Ciawi | Jurnal Bogor
Proyek pembangunan Taman Ciawi yang dialokasikan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor tahun anggaran 2023 sebesar kurang lebih Rp310 juta, dinilai mubazir. Sebab, proyek kegiatan dibawah Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Pertanahan (DPKPP) tersebut dinilai asal-asalan.
Selain itu, taman yang seharusnya terlihat indah dan teduh karena banyak ditumbuhi pepohonan, tidak nampak terlihat di taman yang berada di Desa Ciawi persisnya depan pintu masuk Universitas Djuanda tersebut. Parahnya lagi, di lokasi taman sudah banyak terdapat para pedagang kaki lima (PKL) hingga terlihat semrawut dan kumuh.
Sekretaris Aliansi Masyarakat Bogor Selatan (AMBS), Azet Basuni menyayangkan dengan kondisi taman Ciawi yang sudah terlihat kumuh dan semrawut. Padahal, belum lama ini taman yang berada di lokasi strategis itu, sudah dilakukan pembangunan oleh pihak ketiga.
“Kalau lihat kondisi taman seperti itu, saya kira pemerintah hanya buang-buang anggaran saja. Pengerjaan proyek taman ini seakan dilakukan secara asal-asalan,” katanya kepada Jurnal Bogor saat dihubungi melalui telepon selulernya, Senin (16/10).
Azet pun mempertanyakan pembangunan apa saja yang dilaksanakan pihak ketiga dalam proyek taman dengan nilai ratusan juta itu. Pasalnya, informasi dari masyarakat Ciawi, tidak banyak perubahan yang signifikan dalam pelaksanaan pembangunan proyek taman tersebut.
Dimana, sambungnya, pelaksana hanya membangun tempat duduk dan memplester taman yang sebelumnya tanah menjadi tembok. Akan tetapi, yang paling terlihat itu tidak adanya lampu penerang di sekeliling lokasi taman, sehingga keberadaan taman Ciawi menjadi gelap saat malam hari.
“Terang itu karena ada lampu para pedagang, mulai dari pedagang kopi, gorengan, sate padang dan penjual makanan lainnya di area taman,” ujar Azet.
Azet menegaskan, pada dasarnya sebagai masyarakat yang ada di wilayah selatan Kabupaten Bogor, sangat berterima kasih kepada dinas terkait yang sudah mengusulkan dan mengalokasikan anggaran pembangunan untuk taman Ciawi.
“Makanya saya minta dinas terkait kembali mengalokasikan anggaran pembangunan taman Ciawi yang bisa dijadikan ikon selatan. Tidak seperti sekarang masih banyak fasilitas taman yang belum ada. Malah depan taman trotoarnya saja sudah banyak yang bolong dan rusak,” imbuhnya.
Sementara, Camat Ciawi, Sutisna mengungkapkan, persoalan taman Ciawi yang baru dibangun, bukan masuk wewenang pihaknya, namun menjadi kewenangan dinas terkait dalam hal ini DPKPP.
“Dan asetnya pun tidak diserahkan ke kami di kecamatan, itu langsung dikelola dinas terkait bidang pertamanan,” tegasnya.
Salah seorang pedagang kopi yang berjualan di dalam lokasi taman Ciawi mengaku, dirinya sudah lama berjualan dan mengais rezeki di lokasi taman tersebut.
 “Sekarang ada kurang lebih sekitar 13 pedagang yang berjualan di taman ini. Selama berjualan kami hanya membayar untuk uang sampah saja ke petugas Dinas Lingkungan Hidup (DLH) sebesar Rp2000 rupiah,” tukas pedagang yang namanya enggan disebutkan bersama pedagang sate padang belum lama ini.
** Dede Suhendar