Ciawi|Jurnal Bogor
Keberadaan konsultan pengawas di proyek Taman Ciawi, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, menjadi sorotan kalangan lembaga swadaya masyarakat (LSM). Sebab, proyek taman yang kondisi pembangunan nya diduga asal-asalan tersebut, tidak lepas dari lemahnya pengawasan konsultan.
Ketua LSM Jaringan Advokasi Masyarakat Pakuan Pajajaran (JPP), Saleh Nurangga mengatakan, baik buruknya pelaksanaan pembangunan Taman Ciawi, tidak bisa menyalahkan pihak ketiga sepenuhnya. Karena, dalam pelaksanaan pengerjaan proyek yang nilainya mencapai Rp310 juta lebih itu, melibatkan konsultan pengawas.
“Buat apa ada konsultan pengawas. Tugas konsultan itu untuk melakukan pengawasan dalam setiap kegiatan proyek pembangunan yang bersumber dari anggaran pemerintah,” ungkapnya kepada Jurnal Bogor saat dihubungi melalui telepon selulernya, Rabu (18/10).
Konsultan pengawas, lanjutnya, bertugas mengawasi jalannya setiap kegiatan proyek yang dikerjakan pihak ketiga. Sehingga, melalui tugas nya konsultan itulah semua pengerjaan proyek sesuai dengan rencana.
“Konsultan bisa melihat apakah dalam pengerjaannya itu sudah sesuai rencana anggaran belanja (RAB) dan gambar awal atau tidak,” jelas Saleh.
Apabila dalam pelaksanaan nya tidak sesuai RAB dan gambar, sambung Saleh, konsultan pengawas dapat melaporkan temuannya untuk dijadikan bahan laporan terhadap dinas terkait.
“Kalau tidak sesuai rencana awal dan gambar, pihak pelaksana bisa dikenakan sanksi administrasi, yakni dibayar sesuai dengan pengerjaan,” tegasnya.
Selain itu, kata Saleh, proyek taman sangat mudah untuk dihitung dan diawasi pengerjaannya. Pasalnya, dalam pengerjaan proyek taman bisa terlihat secara kasat mata dan gamblang bentuk fisiknya.
“Jadi kalau proyek taman itu mudah dilihat, selain tanaman juga ada fasilitas pendukung lainnya. Saya minta agar bidang pertamanan di dinas terkait bertanggungjawab terhadap kondisi Taman Ciawi yang pembangunannya asal jadi,” imbuhnya.
Sebelumnya, Sekretaris Aliansi Masyarakat Bogor Selatan (AMBS), Azet Basuni menyayangkan dengan kondisi Taman Ciawi yang sudah terlihat kumuh dan semrawut. Padahal, belum lama ini taman yang berada di lokasi strategis itu, sudah dilakukan pembangunan oleh pihak ketiga.
“Kalau lihat kondisi taman seperti itu, saya kira pemerintah hanya buang-buang anggaran saja. Pengerjaan proyek taman ini seakan dilakukan secara asal-asalan,” katanya kepada Jurnal Bogor saat dihubungi melalui telepon selulernya, Senin (16/10).
Azet pun mempertanyakan pembangunan apa saja yang dilaksanakan pihak ketiga dalam proyek taman dengan nilai ratusan juta itu. Pasalnya, informasi dari masyarakat Ciawi, tidak banyak perubahan yang signifikan dalam pelaksanaan pembangunan proyek taman tersebut.
Dimana, sambungnya, pelaksana hanya membangun tempat duduk dan memplester taman yang sebelumnya tanah menjadi tembok. Akan tetapi, yang paling terlihat itu tidak adanya lampu penerang di sekeliling lokasi taman, sehingga keberadaan taman Ciawi menjadi gelap saat malam hari.
“Terang itu karena ada lampu para pedagang, mulai dari pedagang kopi, gorengan, sate padang dan penjual makanan lainnya di area taman,” ujar Azet.
Azet menegaskan, pada dasarnya sebagai masyarakat yang ada di wilayah selatan Kabupaten Bogor, sangat berterima kasih kepada dinas terkait yang sudah mengusulkan dan mengalokasikan anggaran pembangunan untuk taman Ciawi.
 “Makanya saya minta dinas terkait kembali mengalokasikan anggaran pembangunan taman Ciawi yang bisa dijadikan ikon selatan. Tidak seperti sekarang masih banyak fasilitas taman yang belum ada. Malah depan taman trotoarnya saja sudah banyak yang bolong dan rusak,” tukasnya.
** Dede Suhendar