jurnalinspirasi.co.id- Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melaksanakan kegiatan Puncak Hari Ozon di Botani Square, Senin (16/09/2024).
Giat tersebut dilaksanakan guna merayakan keberhasilan Protokol Montreal dalam menghadapi ancaman penipisan lapisan ozon di stratosfer, sekaligus melakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai perlindungan lapisan ozon.
Kegiatan itu juga merupakan bagian dari World Ozone Day (WOD) 2024 yang jatuh setiap 16 September.
Tahun ini WOD mengambil tema ‘Advancing Climate Action’ yang diterjemahkan menjadi Tingkatkan Aksi Iklim, Ozon Aman.
Menteri LHK, Siti Nurbaya Bakat mengatakan bahwa Panel Penilaian yang didukung PBB untuk Protokol Montreal tentang Bahan-bahan yang Merusak Lapisan Ozon, melalui laporan empat tahunan, mengonfirmasi penghapusan hampir 99 perseb bahan perusak ozon yang dilarang.
Menurut dia, Indonesia sendiri berhasil menurunkan Hydrochloroflourocarbon (HCFC) sebesar 37,5% di tahun 2020 dan 55% di tahun 2023.
Siti Nurbaya mengapresiasi setinggi-tingginya terhadap seluruh Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah dan semua pihak penggerak dan pelaksana aksi-aksi perlindungan lapisan ozon di Indonesia.
“Kalau kebijakan saat ini tetap berlaku dan diimplementasikan, lapisan ozon diperkirakan akan pulih sekitar tahun 2066 di Antartika, tahun 2045 di Arktik, dan tahun 2040 di seluruh dunia,” ujar Siti Nurbaya.
Kata dia, langkah menghilangkan bahan perusak ozon telah berhasil memperlambat pemanasan global secara signifikan.
Tanpa intervensi, sambung dia, penipisan ozon yang tidak terkendali dan radiasi UV-B yang berlebihan akan menghambat pertumbuhan tanaman, mengurangi kapasitas vegetasi untuk menyerap karbon dioksida (CO2), dan berdampak bagi kesehatan manusia, antara lain meningkatkan risiko kanker kulit dan katarak mata.
“Keberhasilan tersebut ditingkatkan dengan diadopsinya Amandemen Kigali yang mengatur ketentuan pengurangan konsumsi Hidrofluorokarbon (HFC),” katanya.
Ia menegaskan, HFC bukan bahan perusak ozon, namun termasuk gas rumah kaca yang kuat. Sehingga upaya penerapan Protokol Montreal tidak hanya untuk memastikan lapisan ozon terjaga, tetapi meningkatkan aksi iklim.
Pengurangan konsumsi HFC tersebut akan dimasukkan kedalam komitmen pengurangan emisi Indonesia sebagai gas baru dalam dokumen Second NDC di sektor IPPU (penggunaan produk) yang akan dilaporkan ke UNFCCC.
Menteri Siti menyatakan, sesuai ketentuan Amendemen Kigali, pengurangan konsumsi HFC akan dimulai pada tahun 2029 sebesar 10 persen dan secara bertahap di tahun-tahun berikutnya sampai dengan tahun 2045 sebesar 80 persen dibandingkan baseline.
Dengan demikian, kata dia, penerapan Protokol Montreal tidak hanya untuk memastikan lapisan ozon terjaga, tapi juga meningkatkan aksi iklim.
Diketahui, peringatan hari ozon kali ini diwarnai dengan beberapa kegiatan dari tingkat daerah hingga nasional yang dimulai dari edukasi publik mengenai perlindungan lapisan ozon yang dipublikasikan melalui diskusi, konten media sosial dan iklan di transportasi publik.
Selain itu dilakukan rangkaian kegiatan seperti temu karya Teknisi AC, lomba reels, kampanye, edugames tingkat SMA, senam Poundfit bersama, sekaligus launching gerakan nasional 16 to 24 (sixteen to twenty four).
Gerakan tersebut merupakan upaya sederhana untuk secara bersama-sama menyetel suhu AC ke 24 derajat Celcius dalam rangka menghemat energi.
“Kita semua bisa turut berkontribusi untuk menjaga lapisan ozon dan meningkatkan aksi iklim dengan menggunakan produk ramah lingkungan (ramah ozon), melakukan perawatan AC secara berkala, menggunakan teknisi AC bersertifikat BNSP, dan menyetel suhu AC ke 24 derajat Celcius agar hemat energi,” jelasnya.
“Selain itu untuk mencegah dampak negatif sinar UV, selalu gunakan tabir surya, kacamata anti UV, topi, atau baju lengan panjang saat beraktivitas di luar ruangan,” tambah Menteri Siti.
** Fredy Kristianto