Jurnalinspirasi.co.id – Alhamdullillah, saya membaca di WAG Wankar ICMI, ada acara pelantikan dan pengukuhan Pengurus Lembaga Bantuan Hukum (LBH) ICMI. Sekaligus saya baca ada undangan juga bagi segenap Majelis Pengurus ICMI di semua jajaran, termasuk anggota Dewan Pakar. Saya sendiri juga dikirim pesan WA japri oleh Kepala Sekretariat iCMI mas Sibawahi yang baik hati. Syukron atas atensinya.
Kemudian saya sudah membalasnya, minta izin ke segenap pengurus ICMI yang lain, tak bisa hadir di dalam acara tersebut, hari ini Sabtu 16 September 2023 di hotel Oases Amir di kawasan Senin Jakarta. Karena secara bersamaan waktunya, saya sudah ada agenda kegiatan bersama Dosen Agribisnis Faperta Univetsitas Djuanda Bogor ke Depok untuk suatu tugas Tri Dharma PT, studi banding pemberdayaan Kelompok Wanita Tani (KWT) perempuan (emak-emak) perkotaan.
Sebenarnya saya sangat ingin untuk hadir, melihat temanya dan para nara sumbernya menarik, ada diantaranya Abang saya Prof Jimly Assiddiqie SH.MH, Pendiri dan Ketua Dewan Kehormatan ICMI, orangnya sangat terkenal dalam pemikiran hukumnya dan berpengalaman dalam memimpin kelembagaan hukum di Indonesia seperti MK dll. Juga saya lihat para pemikir cendekiawan muslim yang hebat-hebat dan keren, termasuk Ketum MPP ICMI adikku Prof Dr.Arif Satria.SP.MSi, dll. Tapi itulah kendala alasan ketidak hadiranku di hotel Aosis Amir Jakarta pada hari ini.
Walaupun demikian kehadiran fisik tidak terpenuhi, akan tetapi kehadiran hati dan pikiran, menurut saya alangkah baiknya dilakukan dalam memberikan apresiasi berupa ucapan selamat, dan sedikit usulan konstruktif dalam mewujudkan sebuah harapan bersama kita berada di organisasi cendekiawan muslim, bernama ICMI. Ibarat pepatah “walaupun kita berjauhan fisik (tidak bisa hadir), tetapi kita dekat dihati”. InsyaAllah.
Dekat dihati (qalbunsalim) pribahasanya adalah karena ada rasa cinta di lingkungan ICMI, idealisme berdasarkan iman taqwa terintegrasi dengan kompetensi dan kapasitas keilmuan dan kepakaran masing-masing kita miliki.
Kita sangat paham karakter ICMI dan wawasan pengabdiannya yakni ada dimensi yaitu Keislaman, Kebangsaan dan Kepakaran. Pola pikir (mindset) kita sebagai pengurus dan aktivus ICMI akan tetap konsisten (istiqomah) terutama mendayagunakan anugerah Allah SWT berupa kekuatan pemikiran (intelectual power).
Saya sependapat dengan banyak para ilmuwan, diantaranya Prof Kuncara Ningrat/GB Antropolog UI Jakarta, Prof Arif Satria/Rektor IPB University, bahwa mindset itu sangat penting, karena berkorelasi pada bentuk perbuatan manusia (human behavior), bisa membawa kebaikan (maslahat) dan atau sebaliknya, mudarat, sesat dan menyesatkan.
Saya berkeyakinan dengan berpikir kritis, analitik dan solutif atas landasan 3 dimensi yakni Keislaman (QnS), Kebangsaan (Keindonesian) dan Kepakaran (ilmuwan) jika dipadukan, ini merupakan kekuatan intelektual yang mewarnai perbuatan ke arah kemaslahatan yang luat biasa kuatnya daya ungkitnya untuk membangun masyarakat dan bangsa Indonesia berperadaban maju, yang mensejahterakan Rakyatnya, bukan menindas dan menjajah (menzholimi) rakyatnya komunitas etnis Melayu Islam Nusantara seperti yang lihat di Pulau Rempang Kepulauan Riau.
Memang banyak orang cerdas berhati nurani berkata bahwa Indonesia dibawa rezim Jokowi..”tidak baik-baik amat”, itu bahasa halusnya, tetapi bahasa lainnya, banyak juga mengungkap resah-gelisahnya kondisi Indonesia sedang “berbahaya dan gawat darurat”, dengan berbagai indikator (indeks) kemunduran seperti demokrasi, penegakan hukum, ketimpangan sosial, rasio piutang negara, korupsi, kemiskinan, stunting dan banyak lagi yang lain yangmerisaukan kita.
Saya mengucapkan selamat atas dilantiknya Pengurus LBH ICMI, ada secercah harapan bahwa ICMI bisa berkontribusi dalam membantu menyelesaikan sengkarut permasalahan Ipoleksusbudhankam Indonesia, dengan kekuatan intelektual tersebut, terutama bagaimana membangun supremasi hukum di negara Indonesia yang berperadaban maju.
Apalagi topik bahasannya seminar dalam rangka pengukuhan LBH ICMI hari ini, bagus-bagus dan menarik tentang isu kebangsaan, kedaulatan dan keadilan sosial. Ini konsumsi para aktivis ICMI hari ke hari, minggu ke minggu, bulan ke bulan dan seterusnya hiingga akhir tahun.
Begitu yang saya ikuti selama ini. Ya “bagus-bagus” akan tetapi sayang suaranya hanya sampai sebagai wacana seminar ke seminar di hotel-hotel berbintang seperti Oases Amir Htl ini etc , yang akhirnya pemikirannya menguap dan hilang entah kemana, sebuah perbuatan yang amat mubazir.
Alangkah ide-ide yang brilian tersebut, didokumentasikan, dipublikasikan, disosialisasikan ke publik, terutama sampai ke istana negara agar bisa mempengaruhi public policy.
Akan tetapi selama ini seperti yang kita amati, tidak begitu adanya, sebagai mana harapan kita bersama sebagai kaum cendekiawan muslim. Sehingga, apa yang terjadi yang dilakukan rezim yang berkuasa (the ruling party) ini banyak salah arah dan menyimpang dari konstitusi negara UUD 1945, contohnya kasus penggusuran rakyat dan penghilangan Kampung Tua di Rempang Kep.Risu yang biadab dan melanggar HAM. Dan ICMI diam saja, dan tidak ada bersikap tegas menolak dan mengutuk perbuatan zholim yang dilakulan negara terhadap rakyatnya tersebut.
Hal terjadi mungkin LBH ICMI belum dilantik dan belum terkonsolidasi dengan baik. Insya Allah, semoga tidak berbuat pasif demikian lagi ICMI ke depan. Simbol-simbol ICMI harus hadir dalam merespon kasus-kasus krusial bagi kepentingan rakyat akibat government failure dalam public policy yg dikeluarkannya.
Selamat buat LBH ICMI dengan harapan bisa menjaga marwah ICMI di tengah kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, yang kini salah arah, sesat, destrupsi era. Syukron barakallah.
Wassalan.
====✅✅✅
Penulis:
Dr.Ir.H.Apendi Arsyad, M.Si
(Pendiri dan Wasek Wankar ICMI Pusat merangkap Ketua Wanhat ICMI Orwilsus Bogor, Pendiri dan Dosen Universitas Djuanda Bogor, Konsultan K/L negara, Pegiat dan Pengamat Sosial)