jurnalinspirasi.co.id – Sekedar info dan berbagi pengalaman sebagai Dosen Pembimbing program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Fakultas Pertanian (Faperta) Universitas Djuanda Bogor, kampus Bertauhid.
Jujur saya berkata dan maaf, ada sedikit “keluh kesah” sebagai pendidik dan juga selaku pengajar, khususnya pembimbing KKN.
Capek deh, gerah karena panas dan terik sinar matahari siang menuju ke kantor Desa Sukaraja, Kabupaten Bogor dari RS Bogor Medical Centre (BMC).
Setelah mengantar anak sakit, sang istri mbak Atik, yang dosen FE UNIDA itu, sangat paham akan arti acara penutupan KKN, dan tanggungjawab mendampingi mahasiswa ber-KKN. Beliau istriku memberikan saran kepada sang suaminya untuk hadir di acara penutupan KKN mahasiswa bersama bpk Kepala Desa Sukaraja, sehingga kami pun berbagi tugas mendampingi anak, putri keduaku ada keluhan gangguan kesehatannya, harus konsultasi ke dokter di rumah sakit, dan dipilih BMC, yang tak begutu jauh dari Desa Sukaraja, lk setengah jam menggunakan kenderaan pribadi.
Kata sang istriku, kasihan dengan mahasiswa KKN, mereka sudah sangat berharap dan menunggu kehadiran saya selaku dosen pembimbingnya di kantor desa.
Apalagi ketua kelompok 2 KKN Faperta Unida 2023, sdr. Ahmad Faqih, sejak kemarin sudah mem-WA japri saya bahwa ada undangan acara penutupan kegiatan KKN, sebab agenda kegiatan akademik KKN sudah selesai dsn berakhir waktunya.
Penyelenggaraan acara penutupan KKN bertempat di Kantor Desa Sukaraja, yang diundang Ketua mahasiswa KKN Ahmad Faqih antara lain Kades beserta perangkat desa, ketua RW dan RT, Ketua Pemuda-Karang Taruna, ketua Pokmas Ibu-ibu PKK, Posyandu, dan para tokoh ulama dan guru-guru (ustadz dan ustazah), mereka yang terlibat dalam program dan kegiatan mahasiswa KKN selama 1,5 bulan, dan saya selaku Dosen pembimbing KKN kel 2 beberapa kalihadir, jika diundang, menyaksikan dan memberikan semamgat, motivasi dan arahan tentang manfaat program dan kegiatan pengabdian masyarakat KKN.
Setibanya saya di kantor Desa Sukaraja, tepat pukul 10 wib, saya hanya bertemu di ruang pertemuan kantor Desa, dengan 3 orang mahasiswa peserta KKN kel 2 yakni Ahmah Faqih (mhs TNK), Hendri Wijaya (mhs TNK), dan Gabriela G Heryana (mhs IKN). Sedangkan Tsaqila A Suryani (mhs Agt) sudah izin lk sebulan lalu, meninggalkan lokasi KKN karena mengikuti program MBKM di daerah lain.
Hampir lk satu jam saya menunggu di ruang bersama 3 mahasiswa KKN, tak satu pun undangan datang, ruang masih sepi dan kosong. Sekitar 15 menit kemudian baru datang, bpk Agus salah satu pejabat Kaur Desa, saya sudah mengenalnya di acara pembukaan KKN, sebulan yang lalu.
Kemudian hadir bapak Asep Aos (Kades Sukaraja) dan KaTUDesa Sukaraja. Kami pun mengobrol tentang ketidakhadiran tokoh masyarakat Sukaraja yang diundang mahasiwa KKN di acara penutupan KKN. Saya pun telah mengkritik acara sepenting ini, yang mengundangnya bpk Kades, bukan mhs KKN, makanya menjadi begini, tidak ada yang hadir pada waktunya.
