25.8 C
Bogor
Sunday, September 29, 2024

Buy now

spot_img

Beginilah Cerita Pulkam ke Cerenti Riau

Jurnalinspirasi.co.id – Bismillahir Rahmanir Rahiem. Sambil menunggu jadwal terbang, takeoff  pesawat Super Air Jet di bandara Sukarno-Hatta (Sutta) Jakarta, gatal juga tangan ini untuk menulis yang mungkin bisa menarik pembaca.

Anggaplah iseng-iseng penggunaan waktu untuk berkhayal hal-hal yang baik, mudah-mudahan postiif, yang bisa dipetik sebagai pembelajaran (lesson learned), insya Allah mudah-mudahan begitulah ceritanya.

Alhamdulillah, saya bersyukur kali ini, bisa pulang kampung (pulkam) lagi untuk kedua kali tahun ini (2023).

Pulkam halaman Cerenti, Riau tempat kelahiranku, dididik dan dibesarkan oleh kedua orangtuaku, yang pertama pada waktu hari Idul Adha 1444 H, pengganti Idul Firtri 1444 H saya ke Jepang sekeluarga, jenguk anak sulungku yang kini atau sedang melanjutkam  studi program doktornya di Kyoto Jepang.

Sekarang, pertengahan Oktober 2023 ini, saya harus pulkam lagi ke Rantau Kuansing karena sebulan lalu kakak Sulungku H.Baidar (85 thn) berpulang ke rahmatullah. 

Saya waktu itu, belum bisa pulang takziah melepas jenazahnya, sebab kesehatanku agak terganggu, batuk-flu dan pilek, juga salah seorang anak gadisku harus dioperasi akibat penyakit usus buntu yang dideritanya. Alhamdulillah, saya dan putriku sudah sehat dan pulih kesehatannya kembali. Seminggu, saya cek kesehatan ke dokter di RS BMC Bogor, berdasarkan hasil rongent, dokter menyatakan bahwa aku sehat walaffiat.

Makanya saya bergegas pulkam ke Cerenti, Kuansing Riau, untuk berziarah ke makam kakakku (ongaku) almarhum H.Baidar di TPU Wakaf Desa Kampung Baru Timur, sekalian juga ziarah (nyekar) ke pemakaman ayah dan ibuku, serta para Dunsanak yang duluan dipanggil Sang Khalik, Allah SWT.

Saya ada 10 bersaudara, 5 orang telah wafat, sedangkan 5 orang lagi masih hidup yakni 2 orang perempuan (kakakku Hj.Nurmi Arsyad dan adikku mantan Camat Cerenti Latifah Arsyad S.Sos) dan 3 org yang adalah saya AA (putra ke-8) onga Upri Arsyad (ke-6) dan adinda Arslan Arsysd (si bungsu, ke-10). Subhanallah, orangtuaku yang telah wafat, melahirkan anak, cucu dan cicit yang lumayan banyak. Saat ini mereka kebanyakan mukim di kampumg Cerenti, dan sebegian lagi ada yang merantau di beberapa negeri seperti di kawasan Jabodetabek dll.

Pengalaman setiap pulkam ke Cerenti, aku menikmati sekali bertemu dan bersilaturahmi dengan keluarga besar Arsyad  Family, yang member WAG-nya ada seratusan, lebih terdiri saudara kakak-adik, anak kemenakan, cucu-cucu dan para cicit yg masuk masa remaja. Jika aki berkumpul di rumah Tua warisan ayah dan ibuku, sungguh berbahagia rasanya hati ini, melihat wajah dan style para kemenakan dan cucu-cucu.

Apalagi ada kesempatan makan bersama (tradisi makan basamo) di rumah Soko Tua di Bukit Gidang Desa Kampung Baru Timur Kecamatan Cerenti dengan membawa “rantang” berisi aneka makanan yang dibawa dari rumah masing-masing di kampung. Berebut makanan dan masakanan kuliner asli kampung, sungguh nikmat. Biasnya ritual makan basamo Arsyad Family dilaksanakan buka puasa pada bulan Ramadhan di minggu akhir, kumpul keluarga besar disertai ibadah sholat berjemaah fardhu dan tarawih.

