadinya longsor.
“Iya tebing itu mulai retak makanya dipasang police line oleh petugas. Karena dibawah tebing itu adalah jalan yang ramai diluntasi kendatasn,” tutur Muhidin, warga setempat.
Ditempat terpisah, petugas pengawas dari UPT JJ Wilayah Ciaei, Yanto, pihaknya kini terus melakukan pemantauan ke wilayah wilayah yang dinilai terjadinya bencana aam khususnya untuk ruas jalan jalan milik Kabupaten Bogor. “Hujan terus mengguyur kawasan Puncak dan sekitarnya. Untuk itu kita dan petugas lainnya melakukan pemantauan. Hal ini dilakukan supaya jika terjadi musibah tanah longsor dan menimpa badan jalan kita bisa langsung terjun ke lokasi. Terlebih bagi jalan jalan milik Kabupaten Bogor menjadi prioritas utama dalam pengawasan para petugas UPT JJ Ciawi,” katanya. Dadang Supruatna.