Saya menyampaikan permohonan maaf kepada bpk Kades, bahwa persiapan yang dilakukan, telah saya koreksi yakni (1) yang mengundang pak Kades, (2) waktunya harus sesuai waktu lowong tokoh masyarakat dan kaum perempuan/emak-emak PKK dan Posyandu-Posdaya, dan (3) rencana acara penutupan KKN, jauh hari telah dilaporkan, dikonsultasikan dan dikoordinasikan dengan bpk Kades, minimal dengan aparat desa, para Kaur Desa Sukaraja.
Saya mendengar dari bpk Agus, Kaur Pemberdayaan Masyarakat Desa Sukaraja, beliau baru mendapat surat undangan dari mahasiswa KKN, kemarin Ahad siang tgl 10 September 2023, acaranya sungguh mendadak diketahui aparat Desa Sukaraja. Kemudian saya sendiri juga baru tahu ditelepon oleh Ahmad Faqih, Senin pagi hari itu sekitar pkl 7 wib, 2 jam dari rencana acara penutupan KKN, Senin 11 September 2023.
Saya menerima informasi tersebut, cukup dilematis, antara kepentingan keluarga, mengantar anak ke RS BMC, untuk cek kesehatan dengan (versus) kepentingan urusan tugas akademik kampus, yang tak mungkin diabaikan, kata istriku yang paham soal agenda KKN, aku wajib hadir, tugas mendampingi anak di-takeover ibunya anak-anak.
Tetapi begitulah kenyataannya, ruangan kantor desa, tetap sepi dan kosong. Saya beri tahu mahasiswa KKN bimbinganku, setelah saya nasehati tentang bagaimana mendekati masyarakat desa berdasarkan ilmu pengetahuan yang telah dipelajari pada beberapa matkul di ruang kuliah, seperti sosper, penyuluhan pertanian, komunikasi pertanian, organisasi dan kelembagaan sosial, pemberdayaan masyarakat dan lain-lain, atau beberapa materi pada kegiatan pembekalan KKN di kampus, yang diberikan oleh saya sebagai narsum bersama dosen Faperta Universitas Djuanda Bogor yakni Dekan bpk Dr.Burhanudin Malik, bpk Nur Rochman, Bpk Mulyana, dan dosen lainnya.
Dengan untuk mendidik mahasiswa bimbingan KKN-ku, saya juga bercerita pengalaman ber-KKN tempo dulu di sebuah desa yang terbelakang dan terisolasi di hinterland Jakarta, kampong, jalan sirtu tidak beraspal, malam hari gelap karena belum ada listrik. Saya pun bercerita nostalgia mengenai “succes story” saya dkk ber-KKN di Desa Cihowe, Parung, Kabupaten Bogor tahun1983, yakni sekitar 40 tahun lalu yang penuh tantangan dengan segala dinamikanya.
Alhamdulillah saya dkk mahasiswa IPB asal dari 4 Prodi dan Fakultas yang berbeda, berhasil mendekati dan memberdayakan masyarakat. Buktinya pada acara perpisahan KKN kami, setelah selesai sejumlah agenda kegiatan pengabdian masyarakat melalui program KKN sesuai kalender waktunya, kami dilepas warga masyarakat desa dengan sedih disertai “isak tangis” dan deraian air mata, serta kami dibekali emak-emak dengan pemberian berbagai jenis makanan kampung seperti raginan, kerupuk singkong dll serta buah-buahan seperti pisang, rambutan dll.
Kami diarak ke pasar Parung, lk 4-6 km dari Desa Cihowe, dan di lapangan pasar Parung, disitulah saya dkk dilepas, dengan selingan acara sambutan dari Ketua RW dan apresiasi Ketua RT, saling bermaafan, isak tangis pun “meledak’, ketika mobil pickup bak terbuka kami akan berangkat meninggal mereka. Mobil carteran bak terbuka, mereka telah isi dan dipenuhi barang “oleh-oleh” emak-emak Desa Cihowe tersebut.