Kepulangan ke kampung saat ini, Kamis malam 19 Oktober 2023, saya sudah berencana dengan para kerabat, untuk melaksanakan kegiatan dan acara “makan basamo” Arsyad Family, diawali sholat maghrib berjemaah, kemudian tahlilan dan doa  dipimpin oleh abang iparku H Abbas Main, S.Ag, Ketua LAM Cerenti. Kami yang hadir nanti mendoakan memohon kepada Allah SWT agar arwah anggota keluarga kami yang telah berpulamg ke rahmatullah diberikan kelapangan di alam kuburnya. Apalagi kaka sulungku H.Baidae, sosok dan figur keluarga, yang dahulu mendidik dan membiayai sekolahku, hingga aku bisa menjadi begini. Adanya acara Tahlilan dan membaca surat Yasin, pada acara “makanan basamo” sangatlah bermakna. Artinya pulkam Cerenti yang kedua di bulan Oktober 2023 ini, sungguh melegakan hati.

Insya Allah, rencana Jumat sore esok harinya di halaman Sekretariat Yayasan Arsyada Cerenti Madani (ACM), aku bersama adik dan para anak dan kemenakan, mengundang 20-30 orang emak-emak kaum duafa sekitar rumah tuo orangtuaku untuk menerima sumbangan paket sembako, yang berasal dari donatur warga Arsyad Family dan simpatisan Yayasan ACM seperti ibu Dwi Gemina SE.MM, dosen FE UNIDA Bogor, beliau berlangganan menitipkan infaqnya melalui yayasan keluarga yang aku dirikan dan ketua pembinanya.

Untuk diketahui, nama Yayasan Arsyad diambil dari nama ayahku H.Arsyad Kahar dan ibu Hj.Darana Djamin. Kami gunakan simbol tersebut dalam rangka mengenang nama yang semasa hidupnya di era Revolusi Kemerdekaan RI menjadi aktivis dan pekerja sosial di Pengirus Cabang Muhammadyah dan Aisyiah  Muhammadyah Kecamatan Cerenti dengan mengembangkan amal usaha, berhikmat dan beramal sholeh di bidang pendidikan agama dengan berdirinya Sekolah Muallimin di Cerenti tahun 1930-an, giat juga penyaluran santunan paket untuk anak yatim dan peringatan Hari Besar Islam seperti Maulid Nabi dan Rasulullah Muhammad SAW dll.

Tradisi berbuat baik dan beramal sholeh yang pernah diperbuat oleh kedua orangtua tercintaku itu, kami ingin meneruskannya, dengan mengharapkan ridho Allah SWT dengan pahalanya melimpah sebagai bekal akhirat dan  rezeki yang barakallah. Aamiin.

Pulkam ke Cerenti, banyak hal yang menarik, antara lain bertemu kawan-kawan lama di kedai kopi, minum kopi dan makan mie ayam abang Aam, kuliner di pasar Cerenti, aneka masakan pical dan lontong yang rasanya lezat, sambil.berbual-bual, bercerita nostalgia bersama teman sambil tertawa membicarakan yang lucu-lucu, berkesan kehidupan tempo doeloe,  juga jalan-jalan menelusuri kampumg-kampung tua seperti Koto pulau Bayur, pulau Jambu kp Candi tempat aku membeli karet membantu kakakku H.Baidar saudagar karet yang sukses tempo doeloe, masuk ke Desa Sikakak, melalui jembatan Topian Komang, lokasi bangsal pembelian karet (ghotah, bahasa Cerenti) peninggalan ayahku H.Arsyad tempo doeloe tahun1940-an sebelum kemerdekaan RI.

