jurnalinspirasi.co.id – Tingginya angka pengangguran terbuka Kota Bogor yang mencapai 10,78 persen pada 2022, mendapat respon dari Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bogor, Daryanto. Pasalnya, presentase itu merupakan yang tertinggi di Jawa Barat.
Daryanto menyebut bahwa tingginya angka pengangguran terbuka berpotensi menaikan angka kemiskinan.
“Kalau ini pemahaman saya saja yah, bahwa semakin tinggi angka tingkat pengangguran terbuka tentunya akan membuat potensi angka kemiskinan akan semakin tinggi,” ujar Dayanto, usai rapat kerja dengan Komisi IV DPRD Kota Bogor, belum lama ini.
Kata dia, angka kemiskinan juga akan sangat berpotensi menimbulkan multiplier effect. Sebab, sambungnya, setiap orang akan berusaha survive untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
“Kalau dia menganggur pasti dia akan melakukan apa saja, mau kerja jadi pembantu, bahkan kalau negatif bisa jadi merampok untuk memenuhi kebutuhan hidup. Masalah sosial akan makin tinggi,” jelasnya.
Kendati demikian, Daryanto mengaku tidak mengetahui secara pasti penyebab tingginya tingkat pengangguran terbuka di Kota Bogor.
“Saya tidak tahu, semua ada di pengambil kebijakan yang tahu. BPS cuma tukang potret kondisi Kota Bogor dengan teori statistik,” ungkapnya.
Diketahui, BPS Jawa Barat melansir bahwa presentase pengangguran terbuka di Kota Bogor pada 2022 mencapai 10,78 persen. Presentase itu merupakan yang tertinggi di wilayah Jabar.
Sementara pada posisi kedua adalah Kota Cimahi dengan presentase 10,77 persen. Kemudian diikuti oleh Kabupaten Bogor 10,64 persen.
Kendati jumlahnya tertinggi di Jawa Barat, tingkat pengangguran di Kota Bogor cenderung menurun setiap tahunnya. Berdasarkan data BPS Jabar, pada 2020 presentase pengangguran terbuka di ‘Kota Hujan’ mencapai 12,68 persen dan pada 2021 menurun menjadi 11,79 persen, dan di 2022 turun ke 10,78 persen.* Fredy Kristianto