jurnalinspirasi – Bukannya meyakinkan para pedagang kaki lima (PKL) yang ada disepanjang Jalan Raya Puncak, untuk mengisi kios atau tempat usahanya di lokasi rest area Gunung Mas, Cisarua, Kabupaten Bogor, pengelola malah sibuk mencari uang sampingan dengan menyewakan lahan parkir untuk membuka pasar malam.
Adji Supriono, staf pengelola rest area Gunung Mas membenarkan, di lokasi parkiran rest area akan ada pasar malam. Namun, pegawai BUMD Sayaga Wisata itu, enggan menyebutkan secara detail biaya sewa lahan oleh pengusaha pasar malam, berikut lama waktu menyewa lahan parkiran rest area tersebut.
Sementara, saat dikonfirmasi Direktur Umum (Dirum) Sayaga Wisata, Aminudin terkesan menolak untuk memberikan stetman, terkait keberadaan pasar malam yang membuka kegiatan usahanya di lokasi parkiran rest area Gunung Mas. Dirum yang dulunya aktif sebagai lembaga sosial masyarakat (LSM) tersebut, malah mengarahkan kepada Direktur Utama (Dirut) Sayaga Wisata, Supriadi Jufri.
“Ke pak Dirut aja ya, biar satu pintu. Atau ke Hani, pengelola rest area yang ada di sana,” ujar Aminudin kepada Jurnal Bogor melalui pesan WhatsApp, Rabu (24/1).
Namun, Direktur Utama (Dirut) Sayaga Wisata, Supriadi Jufri saat dikonfirmasi melalui pesan WhatsApp, sama sekali tidak menjawab. Begitu juga ketika di telepon melalui WhatsApp, orang nomor satu di perusahaan plat merah milik Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor itu, sama sekali tidak merespon.
Sebelumnya, pemilik Kedai Si Adudu yang membuka tempat usahanya dengan mengambil kios di rest area Gunung Mas menilai, adanya pasar malam di lahan parkir rest area, tidak akan berpengaruh apapun terhadap kondisi warungnya.
“Bagi saya, tidak ada pengaruhnya. Yang rame itu hanya didepan atau di lokasi pasar malam saja, kalau ke warung saya tidak berdampak sama sekali,” akunya.
Wanita berhijab yang setiap hari selalu sabar menunggu pembeli datang ke tempat usahanya di rest area Gunung Mas menceritakan, saat ada event besar seperti Bogor Fest yang dilaksanakan di lokasi parkiran, hanya ramai di depan saja. Sedangkan, warung-warung yang ada didalam tidak ikut terbawa ramai oleh pembeli.
“Pembeli yang datang ke warung kami bisa dihitung, ramainya hanya di lokasi acara saja,” jelasnya.
Yang diinginkan pedagang rest area, lanjutnya, pengelola rest area Gunung Mas membuka kembali gerbang yang ditutup. Sehingga, pengunjung perkebunan teh saat pulang bisa melalui gerbang yang langsung ke rest area.
“Sebelum ditutup, walau hanya Sabtu dan Minggu saja gerbang itu dibuka, warung kami ramai pembeli. Alhamdulillah, penghasilan kami bisa mencapai 100 ribu. Berbeda dengan hari biasa, paling kami hanya dapat 10 ribu, malah terkadang tidak dapat uang sama sekali,” keluhnya.
Semua pedagang yang sudah menempati kios di rest area Gunung Mas berharap, pihak pengelola melakukan terobosan atau berinovasi agar lokasi untuk berjualan para pedagang kaki lima (PKL) disepanjang jalur Puncak ini, menjadi ramai pengunjung.
“Saya yakin kalau sudah ramai pengunjung, kios-kios yang sekarang masih tutup, pasti mulai dibuka oleh pedagang,” tukasnya.
(dede suhendar)