Ciawi | Jurnal Bogor
Warga Kampung Cibolang Desa Ciderum, Kecamatan Caringin dan Kampung Cibolang Desa Telukpinang, Kecamatan Ciawi, mengontrog pelaksana proyek Jembatan Cikereteg, Selasa (4/7). Kedatangan warga dua desa ke lokasi proyek yang dikerjakan PT Brantas Adipraya itu, lantaran sudah kesal dengan pengerjaan jembatan yang dianggap lama.
Lili, warga Kampung Cibolang, Desa Ciderum, Kecamatan Caringin mengatakan, kedatangannya ke lokasi Jembatan Cikereteg, karena merasa kesal terhadap pelaksana proyek pemerintah pusat tersebut.
“Kami datang ke proyek jembatan ini, mempertanyakan pengerjaan yang lambat dan tidak kunjung selesai,” ungkapnya kepada wartawan di lokasi proyek.
Menurutnya, akibat lambatnya pengerjaan proyek oleh PT Brantas Adipraya, sangat merugikan warga terutama yang bermukim di Kampung Cibolang. Sebab, setiap hari warga menjadi terganggu dengan lalu-lalang kendaraan roda dua.
“24 jam kami yang tinggal di Kampung Cibolang sangat terganggu, baik siang maupun malam,” aku Lili.
Lili mengaku, semua kendaraan roda dua baik yang akan menuju Sukabumi atau pun Bogor, menggunakan jalan lingkungan yang melintas di perkampungan nya.
“Jadi kami dan warga lainnya tidak bisa istirahat, karena terganggu dengan bising nya kendaraan yang melintas,” paparnya.
Selain itu, lanjutnya, dampak lain akibat intensitas kendaraan tinggi, membuat kondisi jalan lingkungan menjadi cepat rusak. Sehingga, warga kuatir ketika kondisi jalan rusak tidak ada yang akan bertanggungjawab untuk memperbaiki kembali.
“Kalau sudah rusak siapa yang akan bertanggungjawab. Sudah ketenangan kami terganggu, harus memperbaiki jalan rusak lagi,” ujar Lili.
Hal senada juga diungkapkan Tisna, warga Kampung Cibolang, Desa Telukpinang Kecamatan Ciawi yang merasa sudah sangat terganggu akibat pengerjaan jembatan lambat.
Seharusnya, sambung Tisna, PT Brantas Adipraya mengerjakan proyek Jembatan Cikereteg dengan cepat. Terlebih paska kejadian longsor, sudah terhitung beberapa bulan lalu.
“Sekarang saja pembangunan jembatan yang awalnya hanya satu minggu, sudah hampir satu bulan belum juga selesai,” imbuhnya.
Tisna berharap, pemerintah dalam hal ini Kementerian Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (Kemen PUPR) turun tangan dan menegur PT Brantas Adipraya.
“Biar kerjanya cepat, Kemen PUPR harus menegur pelaksana. Jangan dibiarkan saja, karena kami dan warga Cibolang yang dirugikan. Setiap hari terganggu oleh bisingnya kendaraan yang melintas,” tukasnya.
Sementara perwakilan Kementerian PUPR, Agung Wibowo mengaku, pihaknya belum sempat mengabulkan tuntutan warga yang dilayangkan dengan surat. Namun lanjutnya, untuk sosialisasi sejak awal juga sudah dilakukan.
“Kalau untuk permintaan perbaikan jalan lingkungan sampai saat ini saya belum bisa menjawab, karena masih punya atasan,” jelasnya.
Humas PT Brantas Adipraya, Dodon juga menjelaskan, untuk pembangunan jembatan belum bisa dipastikan kapan waktu selesainya. Sedangkan, terkait tuntutan warga pihaknya akan melaksanakan setelah trafick Jembatan Bailey berjalan normal kembali.
Terhadap tuntutan warga sekitar yang melakukan aksi terhadap pihaknya, Dodon menyatakan permohonan maaf terhadap semua pihak. “Kami akan merespons. Dan saat ini kami mohon maaf, kami tetap utamakan safety. Karena kami kejar-kejaran dengan bencana, dan tidak bisa mengira ngira kapan waktu selesainya. Yang jelas kami tetap jalankan progres kerja selama 24 jam,” tukasnya.
** Dede Suhendar