Aku jalan-jalan sepanjang kampung, sambil berolahraga mencari keringat, juga menikmati kicauan burung-burung (watching birds) yang indah dan melihat hewan Tupai melompat-lompat dari pohon ke pohon, vegetasi Kelapa. Rambutan-Duku dan lain-lain.

Dahulu aneka fauna begitu banyak seperti burung Enggang, munsang, dll tetapi sekarang amat jarang ditemukan di sekitar kebun dan hutan, sebab sudah punah akibat penggundulan hutan (deforestry), hutan tropika kini telah diganti fungsi. Hamparan kebun Sawit yang dikuasai para oligargy aseng seperti boz PT Duta Palma, Surya Darmadi yang kini masuk penjara karena kasus penyalahgunaan perizinan lahan perkebunan, alias korupsi.

Satu dasa warsa yang lalu, jika saya pulkam ke Cerenti, aku bersama anak-anakku suka mandi di Sungai Kuantan, posisinya berada di belakang rumah Tua warisan otangtuaku di Desa Kp Baru. Akan tetapi sekarang aku tidak bisa lagi mandi “ceburan-ceburan” di kali, sungai Kuantan dan anak sungai Lingkaran, karena airnya keruh, tidak jernih lagi seperti dulu akibat maraknya kegiatan penambangan emas illegal, Peti yang beroperasi sepanjang DAS Kuantan  yang mencemari air sungai yang membahayakan kesehatan dan nyawa penduduk yang mandi di sungai.

Kuatnya pengaruh mafia tambang Peti di lapangan, sehingga aparat tak berdaya. Kegiatan Peti tetap marak dan tak kunjung berhenti beroperasi. Padhal penambangan Peti tersebut adalah perbuatan kriminal melanggar hukum dan merugikan kehidupan orang lain. Kawasan DAS Kuantan bukan milik pribadi seseorang atau kelompok, akan tetapi milik bersama para pemangku kepentingan (stakehollders) sebagai sumber kemakmuran bersama rakyat lainnya yang dijamin oleh UUD 1945 pasal 33.

Jadi tidak ada alasan lain, melegalkan usaha Peti di lingkungan masyarakat, yang merusak ekosistem dan jasa-jasa lingkungan.

 Seandaimya ada alasan atau pendapat lain, yang “aneh” bahwa kesulitan ekonomi lapangan kerja, usaha Peti adalah solusinya, maka itu pendapat dan pandangan yang salah, keliru, dan kurang tepat, karena Peti itu perbuatan kejahatan lingkungan hidup (kriminal).

Kita berharap permasalahan Peti terselesaikan oleh aparatur negara yang berwajib, sehingga kelestarian ekosistem perairan DAS Kuantan sehat kembali, airnya bersih dan jernih, sehingga saya mandi di Sungai dengan nikmatnya ketika berada di kampung. Mandi di Sungai Kuantan membawa kenikmatan tersendiri karena airnya dingin dan ikan-ikan kecil seperti ikan Pantau mematok-matok kaki dan anggota badan kita di dalam badan air, ada sensasi. Begitukah nikmatnya pulkam ke Cerenti kini cerita itu tinggal kenangan.

Insya Allah rezim yang berkuasa (the ruling party) mau dan berkemampuan menjaga dan melestarikan ekosistem alam dan lingkungan hidup. Aamiin.

Sekian dan terima kasih, semoga kehadiran tulisan ini bermanfaat, beginilah cerita pulang ke kampung, bahasa Cerenti Baliak Ka Kampuang (Pulkam) sungguh menyenangkan.
Wassalam

====✅✅✅

Penulis:
Dr.Ir.H Apendi Arsyad, M.Si
(Dosen dan Pendiri Universitas Djuanda Bogor, Konsultan, Pegiat  dan Pengamat Sosial)

** Ditulis di ruang tunggu Bandara Sutta Jakarta dan dilanjutkan diatas pesawat otw Jakarta to Pku City Riau, sambil mengisi waktu

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -
- Advertisement -

Latest Articles