Home Edukasi Studio 16 YSR: Galerry Lukis dan Sastra Syafrizal Syaf Cerenti

Studio 16 YSR: Galerry Lukis dan Sastra Syafrizal Syaf Cerenti

Apendi Arsyad

JURNALINSPIRASI.CO.ID – Pagi itu, Selasa 27 Juni 2023, tepatnya 2 hari saya sudah berada di kampung Cerenti, setelah terbang dari Bogor, untuk berlebaran Hari Raya Idul Adha 1444 H bersama para Dunsanak di kampung halaman Cerenti. 

Saya sudah sangat rindu juga rasanya untuk bersua dan bersilaturrahmi serta berkumpul dengan para anggota kerabat dan sanak famili di tempat kelahiranku di Desa Kampung Baru, Kecamatan Cerenti Kabupaten Kuansing, Riau yang penuh kenangan. Rasanya cukup lama tak bertemu kaum kerabat karena berbagai kesibukan di rantau orang.

Entah mengapa pada beberapa bulan yang lalu, muncul rasa rindu saya untuk pulang ke kampung untuk berziarah ke pemakaman orangtua (ayah dan ibu) disertai kegiatan-kegiatan lainnya yang bermakna, misalnya memberikan saran dan nasehat dalam keluarga besar agar kehidupan berkeluarga dan berkerabar rukun dan damai, hidup harmoni, jauh dari percekjokan dan pertikaIan (bacokak, bahasa Cerentinya) terutama dalam soal pembahagian harta pusaka dll.

Sepulangnya saya  berliburan bersama keluarga dari Jepang, destinasi wisata Kyoto dan Osaka City untuk menjenguk si sulung sedang melanjutkan studi Doktor di Kyoto University. Kemudian juga sekalian saya ingin pula merasakan bagaimana suasana beribadah puasa di penghujung bulan suci Ramadhan dan setelah itu berlebaran idul Fitri 1 Syawal 1444 H di negeri orang, Jepang.

Hasilnya yang dirasa, memang lebih enak berlebaran di negeri leluhur sendiri, ketimbang negeri di orang. “Right or rong is my country”, demikian kata pepatah bijak bestari.

Sekembalinya saya dengan keluarga dari touring wisata tersebut, semakin mantap saja saya untuk pulang ke kampung halaman di hari raya Qurban pada tahun ini 2023 M/1444 H ini, dengan membawa misi dan beberapa agenda kegiatan yang bisa dilaksanakan selama berada di kampung, yakni selain bersilaturahmi dengan.kerabat, teman dan sahabat, juga ingin beribadah qurban dan membagikan santunan sosial/sembako bagi kaum fuqoro masaqin-para janda dan jompo serta anak yatim di kamoung, yang pelaksanaanya diorganisir oleh Yayasan Arsyada Cerenti Madani (ACM Foundation) yang saya dirikan bersama anak dan kemenakan.

Disamping itu selama berada di Cerenti, saya juga menunaikan ibadah sholat idul adha di masjid Al Mukmin di Desa Kampung Baru, Kecamatan Cerenti, negeri tempat saya dilahirkan, dididik dan dibesarkan yang penuh kenangan. Juga menjenguk anggota keluarga yang sakit, sambil menjalin komunikasi dengan anak-anaknya agar merawat orang tuanya yang sakit dan mulai pikun dengan sabar dan penuh kasih sayang.

Alhamdulillah sejumlah agenda acara pulang kampung (pulkam) terlaksana dan terselesaikan dengan baik dan lancar diantaranya bersilaturahmi dengan teman-teman SD, SMP dan SMA, dan sahabat lama berkunjung ke beberapa rumah dan minum kopi di kedai kopi Pasar Cerenti yg ramai pengunjung itu.

Salah satu tradisi budaya berkuliner di kampungku yang terus hidup hingga sekarang adalah warga desaku gemar minum kopi dengan nongrong di kedai-kedai kopi sambil berbual-bual “ngaro ngidul”, dan terkadang asyik bercerita nostalgianya yang cukup lucu, sehingga mengundang ketawa terpingkal-pingkal. Di kedai kopi saya bersama teman-teman dan sahabat kami saling bercerita kehidupan masa lalu, yang lucu-lucu, lugu dan berkesan.

Salah satu agenda saya di kampung, yang sungguh menarik dan bernilai literasi dan edukasi adalah berkunjung ke Galerry Seni Lukis dan Sastra milik senior dan mentorku sewaktu kecil tempo doeloe Abang H.Syafrizal Syaf, beliau pensiunan guru, yang kini di masa purna tugas selain berkebun, melukis, menekuni dan berkarya dalam bidang sastra dengan mengarang banyak puisi, dan sudah ada yang dibukukan, berjudul Jendela Cinta: Air.Mata by Syafrizal Syaf.

Disamping itu bang Syafrizal juga menghasilkan banyak lukisan, baik lukisan kanvas aneka perwajahan manusia, pemandangan alam maupun aktivitas kehidupan umat manusia.

Begitu banyaknya karya-karya seni lukis dan puisi yang telah dihasilkan bang Syafrizal, ratusan jumlahnya, kini tersimpan apik di berbagai ruangan dan sudut di rumahnya yang artistik  di bilangan Desa Kampung Baru, Kecamatan Cerenti. Di depan rumahnya  menghadap ke jalan raya Teluk Kuantan Kuansing-Rengat Inhu, telah tertulis di bagian pagar depan rumahnya yang asri dan bergaya arsitek “antik”  yakni Galerry Seni Lukis dan Sastra: Studio 16 YSR.

