jurnalinspirasi.co.id – Angka kematian akibat bunuh diri di Indonesia semakin meningkat setiap tahun. Kelana Jiwa menggelar mental health webinar Avoid Suicidal Thought atau diartikan sebagai Hindari Pikiran Bunuh Diri dengan tema ‘Pedulikan Diri dan Sekitar’ pada Sabtu (24/02/2024) secara daring.
Ar-Ruum Akhira Rufaida, M.Psi., Psikolog sebagai psikolog yang menjadi narasumber pada webinar itu menyampaikan beberapa hal terkait isu suicidal thoughts (pikiran bunuh diri).
Ar-Ruum menjelaskan bahwa setiap manusia akan mengalami fase dengan perasaan sedih, takut, depresi, gelisah, kecewa, cemas, merasa bersalah, kesepian, dan putus asa. Menurutnya, hal tersebut pasti akan terjadi pada setiap diri manusia.
“Kita tidak bisa menghindari perasaan negatif. Boleh merasa sedih, kecewa,” ujar Ar-Ruum dikutip dari live streaming YouTube Kelana Jiwa, Sabtu (24/2/2024).
Dalam tingkatannya, orang yang memiliki pemikiran bunuh diri dapat terjadi jika seseorang tersebut berada di fase putus asa.
“Fase bunuh diri biasanya berada di fase putus asa. Merasa perasaan itu gak pernah selesai di dalam dirinya. Hal itu berpikiran untuk mengakhiri hidupnya,” jelasnya.
Pada suicidal thought, Ar-Ruum membeberkan gejala umumnya. Pertama, timbulnya perasaan terjebak dan putus asa. Kedua, mengalami kecemasan yang tinggi dan mempunyai mood yang berubah-ubah. Ketiga, terjadinya perubahan rutinitas dan pola tidur.
Keempat, mengkonsumsi obat dan alkohol berlebih serta terlibat dalam perilaku berisiko. Kelima, depresi dan memiliki serangan panik. Keenam, mengalami gangguan konsentrasi dan mengisolasikan diri. Ketujuh, banyak melakukan gerakan yang menunjukkan indikasi kecemasan.
“Gerakan indikasi kecemasan seperti mondar-mandir di sekitar ruangan, meremas-remas tangan seseorang, dan tindakan lain seperti mengucapkan selamat tinggal kepada orang-orang seolah itu adalah momen terakhir untuknya,” tutur psikolog tersebut.
Kedelapan, sering membicarakan tentang bunuh diri. Dan terakhir, sering mengungkapkan penyesalan tentang hidup.
Selanjutnya, Ar-Ruum menjelaskan 5 point cara yang perlu dilakukan jika pemikiran bunuh diri muncul pada diri seseorang. Pertama, meminta bantuan orang yang dipercaya.
“Agar mendapatkan dukungan dan menjadi pendengar mengenai masalah yang dihadapi. Bentuk bantuan bisa datang dari keluarga, teman, maupun psikolog atau psikiater,” ucapnya.
Kedua, menghindari minuman beralkohol dan penyalahan obat atau zat lainnya. Ketiga, melakukan aktivitas positif yang membuat perasaan menjadi rileks dan tenang.
“Melakukan aktifitas apa pun yang membuatmu rileks dan tenang. Lakukan yang membuatmu happy, seperti bermain kucing, melihat boyband korea,” ucapnya.
Keempat, mencari tempat yang aman untuk menghindari tindakan berbahaya. Kelima, menjauhkan benda-benda berbahaya, seperti obat-obatan, benda tajam, atau senjata.
“Tempat aman itu seperti misalnya pergi ke rumah teman atau ke tempat publik yang membuat diri kamu sendiri merasa aman dan nyaman,” terang Ar-Ruum kepada peserta webinar.
“Kita juga harus tahu cara pencegahan munculnya suicidal thought (pikiran bunuh diri), yaitu di antaranya perencanaan keamanan, psikoterapi, pengobatan, dan dukungan dari orang terdekat,” lanjutnya.
Ar-Ruum juga menerangkan bahwa terdapat cara tindakan tepat untuk dapat membantu teman atau kerabat dekat yang memiliki suicidal thought. Pertama, teruskan untuk melakukan komunikasi dengan orang tersebut.
“Ajak bercerita tentang apapun sehingga ia bisa merasa diapresiasi dan didengarkan,” ujar Ar-Ruum seorang magister psikologi profesi lulusan Universitas Gadjah Mada.
Kedua, beri waktu untuk mereka membalas pesan kita. Ketiga, pastikan tidak ada alat berbahaya di sekelilingnya. Keempat, dengarkan cerita-ceritanya. Terakhir, tunjukkan kepedulian kita dan perhatian kita.
Selain itu, peserta webinar bisa sharing session berbagi pengalamannya kepada pemateri yang telah ahli di bidangnya. Peserta juga bisa berkonsultasi terkait masalah mental yang dihinggapinya. Mengajak bersama-sama mengatasi masalah tersebut, dan menciptakan suasana kehidupan yang lebih nyaman bagi banyak orang.
Dilansir dari Instagram kelanajiwa.co pada Sabtu (24/2/2024), menurut survei Kesehatan Mental Remaja Nasional Indonesia atau Indonesia-National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) pada tahun 2022, sekitar satu dari tiga remaja, atau sekitar 34,9% dari mereka, atau setara dengan 15,5 juta anak, mengalami masalah kesehatan mental. Beberapa di antara mereka juga pernah melaporkan perilaku bunuh diri atau menyakiti diri sendiri.
Salah satu faktor yang menyebabkan hal ini adalah keterbatasan akses terhadap layanan konsultasi atau perawatan kesehatan mental, serta kurangnya dukungan dari keluarga, orang tua, atau lingkungan sekitar dalam mendukung proses pemulihan.
(lia puspitasari/mg-uik)