Mereka telah menganggap kami mahasiswa KKN adalah “anaknya” sendiri. Begitulah dekatnya perasaan kami mahasiswa KKN IPB bersama warga masyarakat selama di desa, memdampingi mereka meningkat ketrampilan dalam teknologi tepat guna, perbaikan sapras umum, dan pembinaan mental dll, kami telah bekerja dengan pendekatan sains (otak) dan disertai hati (qalbu), kasih sayang, kebersamaan, saling bergotong royong. Akhirnya kami bisa ber-KKN thn 1983 itu dengan happy ending, kata orang bijak “datang kelihatan muka, dan kemudian pulang kelihatan punggung”.
Pengalaman ber-KKN “sweet memory” inilah yang saya narasikan kepada ke-3 orang mhs KKN kel 2 Faperta Unida, bimbinganku itu, agar mereka terus belajar dan belajar bermasyarakat dan mengamalkan ilmunya di masyarakat kini dan kelak dikemudian hari, apalagi ada diantara mereka berhasil menjadi pemuka dan pemimpin di masyarakat, insya Allah.
Saya bersama mahasiswa KKN pun berunding dengan bpk Kaur Desa Sukaraja, dengan berkonsultasi dengan bpk Kades, bpk Asep Aos, akhirnya acara penutupan KKN diundur keesok harinya Selasa tgl 12 September 2023 pkl 13 wib. Saya pun menyatakan kesiapan untuk hadir kembali di Kantor Desa Sukaraja.
Setelah ada keputusan tersebut, saya pamitan dan berfoto dengan bpk Asep Aos, yang ramah dan ganteng, Kades Millenial itu. Beliau sambil mengantar saya ke mobil untuk kembali ke kampus kami mengobrol tentang pengalaman memimpin masyarakat desa.
Alhamdulillah bpk Kadesnya, setuju sambil “manggut-manggut” dan membungkukan badannya, ya ini seniorku gumamnya setelah saya bercerita saya mantan aktivis Ormas dan Partai Golkar Kabupaten Bogor tahun 1990-an, juga hingga sekarang, nampaknya begitulah beliau menghormati tamunya saya. Saya pun respek dengan atitude Kades Sukaraja, yang ramah, sopan dan nampaknya berbudi baik ini.
Sesampai dipintu mobilku, aku lambaikan tangan dan bunyikan klakson,..seraya berkata “sampai ketemu esok hari pada acara penutupan acara KKN”,
Dia pun melambaikan tangannyai, pertanda “good bye”, mobilku berjalan mundur keluar dari halaman Kantor Desa Sukaraja, akan meluncur ke kampus UINDA “Bertauhid” Ciawi Kabupaten Bogor.
Sekian dan terima kasih atas kepercayaan dan kerjasamanya, serta dukungan panitia KKN Faperta 2023. Mohon maaf apabila ada bahasa yang tak berkenan dalam cerita pengalaman ber-KKN untuk mendidik mahasiswa tersebut. Semoga bisa ditarik pelajaran (lesson learned) dari pengalaman tersebut.
Saya masih melihat, masih banyak hal dan kelemahan pendidikan dan pengajaran di kampus UNIDA yang berjargon “Tauhid” yang perlu dibenahi. Agar beban dan amanah mencerdaskan kehidupan bangsa, khususnya anak bangsa tidak dicitrai atau dinodai dengan kepentingan jahat lainnya. Akhirkata, semoga Allah.SWT selalu membimbing dan memberikan rahmat, karunia dan hidayah-Nya kepada kita sekalian. Aamiin. Syukron barakallah
Wassalam
====✅✅✅
Penulis:
Dr.Ir H.Apendi Arsyad, M.Si
(Dosen dan Pendiri Universitas Djuanda Bogor,Konsultan.K/L negara, Pegiat dan Pengamat Sosial)