JURNAL Inspirasi – Dalam upaya pemulihan ekonomi dampak dari pendemi, pemerintah pusat membuat program yakni ketahanan pangan, baik di provinsi, kabupaten maupun kota. Salah satunya Desa Sirnagalih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor.
Kades Sirnagalih Amat Suparta mengatakan, program ini diamanahkan kepada seluruh pemerintah desa melalui pemanfaatan dana desa (DD) melalui program ketahanan pangan di wilayah Desa Sirnagalih.
“Secara kebetulan tujuan dibentuk ketahanan pangan sebagai bentuk perhatian pemerintah terhadap masyarakat, kaitannya dengan dampak pandemi,” ujarnya, Kamis (21/3).
Jelang selesai masa pandemi ditindak lanjuti dengan bagaimana caranya sektor pemulihan ekonomi bisa ditangani oleh ketahanan pangan ini, dimana ketahanan pangan ini, banyak hal yang memang harus dilakukan oleh pemdes terutama kaitan dengan masalah dengan melibatkan masyarakat dalam hal ini.
“Secara kebetulan Desa Sirnagalih setelah mengalokasikan anggaran program ketahanan pangan, kita membuat satu lokasi dengan memanfaatkan pemberdayaan hewani, yaitu budidaya ikan nila,” ucapnya.
Lebih lanjut, Amat menjelaskan, di lokasi sudah membangun 30 kolam ikan dengan sistem bioplok, yang satu kolamnya dengan diameter 4 meter dengan target dan sasaran 30 ribu benih yang ditebar.
Dia menjelaskan, pekerjaannya saat ini sudah selesai. Pada Sabtu telah melaunching penebaran benih dengan mengundang Muspika Tamansari. Yang selanjutnya fokus kepada mekanisme pengelolaan. Sehingga harapannya dengan kurun waktu 4 sampai 5 bulan itu bisa melaksanakan panen raya.
Dari hasil panen dicoba kelola, dengan melibatkan beberapa pihak dalam hal ini, kelompok wanita tani (KWT), dan kelompok tani masyarakat. Sehingga bisa memberdayakan masyarakat untuk pemulihan ekonomi disana.
“Tentu ini sepadan dengan tujuan pemerintah, bahwa ketahanan pangan bisa sebuah solusi perbaikan di sektor ekonomi masyarakat,” papar Amat.
Program awal kegiatan ini, kita melibatkan TPK. Karena di sirnagalih ini, kaitan pemberdayaan hewani kita proses dari awal, mulai dari kesiapan lahan, pembuatan kolam, mekanisme pengelolaan dengan mengunakan sistem bioplok.
“Tentunya kita melibatkan dari pihak terkait dalam hal ini APPPerikanan Cikaret, dan kebetulan nanti tindak lanjutnya ada mahasiswa yang akan magang disitu untuk memberikan penyuluhan dan pengelolaan ikan air tawar,” ungkapnya.
Menurut Amat, anggaran yang dialokasikan sebesar 20 persen dari anggaran dana desa. Jadi total anggaran yang digelontorkan program ketahanan pangan ini sebesar rp230 juta.
“Disitu kita juga membutuhkan beberapa pemenuhan kebutuhan seperti, pakan, petugas jaga, dan kelompok tani,” jelasnya.
Setelah panen ada proses pengelolaan dari hasil tersebut dijadikan ikan olahan yang dipacking, bisa jual ke masyarakat, maupun pasar tradisional.
“Tidak menutup kemungkinan kita menyiapkan di sektor lain yaitu, menanam sayuran dan peternakan kambing,” sambungnya.
Dengan harapan, adanya program ketahanan pangan ini, bisa memanfaatkan sumber daya manusia yang ada, karena dari dampak pandemi Covid 19 banyak yang nganggur dan bisa dimasukan kedalam kelompok tani sehingga mereka bisa berdaya dan memiliki kegiatan.
(yudi surahman)