JURNALINSPIRASI.CO.ID – Subhanallah, walhamdulillah, wallahu Akbar. Ungkapan yang tepat di hari ulang tahun perkawinanku.
Sore Rabu itu, tepatnya tanggal 14 Juni 2023, menjelang sholat maghrib, aku baru pulang dari kampus “bertauhid” Universitas Djuanda (UNIDA) Ciawi Bogor, yang aku pernah ikut terlibat mendirikannya, sejak Mei 1986.
Pada hari itu ada tugas bimbingan mahasiswa untuk penyelesaian skripsi serta konsultasi akademik lainnya. Pagi hari hingga siangnya, aku juga disibukkan adanya undangan diskusi kelompok terarah (focus group discusion/fgd) bersama para tokoh muslim dan para aktivis dakwah Islam Bogor, komunitas Forum Sinergi Muslim (FSM), bertempat di rumah sahabatku “lawyer terkenal”, pemberani dan bernyali pendobrak Prof.Dr.Eggi Sudjana, SH. MH, rumahnya di bilangan perumahan elite VIP, singkatan dari Villa Indah Pajajaran, Kota Bogor.
Topik pembahasan cukup menarik dan sangat menantang yakni berjudul “Sosok Kepemimpinan Islami untuk NKRI 2014-2019”. Sebuah topik kajian, yang menuntut explorasi pemikiran-pemikiran cerdas, atau pemahaman konsep Ipoleksusbudham ditinjau dalam berbagai perspektif saintifik dan pengalaman dinamika, pasang-surut perjalanan sejarah Indonesia Merdeka.
Pada hari Selasa 14 Juni 2023 itu, saya betul-betul menikmati pemanfaatan waktu yang sesuai dengan selera dan kegemaran (hobby) saya untuk belajar dan belajar antar sesama sahabat-sahabatku seperjuangan.
Diskusi semakin marak, diawali pemantik materi atau tausiyahnya bang Eggi yang berperan membangkitkan kesadaran, kepedulian dan tanggungjawab untuk bagaimana merawat dan menyelamatkan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan Pancasila dsn UUD 1945 yang kita cintai.
Berdasarkan hasil diskusi, analisa fakta dan peristiwa, begitu banyak temuan dalam praktik berbangsa dan bernegara terjadi gejala sosial “anomali dan paradoks”, menyimpang, yang tidak sesuai dengan sistem nilai, norma (moral dan etika Pancasila) dan kaidah-kaidah hukum ketatanegaraan UUD 1945.
Singkat kata forum diskusi FSM Bogor menilai bahwa sudah sekian banyak terjadi berbagai penyimpangan yang diperbuat para elite politik (the ruling party) baik dalam aspek dan perspektif ideologi Pancasila maupun dalam bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan.(ipoleksosbudhankam) negeri ini yang menyimpang dari pasal-pasal UUD 1945.
Solusinya memang saat ini menjelang pemilu pileg dan pilpres thn 2024 mendatang, kita selaku Warga Negara Indonesia (WNI) yang baik perlu dan harus ikut berpartisipasi memikirkan berbagai konsepsi dan pendekatan terbaik untuk membangun Indonesia kini dan kedepan, salah satu caranya mereformasi proses seleksi, penentuan dan penetapan kriteria kepemimpinan nasional yang berwatak terbaik (best caracters of national leadership).
Terus terang aku sungguh menikmati kegiatan FGD FSM tersebut, mencerahkan. Akibatnya saya pun terlibat dalam proses bertukar pikiran dengan para sahabat, dengan memberikan informasi data dan fakta distorsi atau penyimpangan yang terjadi dalam produk public policy dan praktik bernegara di tanah air, belakangan ini.
Kemudian menawarkan konsepsi sebagai solusi untuk input kepemimpinan nasional dan daerah mendatang. Khusus untuk daerah Bogor, aku menawarkan konsep “Kembalikan Bogor sebagai Dayeuh Ulama”.
Bukan “CGM budaya aseng Tapekong” penyembahan berhala sebagai Budaya Busantara, agar masyarakatnya tetap berpegang teguh pada sistem nilai, norma dan kaidah-kaidah agama, terutama aqidah dan syariah Islam, sehingga warga masyarakat tetap konsisten menolak dan terhindar dari penyakit sosial kaum Nabi Lut yang terkutuk dan mulai marak seperti “Lesbian-gay-biseks and transgender” (LGBT).
Selain itu angka perceraian rumah tangga (broken home), penyalahgunaan Narkoba, kenakalan remaja dan tawuran siswa dan pelajar, begal, prostusi, korupsi, dan lain-lain, juga semakin meningkat yang membuat kehidupan bermasyarakat semakin menjauh dari cita-cita hidup berbangsa dan bernegara yang diberkahi dan rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT.
Apalagi pada acara FGD di Perum VIP tersebut, bang Prof Eggi Sudjana mewakafkan tanahnya di daerah Bogor Barat seluas kurang lebih 10 hektare untuk sarana dan prasarana pendidikan kader ulama dan saya diminta salah seorang nadhir bersama 7 orang lainnya.
Hal ini sejalan dengan visi dan misi kami dari komunitas FSM untuk mendorong public policy dan usaha pembangunan berbasis konsepsi “Bogor Dayeuh Ulama”, karena memang sangat banyak ulama besar yang lahir, mukim dan berkarya serta mengabdi demi bangsa dan negara dari dan di daerah Bogor.
Bahkan berpengaruh ke belahan dunia Timteng-Arab dan Turky Osmani. Sebut saja diantara para ulama pejuang yang tersohor atas karyanya itu mamak KH.Abdullah Bin Nuh, KH Soleh Iskandar, KH Palak, KH Istighori, dll.