Saya tak begitu hapal dan tak tahu apa makna singkatan YSR itu? Lupa bertanya. Mungkin saja singkatan 3 huruf tersebut diambil dari singkatan nama putranya Yussafat S Rendra (putranya) dan atau Rose (putrinya). Beliau memiliki sepasang anak yang sudah berumah tangga.  Bang Syafrizal yang saya kenal, memang beliau merupakan salah seorang sosok pengagum sastrawan besar Almarhum WS Rendra. Banyak karya sastra WS Rendra, beliau miliki atau koleksi di rumahnya.

Siang itu, 2 hari menjelang lebaran Idul Adha 1444 H di kampung nagori Cerenti, sebagaimana kebiasaan saya, ketika pulkam, saya selalu berkunjung ke rumahnya bang Syafrizal, untuk bertukar opini dan informasi tentang berbagai hal tentang kehidupan sosial, termasuk diantaranya perkembangan atau dinamika kesenian dan pola budaya masyarakat.

Kali ini saya berada di rumahnya, mendapat perlakuan dan keberuntungan bahwa saya diajak ke ruangan Galerrynya, tempat sejumlah ratusan lukisan yang menarik dan estetik, sebagian terpajang di dinding ruang dan rak-rak khusus, dan sebagian lagi tersimpan di lantai rumah Galerry, beberapa tumpukan, ada di lantai atas maupun terdapat di lantai bawah.

Kedatangan saya di ruangan Galerry tersebut, diabadikannya dengan sejumlah gambar yang dipotret, dijepret langsung dari Hp-nya sendiri bang Syafrizal, saya pun tak lupa mengambil posisi dan bergaya dengan berbagai pose.

Saya dengar keterangan dari bang Syafrizal, bahwa beliau juga selain melukis dan menggubah sejumlah puisi (sastra), juga berperan sebagai instruktur, melatih generasi muda Cerenti yang berminat dan berbakat (bertalenta) dalam melukis dan berdeklamasi sajak (puisi-sastra).

Alhamdulillah, ada beberapa orang kader seniman bang Syafrizal,  yang pernah meraih prestasI di beberapa kejuaraan seni sastra pada perlombaan karya sastra pada tingkat Kabupaten, Provinsi dan bahkan Nasional.

Itu cerita dulu, tetapi sekarang situasinya agak jauh berbeda, dimana event-event kompetisi karya lukis dan sastra sudah amat jarang diselenggarakan Pemkab atau pun NGO/LSM, bahkan tak pernah lagi, sehingga proses pengkaderan sastrawan /wati tak berjalan lagi (mandek) di Rantau Kuansing Riau.

Amat kita sayangkan hal itu  terjadi dimana kreativitas dan inovasi di bidang aspek budaya melukis gambar-gambar diatas kanvas, berpameran dan menggubah serta mendeklamasikan puisi di hadapan dan menghibur publik, kini tidak terdengar lagi.

Padahal karya sastra dan lukis merupakan simbol kebudayaan masyarakat yang  berperadaban maju dan moderen, apalagi di era milenial, pengembangan budaya sastra itu semakin dibutuhkan masyarakat dalam mendidik warga masyarakat.

Beberapa dasa warsa yang lalu, ketika pulkam, saya pernah memberikan saran dn usulan kepada bang Syafrizal, agar Galerry Seni Lukis dan Sastra ini bisa berkembang di Rantau Kuansing, maka dibutuhkan sejumlah anggaran biaya, maka pemilik dan pengelola Galerry agar membuat proposal dan berkirim surat kepada Gubernur Riau, Ditjen Kebudayaan Kemendikbudristek RI, perihal permohonan Bantuan dana pengembangan kebudayaan lokal. Belakangan saya bertanya tentang rencana sanggar seni,  informasinya tenggelam di telan bumi, tak terdengar lagi.

Dampak dari lemahnya pelaksanaan program pembinaan Kebudayaan Daerah Kuansing, membuat generasi muda Kuansing akan mengalami degradasi sumberdaya manusia, serta kurangnya acara lomba atau pertunjukan (event-event seni-budaya) yang di masyarakat.

Padahal event-event seni budaya berperan dan berfungsinya sangat strategis dalam membangun kebudayaan dan peradaban maju dan modern yang bermartabat:  persatuan.dan kesatuan bangsa yang beridentitas budayanya.

Ingat moto hidup “Manusia berilmu hidupnya akan semakin mudah, dengan beragama hidupnya semakin terarah, sedangkan dengan bersenibudaya hidup manusia semakin indah (berestetika)”. Begitulah pentingnya kita manusia memiliki bakat seni budaya dalam kehidupan ini agar hidup tidak menjadi hampa dan gersang.

Semoga dengan munculnya narasi Galerry Seni Lukis dan Sastra: Studio 16 YSR mengingatkan kita bahwa ternyata ada potensi pribumi Kuansing memiliki karya seni melukis dan sasta untuk bisa dikembangkan.

Selamat berjuang bang Syafrizal dan teruslah berkarya, insya Allah berjaya. Semoga Allah SWT mengabulkan apa yang.kita rencanakan demi kemajuan anak negeri Cerenti Kuansing, sesuai moto Kuansing:
‘Basatu Nagori Maju’
Tigo tali sapilin
Salam kayuah.
Syukron barakallah.
Wassalam

Penulis:
Dr.Ir H.Apendi Arsyad, M.Si
(Pendiri dan Dosen Universitas Djuanda Bogor, Pendiri dan Ketua Wanhat ICMI Orwilsus Bogor, Konsultan K/L negara, Pegiat dan Pengamat Sosial)

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version