Sedangkan kini Alm ajengan KH Soleh Iskandar sedang kita perjuangkan menjadi Pahlawan Nasional, karena begitu banyak karya-karya kemanusiaan yang monumental dalam bidang pendidikan, kesehatan, perumahan rakyat, pemberdayaan ekonomi rakyat, pelembagaan produk halal, perbankan syariah dan lain-lain.yang bermanfaat untuk kesejahteraan rakyat dan ummat.
Alm KH Soleh Iskandar selama hidupnya, bukan saja ikut berperang melawan dan mengusir penjajahan di masa revolusi, memimpin pasukan bersenjata Bataliyon O Siliwangi, basis pertahanannya di daerah Bogor Barat dan Banten.
Akan tetapi almarhum ajengan selain berperan dan berjasa mengusir penjajahan Belanda/pasukan KNIL, juga ikut berjasa menengakkan kemerdekaan RI dengan mengisi kemerdekaan negara NKRI melalui karyanya seperti ikut mendirikan kampus UIKA Bogor, Ponpes Darul Falah, BKSPP Indonesia, LVRI, BPRS Amanah Ummah, RS Islam Bogor, Perumahan Rakyat di Desa Pasarean Bobar, dan lain-lainnya.
Kini berkas-berkas pembuktian kepahlawanannya sudah dikirim ke Pemerintahan Pusat RI di Jakarta. Mohon doanya, semoga ulama patriot-pejuang KH Soleh Iskandar menjadi Pahlawan Nasional, menginspirasi, menjadi suri tauladan dan meningkatkan marwah kita dan ummat Islam Indonesia, bangsa Indonesia mewujudkan Bogor Dayuh Ulama.
Astaghfirullahalaziem, dengan kesibukan beraktivitas sosial pendidikan dan dakwah keagamaan pada hari Selasa, tgl 14 Juni 2023, akbatnya saya lupa bahwa saya pada 35 tahun yang lalu telah melangsungkan acara syariah Islam yang saklar, yaitu pernikahan saya dengan seorang gadis yang cantik, cerdas dan sholehah, bernama Sudarijati binti Marto Tono, SE, gadis asal Kota Madiun.
Sajak 14 Juni 1988, insya Allah hingga sekarang dan sampai hayat di kandung badan Hj.Sudarijati Apendi.SE.MSi, dosen senior FE UNIDA seprofesi denganku, beliau adalah isteri saya yang setia dan menjadi sumber cahaya kebahagiaan saya bersama ketiga anak putriku yang cantik, cerdas dan sholehah seperti mamanya.
Bu Atik begitu nama panggilan sayangku kepadanya dalam keseharian di rumah. Bu Atik adalah belahan hati dan jiwaku, penyemangat hidupku, aku mencitaimu, i love you. Walaupun kita telah menjalani perjalanan hidup berkeluarga selama 35 tahun denganmu, dengan segala duka citanya, akan tetapi aku selaku suamimu senantiasa menikmati kebahagiaan bersamamu.
InsyaAllah, Allah SWT selalu memberikan hidayah, rahmat, karunia dan berkahNya kepada keluarga kita sepanjang masa, dan dalam naungan keluarga yang penuh berkasih saying (sakinah mawaddah warohmah) sesungguhnya.
Walaupun kita sama-sama berusia lanjut diatas 60 tahun, ayah melihat ibu Atik tetap cantik dan menawan hati serta menjadi matahari kebahagiaan kita beserta keluarga.
Rabu sore itu, tanggal 14 Juni 2023, ketika saya menjelang maghrib di rumah dan duduk ruang makan, Bu Atik memberi tahu saya suaminya, berkata singkat. “Ayah kita sedang berulang tahun perkawinan yang ke-35 tahun sekarang (1988-2023)”.
Saya pun tak lupa memohon maaf, kepada istri tersayangku, aku merasa sedikit malu mengapa aku lupa ultah pernikahanku bersama bu Atik. Sore Rabu itu, bu Atik telah menyiapkan hidangan makan malam (dinner) yang enak, untuk dimakan, disantap bersama anggota keluarga yang ada di rumah.
Aku pun tak henti-henti bersyukur kepada.Allah SWT, tanpa aku sadari dan terkadang lupa karena berbagai kesibukan bahwa Rabu 14 Juni 2023 adalah hari ulang tahun perkawinanku dengan Bu Atik yang baik hati, menyenangkan dan menentramkan hatiku.
Tak beberapa lama kemudian, aku pun tak lupa membuka WA Family, anak-anakku si sulung Annisa Hasanah.SP.MSi berada di Kyoto Jepang, Inna Rahmawati SKom, dan si bungsu Fathiah Nurul Izzah, serta menantuku Andik Fatahillah SP.MSi dari Jepang, mereka mengucapkan selamat berbahagia di ultah 35 tahun ayah-mama mereka, dan diiringi doa agar kami berdua dalam keadaan sehat walafiat, tidak kurang sesuatu apa, Aamiin aamiin aamiin Ya Rabbul Alamin.
Bu Ati pun membuat video singkat di WA Family yang memposting gambar kami berdua yang mesra, sehingga menginspirasi saya, suaminya yang setia untuk menulis SUT Perkawinan kami ke-35 tahun ini.
Terima kasih atas doa yang tulus dari anak-anakku, menantu, dan para dunsanak serta sahabatku…barakallah.
Wassalam
Penulis:
Dr.Ir.H.Apendi Arsyad, MSi
(Pendiri dan Dosen Universitas Djuanda Bogor, Pendiri dan Ketua Wanhat ICMI Orwilsus Bogor, Wasek Wankar ICMI Pusat, Konsultan K/L negara, Pegiat dan Pengamat Sosial)